(32)

1.4K 85 9
                                    

"Noona, aku pamit pulang." Tae tersenyum pada kakaknya itu. Jisoo sepertinya masih merajuk pada Tae dan Lisa, dia hanya menggumam sebagai balasan.

Taehyung melangkah keluar, menaiki lift, dan meninggalkan apartement itu. Pergi ke parkiran untuk mencari motor merah kesayangannya.

Dia melaju dalam kecepatan normal. Terkadang, dia tertawa mengingat ekspresi Jisoo tadi siang. Menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya.

Dia melewati jalanan sepi untuk mempercepat perjalanannya. Jalanan yang di kenal karena banyak preman dan penjahat kelamin di sana. Taehyung tak menghiraukan rumor tentang jalanan itu. Dia terus melaju, sepi sekali.

"Sepi juga. Mana ada preman di sini." Gumamnya dari balik helm hitamnya itu.

Ada belokan di depan, dia sedikit hati hati. Siapa tahu preman itu bersembunyi di sana. Tapi ternyata bullshit, bohong. Tak ada apa pun. Hanya jalanan sepi yang kadang di lewati beberapa pemabuk.

"Lepaskan aku!!" Suara itu terdengar samar di telinganya. Samar, tapi masih dapat di kenal.

Dari mana suara itu? Taehyung menepikan motornya, matanya menerawang ke sekeliling untuk mencari apakah ada orang di sana. Begitu sepi.

Suara itu sangat di kenalnya. Suara si kelinci Jungkook. Taehyung melepas helmnya, mencoba mendengar baik baik asal suara itu.

Sebuah gang.

"Jungkook?!" Taehyung membatu saat melihat adiknya sedang di cium paksa oleh seseorang. Satu orang menahannya.

"Kurang ajar!" Umpat Taehyung lalu dengan sigap dia berlari dan menghantam orang itu dalam sekali pukul.

Dia melirik Jungkook sekilas lalu kembali melawan preman gay itu.

"Beraninya kau! Siapa dirimu!" Tanya preman itu seraya memukul rahang Taehyung.

"Aku kakaknya!" Taehyung berseru tegang.

"Hanya seorang kakak rupanya." Taehyung kembali tersungkur sesaat setelah perutnya di pukul oleh tangan kuat itu.

Mereka tak percaya jika Taehyung bilang bahwa dia adalah kakaknya Jungkook. "Aku terpaksa mempermalukan diriku." Taehyung berkata lirih.

"Aku bukan kakaknya! Aku kekasihnya! Jangan macam macam karena dia sudah menjadi milikku!" Taehyung terpaksa mengatakan ini. Sebetulnya dia sangat malu, tapi ini demi menyelamatkan Jungkook. Namja imut itu hanya melongo mendengar perkataan Taehyung.

"Kekasih? Berbagilah denganku!" Namja itu tertawa seperti seorang psikopat.

"Tak akan ku biarkan kekasihku di ganggu manusia biadab sepertimu!" Umpat Taehyung dengan kaki menendang kemaluan preman itu. Dia sendiri kaget, pasti sakit.

Mereka sudah melepaskan Jungkook. Sahabatnya itu terduduk.

Taehyung mendekati Jungkook.

"Aku terpaksa menendangnya. Shh, itu pasti sakit." Ucapnya sambil membantu Jungkook untuk berdiri.

"Terima kasih..." Jungkook memeluk orang yang telah menolongnya itu.

"Pfftt hahahah!!" Taehyung tertawa begitu keras tapi masih memeluk Jungkook.

"Kau kenapa,Tae?" Jungkook ikut tersenyum, meski masih menangis.

"Aku terpaksa bilang kalau kau adalah kekasihku." Taehyung tertawa sambil mengeratkan pelukannya pada Jungkook. "Tenanglah. Aku tak akan membiarkan mereka melecehkanmu." Ucap Taehyung lirih.

"Terima kasih. Aku menyayangimu." Jungkook terus menangis dalam pelukan Hyungnya itu.

"Ishh,  sudah. Ayo pulang." Taehyung menuntun Jungkook menuju motornya. Sesekali dia mengusak surai hitam tebal milik Jungkook dan tertawa.

"Maafkan aku." Ucap Jungkook dari belakang.

"Untuk apa?"

"Membuatmu terluka."

"Bukan salahmu. Sudah kewajibanku untuk melindungi adikku ini."

"Akan ku obati lukamu di apartement." Anggukan Taehyung hanya menjadi jawaban atas perkataan Jungkook.
****
"Taehyung! Kau kenapa?" Seru Jimin tegang saat melihat wajah Taehyung babak belur.

"Tidak apa apa." Taehyung masuk diikuti Jungkook.

Maknae itu mengambil kotak obat, menyiapkan beberapa alat yang mungkin di butuhkan oleh Taehyung.

"Ssshhh, perih tahu!" Pekik Taehyung saat Jungkook mengoleskan obat merah di pelipisnya.

"Hahaha... suruh siapa berkelahi." Tawa Jungkook puas.

"Cepatlah." Taehyung kembali mengerang sakit.

"Katanya perih, tapi sekarang minta cepat."

"Jangan bawel,Kookie! Cepat obati." Taehyung menengadah, menahan rasa perih pada wajah dan buku buku jarinya.

Biasanya Jin yang bertindak cepat saat seperti ini. Tapi kali ini tidak. Dia memilih diam melamun di balkon. Entah apa penyebabnya.

Kapal ini telah karam,
Meninggalkan sejuta tanam pada pelupuk layu,
Bersiram di antara remang cahaya,
Ku buka mata ini,
Ku paksakan hanya untuk menanam tatap,
Dan aku melihat di sana,
Kau yang sejak lama mematung,
Kau yang membuat bilur ini melebar,
Tapi tidak,
Tak akan ku biarkan semakin melebar,
Aku mengenalmu, lalu kita tertawa.

Setetes cairan bening terjun bebas dari kelopak mata pemuda bernama Kim Seokjin, menyisakan rasa pilu yang selalu mengiringi kemana pun dia melangkah.

Dia terus berkutat pada secari kertas tanpa memerdulikan apa pun di sekitarnya.

Dirinya tersenyum simpul, dia sedang menuliskan sesuatu.

JJ

Dua buah huruf yang membuatnya dapat tersenyum. Jin dan J... ah, lupakan. Dia selalu ingin melupakannya, namun tak bisa.

Dalam lirih, dia berkata, "suatu hari kau akan tahu yang sebenarnya, aku mencintaimu."

Seokjin beranjak, sedikit menatap ke arah pemandangan malam kota Seoul. Malam penuh kerlipan bintang. Dirinya melangkah ragu, memasuki apartementnya.

Memanggil siapa pun yang ada di sana. "Jimin, Hoseok, Suga, Taehyung, Jungkook!! Kemarilah!!"

Sontak semuanya menghampiri sang Hyung.

"Ada apa,Hyung?" Tanya Hoseok sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Setelah kelulusan, aku akan di kuliahkan di Inggris. London. Lebih tepatnya di Imperial College London. Mungkin aku akan pulang beberapa tahun sekali." Ucapan Jin membuat adik adiknya melongo.

"Kau akan jauh dari kami?" Tanya Suga yang akan lulus bersamaan dengan Jin.

Jin hanya mengangguk sebagai jawaban. Jin merupakan orang yang paling di hormati di sini, dalam artian sebagai orang paling tua. Jin sudah bertindak seperti seorang ibu bagi Bangtan.

"Lalu bagaimana denganku?" Tanya Jungkook dengan memelas. "Kalian sudah besar. Jagalah diri kalian dengan baik tanpa ku." Jin pergi dengan menghela nafas kasar.

Masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu.

Dirinya terlihat murung. Seolah tak memiliki gairah.

~ENJOY READING~

Vomment gaiss...

Itu yang minta taekook moment, udah aku kasih noh di atas meski pun sekilas. Jangan maksa mulu ah wkwk. Mereka cuma friendship kok. Jangan berharap mereka bersatu wkwk karena ini buka BL story,

Okey sekian aja, kayanya ff ini cuma bersisa beberapa chapter lagi deh. Stay disini sampai END ya, ailopyusomach!!

See you,
Author

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang