«duabelas»|Pingsan

487 33 1
                                    

Vania dan dion saling dorong dorongan untuk membuka pintu ruangan reynand. Bahkan mereka saling jitak dan menjulurkan lidah hanya karena tidak ada yang mau mengalah.

Ceklek

Pintu terbuka membuat aksi berebut itu pun terhenti. Pandangan mereka jatuh pada sosok dika yang berada disamping mereka.

"mau buka pintu aja rebutan!" sindir dika dan dia masuk lebih dulu.

Vania dan dion hanya melongo dan saling melempar tatapan. Akhirnya mereka masuk untuk menyusul dika yang sudah masuk lebih dulu.

Adara dan reynand melihat kedatangan ketiga temannya. Namun seperti biasa mereka harus menyaksikan pertengaran kecil antara dion dan vania terlehih dahulu.

"gimana keadaan lo?" tanya dika dan menaruh beberapa makan dinakas samping brankar milik reynand.

Reynand mengangguk dan tersenyum. "udah baikan. Kenapa lagi mereka?" tanya reynand melihat dion dan vania yang masih saja terus berdebat entah karena masalah apa.

"biasa mau masuk aja berebut gak ada yang mau ngalah." sindir dika membuat vania dan dion memberi tatapan tajam kearahnya.

"dara nih tas lo. Bener bener ya lo, mau cabut aja gak izin dulu keguru piket untung tadi gue bilang lo sakit mendadak" vania menyerahkan tas ransel milik adara.

Adara terkekeh. "hehehe.. Emang lo doang yang terbaik. Cuman vania evarista yang ter the best"

"jadi lo cabut pendek" tanya reynand yang sudah melipat tangannya didepan dada.

"gimana gak cabut orang dia panik banget pas denger lo kecelakaan" suara itu berasal dari mahluk yang bernama dion.

"jadi lo khawatir banget ya sama gue dar, jadi tambah sayang deh sama lo pendek" reynand mulai menggoda adara.

"kepedean banget sih lo rey" adara tidak akan mengakui itu didepan reynand bisa besar kepala nanti dia.

"udah deh gak usah bohong. Gue tau kok seberapa sayang lo sama gue, love you babe" reynand mencubit pipi adara membuat adara meringis kesakitan.

Reynand dan adara sudah biasa melakukan hal seperti tadi. Apa lagi mereka sudah bersama sejak mereka masih kecil. Bahkan pertemanan mereka sudah belasan tahun jadi mereka sudah merasa terbiasa akan semua hal.

"sumpah deh adara pipi lo udah kayak badut pancoran merah banget" sontak perkataan vania barusan membuat semuanya tertawa.

Ceklek

Tawa yang sedari tadi memenuhi ruangan kini menjadi hening setelah kedatangan orang itu.

"hay kak, aku ganggu acara kalian ya" kata gadis itu merasa bersalah.

"engak kok, santai aja" kata adara tersenyum kepada gadis yang berada didepannya itu.

"hey... Kita ketemu lagi, kenapa?" tanya reynand ketika mengingat dia pernah bertemu dengan gadis ini waktu dia sedang mencari adara. Tapi tidak sengaja dia malah menjatuhkan buku yang dibawa gadis itu.

"hehehe... Gimana keadaan kakak?" Tanya gadis itu.

"baik, oh ya.. Kita belum kenalan. Gue reynand" reynand mengulurkan tangannya.

"nasya" gadis itu menerima tangan reynand dan tersenyum. "siapa yang engak kenal sama kakak, kan kakak ketos pasti semua kenal pas MPLS kemarin"

"iya juga ya" reynand merasa bodoh dengan tingkahnya konyol nya.

"aku bawa ini buat kakak" nasya memberikan beberapa buah yang sempat dia beli sebelum menjenguk reynand.

"makasih ya. Gak usah repot repot lain kali, kalo bisa bawa yang banyak sekalian, hehehe.. " seketika tawa reynand pecah dan membuat nasya tersenyum melihat ketosnya ini ternyata mudah bergaul.

Adara|{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang