«delapan»|bolos

459 34 2
                                    

Adara yang sudah siap dari tiga puluh menit yang lalu sudah mondar mandir tidak jelas membuat mumi mengeryitkan dahinya mslihat keanehan adara.

"kamu kenapa sih, kok mumi liat panik gitu sih?" tanya mumi pada adara.

Adara melihat arlojinya masih ada waktu dua puluh menit sebelum bel sekolah berbunyi.
"emang keliatan banget ya mi kalo adara panik?" adara malah Bertanya balik membuat mumi tersenyum.

"kayaknya anak mumi lagi jatuh cinta ya, siapa sih yang berani ambil hati anak mumi" Kata mumi sambil melirik adara yang sedang mondar mandir.

Adara menghampiri Muminya. "emang kalo kayak gini emang jatuh cinta ya mi?" Tanya adara lagi membuat mumi menjadi gemas.

"kamu tuh ya, mana mumi tau kan yang ngerasain itu kamu" kata mumi mengelus puncak kepala adara.

"ahh masa sihh...?" tiba tiba suara ketukan pintu membuat perbincangan antara mumi dan adara terhenti.

Adara segera menuju pintu utama. "lo lama banget sih? Lo gak liat inih tuh dah jam berapa" adara langsung memarahi ketika melihat agam dengan santainya datang kerumahnya dengan waktu yang sangat mepet.

"udah" agam menatap adara datar. "kalo udah ngomelnya, ayo berangkat" agam langsung meninggalkan adara yang masih berceloteh tidak jelas.

"lo tuh ya,, ngeselin banget gue tuh udah siap dari tiga puluh menit yang lalu"

"dan lo tau, gue tuh tadi udah males banget tauk mau berangkat bareng lo"

"dan lo dengan santainya dateng kerumah gue tanpa rasa bersalah"

"lo tuh ya bener ngeselin tau gak"

"masih ada ya orang kayak gini, dan gue berdoa semoga lo spesies terakhir"

"awas aja sampei kita nanti telat lo yang tanggung jawab-" tiba tiba ucapan adara terhenti karena agam mengerem mendadak.

"lo gila ya! Kalo kita mati gimana hah, gue sih masih mau hidup lo duluan aja sana sendiri gak usah ngajak gue" omel adara pada agam yang sedang menerima telpon.

"dar, ozi masuk rumah sakit" ucap agam bergetar. Adara dapat melihat betapa paniknya agam sekarang.

"terus sekarang dia gimana?" tanya adara tak kalah terkejut.

"gue harus kerumah sakit setelah anter lo sekolah" agam melajukan mobil nya dengan kecepatan diatas rata rata.

"gue mau ikut lo" tolak adara.

"tapi-"

"pokoknya gue ikut, keselamatan ozi lebih penting sekarang" adara memotong kalimat agam.

Tanpa berniat membalas kata kata adara, agam segera melanjukan Mobilnya kearah rumah sakit dimana ozi dirawat.

Agam dan adara segera menuju dimana ruangan ozi dirawat. Adara dapat melihat betapa paniknya agam sekarang. Adara melihat ibu oci menunggu diluar ruangan dengan menangis tersedu sedu. Agam menghampiri bu oci dan memeluknya.

"gimana keadaan ozi bu" tanya agam.

"bu jawab, gimana keadaan ozi sekarang" tanya agam sekali lagi namun bu oci malah menangis tersedu sedu.

Adara dapat merasakan bagaimana perasaan agam sekarang. Hancur, sedih, kehilangan, rapuh! Semua itu terlalu berat untuk dirasakan agam sendiri.

Adara berjalan menghapiri agam. "lo tenang ya, gue percaya kok ozi anak yang kuat"

Agam memeluk adara mencari ketenangan dalam pelukan adara. "kenapa tuhan gak adil dar, kenapa!" suara agam mulai bergetar.

Adara menatap hanzel itu."percaya sama gue tuhan punya rencana yang lebih baik dari ini."

Agam menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang UGD. "dok, bagaimana keadaan ozi, dok?"

"keadaan pasien saat sedang kritis, jika ada keluarga yang ingin mengunjungi harap menjaga ketenangan. karena pasien, butuh istirahat yang cukup"

Agam langsung memasuki ruangan dan mengenggam tangan munggil milik ozi.
Agam melihat mata ozi yang tertutup rapat.
"bangun ozi, bang agam janji nanti kita main bareng kemana pun ozi mau" bisik agam tepat ditelinga ozi.

"hay ozi, ini kak adara" adara berbicara seakan akan ozi telah sadar.
"oh ya, ozi tau gak? Hehehe...., pasti belum ya, jadi gini. Ozi tau kalo bang agam sebenarnya itu cengeng loh,, ozi liat deh dari tadi itu gak mau diem, kak adara janji nanti kita ledekin bang agam bareng bareng ya." adara mengecup kening ozi dengan lemput.
"ozi cepat sembuh ya" adara mulai menitiskan air mata.

Adara hanya menyandarkan tubuhnya pada sofa dan menatap agam yang terus saja menceritakan dongeng untuk ozi.

"dar"

"hm" adara menatap agam.

"lo gak pulang? Ini udah malem."

"nanti aja deh, gue masih mau disini"

"gue anter, gue gak enak sama nyokap lo. Udah bawa anak orang bolos, pulang telat pula. Pesti mereka khawatir." agam berjalan kearah adara.
"besok lo masih bisa kesini kok kalo lo mau"

"gue pamit dulu sama ozi"adara mengangguk dan berjalan kearah brankar tempat ozi berbaring. Adara mengengam tangan ozi dan mengecup sekilas puncak kepala ozi.
"cepat sembuh ya, nanti kita main pistol air lagi"
Setelah mengatakan itu adara dan agam meninggalkan ruangan itu.

««««»»»»

Setelah diantar oleh agam pulang kerumah. Adara segera masuk kekamar untung saja muminya sedang tidak ada dirumah.

Adara mengambil handphone-nya dari dalam tas.
"pantes aja hp gue sepi, orang mati" adara segera mengisi batre handphone.
Betapa terkejutnya adara ternyata reynand telah menghubunginya sebanyak tiga puluh lima kali dan menspam chat sebanyak dua ratus tiga puluh satu pesan.

Tok Tok Tok..
Mumi masuk kedalam kamar adara dan membawakan beberapa obat dan minum untuk adara.

"gimana keadaan kamu, sayang?" mumi memberikan berapa obat untuk adara minum.

"sampai kapan mi? Kapan adara akan normal kayak orang lain" tanya adara pada mumi.

"sayang, kamu pasti sembuh. Mumi percaya kamu pasti bisa. Sekarang kamu minum obatnya ya" mumi memberikan segelas air mineral untuk adara.

Adara telah meminum obatnya dan memeluk muminya. "adara capek, adara mau sembuh"

"kamu pasti sembuh sayang. Lusa kita check-up ya" mumi menyembunyikan air matanya dari adara.

Adara hanya menganggukan kepala dan tersenyum kearah mumi. Senyum itu sangat terlihat bahwa itu adalah senyum palsu.

"sampai kapan?" adara menangis dia msnyembunyikan wajahnya diantar kedua telapak tangannya.

Biarkan kini air mata itu jatuh. Sudah cukup selama ini dia merasakan rasa sakit itu. Percuma! Rasa sakit itu tidak akan hilang, malah akan bertambah parah. Mungkin ini sudah menjadi takdirnya sudah menjadi jalan kehidupannya.
Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada umat melampaui kemampuannya.

-agam-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-agam-

Adara|{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang