(24)

1.4K 90 16
                                    

Hari pertama sekolah tiba. Semua murid datang dengan semangat di pagi hari. Tak ada yang terlambat, tak tahu jika besok. Entahlah.

Ini juga sekaligus hari yang sangat mendebarkan untuk Taehyung. Dimana Lisa akan menjawab ajakannya.

Hari pertama berjalan begitu lancar. Namjoon datang dengan di antar Ibu Jane. Di sekolah, Namjoon masih tetap seperti biasa. Berkumpul dengan Bangtan.

Pulang sekolah, Taehyung menghampiri Lisa di kelasnya.

"Lisa, ke taman?" Ajak Taehyung.

Lisa hanya mengangguk. Dia sudah memikirkan jawabannya baik baik.

"Sesuai janji, aku akan menjawabnya sekarang." Perkataan Lisa sungguh membuat jantung Taehyung berdebar begitu kencang.

"Aku menunggu." Dia masih gugup.

"Aku.....

























...belum mau berpacaran. Aku masih ingin sendiri. Maafkan aku,Tae. Kau pasti kecewa. Tapi apa baiknya jika sebuah hubungan di paksakan? Aku duluan." Lisa menangis lalu pergi.

Jawaban Lisa sungguh membuat Taehyung terjatuh dari impiannya yang begitu tinggi.

"Aku tahu. Kau masih mencintai Jungkook. Tapi kau tak tahu jika dia menghianatimu,Lisa." Air mata Taehyung menetes.
****
Lisa menghampiri Eonnie eonnienya sambil menangis. Tak ada yang mau menanya padanya. Mereka tahu keadaan Lisa sekarang.

Beberapa orang datang dan dengan cepat menutup mulut Jisoo,Jennie, Rose dan Lisa dengan kain yang sudah di beri obat bius. Keempat yeoja itu pingsan dan di bawa ke salah satu gudang mesiu.

Lokasinya cukup jauh dari sekolah, memakan waktu setengah jam.

Keempat orang itu diikat di satu tiang di tengah gudang mesiu tersebut.

Satu persatu, mereka tersadar.
"Astaga, kenapa kita diikat begini?" Tanya Jennie panik.

"Kita di culik..." Rose mulai menangis. Sedangkan Lisa, dia bukan memikirkan apa yang harus di lakukan sekarang. Melainkan memikirkan keadaan Taehyung.

"Tae, tolong aku!!" Jisoo menangis dan memanggil manggil adiknya itu.

"Ekhem... berteriaklah sekencang mungkin! Gudang ini sudah terbengkalai." Yeoja itu tersenyum sinis pada keempat orang tersebut.

"Kau!! Mau apa kau??!" Jisoo melotot, memaki.

"Dua kata, Balas Dendam." Yeoja itu tertawa dengan jahatnya.

"Kalian tahu? Betapa malunya diriku saat perlakuanku di sebar di akun  sosial media sekolah. Sekarang, saatnya pembalasan." Lanjutnya.

"Kau malu? Hahah, jalang seperti Irene masih punya malu? Astaga, harga diri saja tak punya. Masih bisa merasa malu." Jennie mendelik jijik pada Irene.

Merasa terhina, Irene datang lalu menarik rambut Jennie dengan kasar. "Berkata sekali lagi, maka kalian akan ku bakar di sini!!"

"Jalang!!" Rose berani angkat bicara sekarang. Dia sama sekali tidak takut pada Irene.

"Kau tak ada takut takutnya juga,ya?" Irene berkata dengan nada yang menaik. Dia mendongkakkan wajah Rose dengan sangat kasar.

"Untuk apa aku takut dengan wanita murahan sepertimu?! Jika aku takut, maka aku juga sama murahannya sepertimu!" Rose tertawa. Membuat Irene kesal dan semakin mengasarinya. Sebuah tamparan mendarat di pipi Rose.

Sekarang di pipi Lisa, tapi dia tak melawan.

Lalu Jennie, kemudian Jisoo.

Irene mengambil sebatang rotan panjang. Lalu memukulkannya pada satu per satu dari keempat yeoja itu.

"Dasar,Psikopat!!" Caci Jisoo dengan lantang dan lancang.

"Apa kau bilang?" Irene menghampiri Jisoo.

"Kau PSIKOPAT!!" sebuah pukulan mendarat di pipi Jisoo.

"Jika kau berkata seperti itu, maka akan aku lakukan sekarang juga. Jadi manusia panggang enak juga,ya?" Irene tertawa sinis sambil mengeluarkan sekotak korek api miliknya.

Dengan tangannya yang terikat, Jisoo menggerakkan jarinya kepada Jennie. Mengerti itu sebuah kode, Jennie meneruskannya pada Rose. Begitu pun dengan Lisa.

"Huhu...hiks hiks. Jangan panggang kami,Irene. Kami mohon, kami menyesal. Kami akan menuruti apa pun yang kau mau. Asal jangan bakar kami. Tolong maafkan kami." Jisoo memulai aktingnya, tangisannya diikuti oleh yang lain. Kecuali Lisa, dia memang menangis sungguhan.

"Iya,  maafkan kami... hiks hiks." Jennie terlihat begitu natural dan apa adanya. Begitu pun Rose.

"Hahaha,, baru menyesal??" Irene tertawa dengan begitu sinisnya. "Aku akan memaafkan kalian. Tapi setelah di panggang. Hahah!!" Irene menyalakan korek api, lalu melemparnya ke sembarang tempat.

Ini sudah di rencanakan. Sekeliling gedung itu sudang di lumuri minyak tanah, sehingga mudah terbakar.

Api merambat dengan begitu cepat. Masih merambat pinggiran. Belum ke tengah. Keempat orang itu hanya berteriak ketakutan.

Jennie memejamkan matanya.

"Jennie, jangan mati dulu!!" Jisoo mulai panik. Lisa. Astaga, anak itu kan memiliki riwayat asma.

Jennie berteriak dengan keras, dan seketika, ikatan tangannya putus. Dengan cepat, dia membuka ikatan di tubuhnya dan membuka ikatan yang lain.

"Lisa, bertahanlah." Rose mulai khawatir karena Lisa terlihat lemas.

Ini begitu sulit, hampir separuh gudang sudah terbakar. Dengan susah payah, Rose menggendong adiknya yang sudah sangat lemas itu.

"Ayo lewat sini!" Jennie berlari. Diikuti Jisoo dan Rose yang menggendong Lisa.

Kepala Lisa tergeletak di pundak Rose. Dia pingsan.

"Lisa!!" Rose mempercepat larinya. Untung masih ada jalan keluar di belakang gudang.

Mereka keluar. Beberapa pemadam kebakaran sudah datang.

Rose membawa Lisa ke ambulans yang datang. Masuk dan segera ke rumah sakit. Sedangkan Jisoo dan Jennie di tangani di tempat.

"Apa penyebab kebakaran ini?" Tanya seorang petugas pemadam yang ikut menangani mereka.

Baru saja Jennie mau angkat bicara, Jisoo sudah mendahuluinya.

"Kami berniat untuk melakukan pemotretan, tapi tiba tiba gudang ini terbakar. Entah siapa pelakunya." Jisoo berkata, dia menoleh dan mengedipkan matanya pada Jennie.
Untung saja Jennie mengerti isyarat Jisoo.
****
Lisa kritis. Banyak perawat yang membantu menangani dirinya. Rose menangis dan terus mengucapkan doa.

"Tuhan, selamatkanlah adikku satu satunya ini." Rose terduduk di samping UGD dengan lemas. Mengapa ujian seolah tak berhenti nendatangi mereka?

Hari sudah malam. Jisoo dan Jennie masih dimintai keterangan oleh pihak pemadam.

Melihat berita di tv, Taehyung dan Bangtan dengan cepat pergi ke rumah sakit. Dia justru mengkhawatirkan Lisa. Masalah Jisoo, Taehyung tahu bahwa kakaknya itu selamat. Dan itu sudah cukup untuk menenangkannya.

"Rose!!" Taehyung berlari dengan cepat. Diikuti Bangtan yang lain.

Rose terus saja menangis. Taehyung mencoba menenangkannya.

Tak berselang lama, Ibu Jane dan Namjoon juga datang. Mereka begitu mencemaskan keselamatan Lisa.

Terutama Taehyung dan Rose.

Lalu Jungkook?

Dan Dokter keluar dengan wajah lelah.

Kenapa kira kira??
Vomment ya..

Sekian, bye.

See you,
Author

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang