(25)

1.4K 92 5
                                    


Dan Dokter keluar dengan wajah lelah. Putus asa.

"Ada apa,Dokter?" Rose sangat cemas.

"Lisa." Dokter itu menggelengkan kepalanya kecewa.

"Kenapa dengan Lisa? Dokter jawab aku!!" Rose mengguncang tubuh dokter itu sambil menangis kencang.

"Adikmu tak selamat." Semua orang begitu terkejut mendengar perkataan sang dokter. Rose terduduk lemas.

"Tak mungkin. Rumah sakit kurang ajar hingga tak bisa menyelamatkan adikku!" Rose berlari masuk menghampiri Lisa.

Yeoja itu memeluk tubuh adiknya dengan sangat erat. Menangis hingga tersedu sedu. Tatapannya begitu nanar. "Kenapa kau tinggalkan aku, Lisa?"

Taehyung masuk dan duduk di sebelah Rose.

Sebuah hembusan terasa di kepala Rose. Hembusan yang begitu hangat.

Lisa bernafas?

Dengan cepat, Taehyung memanggil dokter dan perawat untuk memeriksa Lisa.

Rose berdiri di samping Taehyung. Dia masih mencemaskan adiknya.

Beberapa alat pernafasan mulai di pasang di hidung dan mulut Lisa. Mereka menyuntikkan cairan pada lengan yeoja itu.

"Apa maksud semua ini?" Rose menatap tak percaya.

"Masih ada harapan." Taehyung menjawab singkat.

"Ny. Rose, ini keajaiban. Adikmu bernafas lagi, meski keadaannya masih kritis. Kita punya harapan untuk Lisa bisa bertahan hidup." Ucap dokter itu lega.

Tapi Rose masih cemas sebelum Lisa membuka matanya lagi. Dia ingin adiknya sadar, entah sampai kapan Lisa akan kritis. Dia hanya memanjatkan doa.

Jisoo dan Jennie masuk untuk menemui Rose. Dia mengajak Rose dan adiknya untuk berbicara di luar. Sepertinya sangat penting.

Mereka berkumpul di taman rumah sakit yang kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat Lisa.

"Rose tenanglah." Jennie mengusap bahu Rose dengan iba.

"Si Irene jalang itu kurang ajar. Akan ku balas perbuatannya." Rose mengepal tangannya kuat.

"Tenang,Rose. Aku punya suatu rencana." Jisoo membisikkan rencana itu pada tiga orang yang bersamanya.

Seseorang menjambak rambut Jisoo dengan kasar. Itu Irene.

"Kenapa kalian bisa selamat?!" Irene berkata sangat kasar.

Jennie dan Rose menunduk lemah. Begitu pun Taehyung.

"M..maafkan aku,Irene. Tapi Tuhan belum mau kami mati." Jisoo menangis.

"Ingat satu hal! Jika kalian berani mengatakan ini pada siapa saja, maka aku tak akan segan membunuh kalian!" Irene memelototkan matanya seperti sedang kerasukan.

"B..baiklah,Irene. Kami sangat minta maaf padamu. Kami tak akan berkata pada siapa siapa tentang ini." Jennie berkata dengan begitu lemah.

Irene melenggang pergi dengan cueknya. Meninggalkan manusia manusia dengan otak yang lebih pintar darinya. Jisoo memicingkan senyumnya, "Silakan saja,Jalang. Aku tak takut."

Rose,Jisoo, dan Jennie masuk dengan lunglai. "Jisoo, bagaimana keadaan Lisa?" Jin berkata lembut.

"Dia masih kritis. Entah sampai kapan." Rose menjawab datar. Dirinya langsung duduk di samping Ibu Jane dengan lemah.

"Nak Rose, jangan bersedih ya? Kita berdoa saja pada Tuhan." Ibu Jane mengatakan kalimat itu dengan begitu lembut, membuat siapa pun tenang karenanya. Dia merangkul tubuh Rose. Rose tak menolak, dia justru menyandarkan kepalanya di bahu Ibu Jane.

Yeoja paruh baya itu sendiri sudah di anggap sebagai Ibu dari para Bangtan. Mereka sering menelfon Ibu Jane hanya untuk sekedar berbincang.

Hari sudah cukup larut. Para Bangtan sudah pulang kecuali Namjoon dan Taehyung. Mereka terlihat sangat ngantuk dan lelah.

"Jennie, berarti besok kita tak akan sekolah. Baru saja hari kedua, masa sudah membolos lagi?" Jisoo menunduk.

"Betul juga. Kalau pun hanya Rose, rasanya tak tega meninggalkan yeoja itu menjaga Lisa sendirian." Jawab Jennie.

Rose sudah tertidur di kursi. Begitu lelap. Dan masih bau asap.

"Nak Jennie, nak Jisoo, kalian dan Rose pulang saja. Biar aku yang menjaga Lisa, bagaimana?" Ibu Jane tersenyum. "Selagi kalian bersekolah, aku yang menjaganya. Jika kalian sudah pulang, barulah bagian kalian untuk menjaga Lisa." Lanjutnya.

"Tapi kan, Ibu Jane harus pulang. Bagaimana dengan Namjoon jika Ibu Jane diam di sini?" Tanya Jennie.

"Aku akan ke apartement Bangtan. Menginap beberapa hari sampai tugas Eomma menjaga Lisa selesai." Namjoon datang tiba tiba.

"Terima kasih,Ibu Jane, Namjoon. Aku sangat senang dapat mengenal kalian." Jisoo dan Jennie membungkuk lalu memeluk Ibu Jane.

Dari kejauhan, Taehyung tersenyum melihat mereka.

Jisoo dan Jennie segera membangunkan Rose. Mereka menjelaskan perkara tentang orang yang menjaga Lisa. Dan Rose menyetujuinya.

Mereka berpamitan pada yeoja paruh baya itu. Mengucapkan lagi terima kasih, lalu pulang.
****
Di sekolah, mereka hanya berjalan bertiga tanpa sosok adik bungsu mereka.

"Aduh,,, kenapa kau tak temani adikmu yang sekarat itu?" Tanya Irene dengan sinis.

Jisoo, Jennie, dan Rose hanya menunduk. "Ada yang menjaga Lisa di rumah sakit." Jisoo berkata pelan.

"Tentu saja ada. Malaikat maut. Hahahha" Irene tertawa begitu keras. Jika bukan sebuah rencana, maka sudah habis Jisoo memukuli Irene.

Ketiga yeoja itu pun pergi dengan membungkuk. Mereka yang terkenal pemberani, sekarang jadi mau di tindas oleh komplotan Irene. Beberapa siswa menjadi heran, mengapa sikap mereka berubah sedrastis ini?
****
Setelah pulang sekolah, ketiga yeoja itu tidak langsung ke rumah sakit. Melainkan pulang ke apartement untuk mengganti pakaiannya.

Jisoo menelfon seseorang. "Halo? Bisakah kau ke apartementku sekarang? Sekarang. Karena aku tak punya banyak waktu. Aku harus mengurus adik bungsuku di rumah sakit. Bisa?" Jisoo tersenyum.

Jennie. Dia juga menelfon seseorang. "Iya. Tapi ini di jadwalkan minggu depan. Jadi bisa kan?" Jennie lalu tersenyum. Handphone nya kembali berdering. Seseorang menelfonnya.

"Halo,Jennie. Sesuai kontrak, kau akan menjalani pemotretan besok."

"Sore,kan?"

"Tidak. Kita melakukan pemotretan saat jam 10. Karena selebihnya, kami harus pergi ke Busan untuk menemui saham."

"Tapi kan aku harus bersekolah."

"Aku sudah izin ke gurumu barusan. Dia mengizinkanmu untuk ikut pemotretan ini."

"Baiklah. Terima kasih,Ahjussi."

Mereka bertiga pun pergi ke rumah sakit dengan cepat--ini pun setelah Jisoo menemui orang yang tadi di telfonnya.

Sekedar mengingatkan bahwa genre utama ff ini itu drama family. Jadi kalau adegan romance nya gantung, wajar aja karena memang bukan genre nya.

Bagaimana chapter ini? Tulis selalu pendapat kalian ya... jangan lupa vomment always. Sekian, bye

See you,
Author

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang