(35)

1.4K 92 9
                                    

Sudah masuk dunia liburan. Semua orang mungkin pergi berlibur saat ini, tapi tidak dengan Bangtan dan Jisoo cs. Mereka memilih diam di Seoul, mulai memperhatikan masa depan mereka.

Jisoo sudah pasti akan menjadi pemegang sah perusahaan Appanya. Kim Corp. Perusahaan yang mampu menghasilkan hingga US 5 Milyar per bulannya. Bukan hanya dirinya, masa depan Taehyung juga sudah pasti terjamin.

Sedangkan Jennie, dia lebih memilih menjadi model. Dia juga mulai melatih suaranya agar bisa jadi penyanyi. Padahal sang Appa lebih menyetujui dirinya ikut sekolah kepolisian agar mengikuti jejaknya.
****
Entah kenapa, Jungkook tampak begitu buruk hari ini. Tak ada yang berani bertanya padanya. Tak ada pula yang tahu apa alasan Jungkook berubah seperti itu. Seperti tak ada gairah untuk hidup.

Hari ini hujan. Begitu deras. Jungkook memasuki kamarnya, menatap nanar keluar jendela yang sudah basah. Seekor kupu kupu terlihat di sana, hinggap di jendela dengan sayap yang basah.

Apa aku harus jadi seperti kupu kupu itu? Sendirian tanpa siapapun.

Di sentuh, justru menghilang. Aku menyukainya.

Polisi masih belum menemukan siapa pembunuh orang tuaku. Aku menyerah. Hampir setengah tahun mereka melakukan pencarian. Namun nihil. Pembunuh itu begitu profesional, tanpa meninggalkan satu jejakpun.

Jungkook membuka laci kecil di meja nakasnya itu. Dia melihat sebuah buku. Diary.

Dirinya tersenyum. Bukan pada buku itu. Melainkan sesuatu di atasnya.

SEBUAH CUTTER

Dia mulai menggambar. Menggambar sesuatu di tangan kirinya. Sesekali dia meringis lalu tersenyum.

Dia menggambar. Bukan dengan pena atau spidol. Dia menyayat kulit putihnya dengan cutter itu. Menyisakan tulisan tulisan dengan gambar aneh. Ketika dia mengeluarkan darah, dia akan mengambilnya dan menaruhnya pada secari kertas pekat.

Dia sangat tertekan.

Sudah selesai. Tulisan dan gambar di tangannya.

"AKU BODOH."

Setidaknya tulisan itu tidak terlalu buruk. Berdampingan dengan sebuah gambar naas. Tiga orang, namun dua di antaranya di coret. Ah, maksudku, jadi tak jelas. Bukan di coret, di sayat sehingga gambar itu jadi tak jelas.

Itu dirinya dengan kedua orang tuanya. Di bawah gambar itu, sebuah tulisan tertera.

"Dirimu sendirian,Jungkook."

"Menyedihkan."

Jungkook tertawa sendiri membayangkan dirinya yang sekarang hidup sendiri tanpa tujuan yang jelas.

"Apa yang kau lakukan!!" Pekik seseorang yang sedang mematung di pintu kamar Jungkook.

"Kenapa kau melakukan itu pada dirimu sendiri?" Tanya Suga kecewa. Tak pernah menyangka bahwa maknaenya dapat melakukan hal seperti ini.

"Jangan perlakukan dirimu seperti itu, Kook. Aku kecewa padamu." Suga meninggalkan Jungkook. Jika anak itu ada masalah, kenapa dia tak pernah mau berbagi? Dia selalu menyangka bahwa dirinya itu kuat, mampu menahan segalanya sendirian, namun sebetulnya dia itu rapuh. Sangat rapuh. Mudah putus asa, dan berbuat tanpa berfikir dua kali.

"Kau sok kuat,Jeon. Kau membuat orang dekatmu kecewa. Hahaha,, sudah berapa orang yang kecewa padamu? Jin, Taehyung, Suga, Hoseok? Banyak sekali. Tak guna hidupku ini." Jungkook mengumpati dirinya sendiri. Dia seolah benar benar sendirian, tanpa siapa pun. Dia mentertawakan dirinya seperti orang gila. Dan bahkan dia tak membantahnya.

Hanya karena dirinya tak menemukan pembunuh orang tuanya, dia sampai melakukan ini. Menyakiti dirinya sendiri, membuat banyak orang kecewa. Dirinya butuh teman, tapi dia terlalu percaya diri. Percaya dapat melangkah seorang diri tanpa bantuan. Dia begitu bodoh. Melayang tanpa tujuan di dunia yang fana ini. Hanya karena masalah yang tak mau dia bagi. Ingin rasanya dirinya tenggelam tanpa jejak.

Malam itu, masih pukul 7. Jin duduk di luar seorang diri. Keberangkatannya itu besok. Sebetulnya bisa kapan saja, namun dia memilih cepat.

Jungkook diam di ruang televisi bersama Jimin dan Hoseok. Seolah bersama, namun mereka jauh. Sibuk dengan dunia masing masing.

Taehyung diam di kamarnya sendiri. Masih memikirkan tentang Jungkook yang sempat dia bentak dengan sangat kasarnya. Sangat merasa bersalah. Padahal, beberapa hari lalu, dia sudah bisa menghibur Jungkook dengan tingkahnya. Tapi sekarang, semua kembali jadi semula.

Seorang Jeon Jungkook telah mati. Dirinya yang dulu sudah musnah, tak ada lagi. Hanya ada tubuh dengan jiwa yang berbeda. Jiwanya yang lama, yang periang, telah pergi menyusul kedua orang tuanya. Kini hanya ada Jungkook yang mudah stress dan melakukan banyak hal tanpa kendali.

Suga masih membayangkan betapa dirinya terkejut melihat kondisi Jungkook tadi. Jujur saja, dia phobia darah. Dan tadi, Jungkook sengaja membuat dirinya mengeluarkan darah, mengoleskannya pada kertas. Suga melihat sendiri, saat Jungkook dengan lihainya menyayat kulitnya sendiri.

Tak ada yang tahu hal itu, Jungkook menutup tangannya dengan baju lengan panjang. Sedangkan cutter yang dia pakai tadi, dibiarkan tergeletak begitu saja dengan darahnya.

Jin memasuki apartement itu, dia keluar sebentar. Lalu masuk lagi dengan sebuah lipatan kertas di tangannya.

"Jungkook, ada orang asing yang datang dan menitipkan ini untukmu." Jin menyodorkan kertas itu. Jungkook dengan cepat mengambilnya.

"Dari siapa?" Tanya Jungkook.

"Aku bilang orang asing. Berarti aku pun tak tahu." Jin memutar bola matanya lalu melangkah malas dan duduk di samping Jimin. Jimin dan Hoseok tampak penasaran dengan surat itu.

Jungkook membukanya, "Kurang ajar! Cari mati rupanya dirimu!!" Jungkook berapi api. Dia segera memasuki kamarnya.

Tak ada yang aneh dengan kertas itu, hanya secari kertas dengan tulisan di atasnya.

"Temui aku di gudang mesiu sekarang. Itu pun jika kau ingin tahu tentang diriku. Aku akan menunggumu.

-Untuk pemuda Jeon, dari pembunuh orang tuamu"

Yaps!! Segini dulu. Biar penasaran gitu...

Jan lupa vomment readersku tertayang...

See you,
Author

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang