«tigapuluhsatu»|Kritis

430 11 0
                                    

Sesampainya dirumah sakit reynand segera membawa adara kedalam rumah sakit. Reynand berteriak meminta bantuan suster disana. "suster....sus tolong sus..."

Akhirnya dua suster datang dengan membawa brankar mereka berempat mendorong brankar adara menuju UGD.

"maaf mas, silakan anda tunggu diluar biar dokter yang menangngani pasien" pinta suster tersebut dan menutup pintu UGD.

Reynand mengusap wajahnya dengan gusar, dia terus mondar mandir karena panik akan keadaan adara. Sesekali dia melihat kearah pintu akan kah dokter keluar.

Agam melihat kecemasan diwajah reynand. Reynand benar benar orang yang tepat untuk adara. Mungkin dia memang menyukai adara tapi dia tidak gila tidak mungkin dia menyukai adiknya sendiri. Agam berjalan menghampiri reynand. Dipegang pundak reynand membuat siempu kaget. "lo tenang aja kita tunggu kabar dari dokter, mending lo pulang ganti baju biar gue yang jaga adara"

"engak gue tetep disini sampai dokter keluar dan kasih tau kalo adara engak kenapa napa" tolak reynand.

Tiba tiba seorang suster keluar lalu disusul suster satunya lagi yang membawa brankar adara keluar baru keluarlah dokter. Reynand dan agam segera menghampiri dokter tersebut. "apa yang terjadi dok" tanya mereka berbarengan.

"pasien dalam keadaan kritis jadi secepatnya kita harus membawanya ke ICU karena kanker dalam tubuhnya telah menyebar" penjelasan dokter dengan sangat ditail.

Reynand sangat dibuat terkejut. "kanker? Maksud dokter apa! Sahabat saya baik baik saja" reynand sangat shock.

"lakukan yang terbaik dok" agam segera meyelesaikan perdebatan ini karena adara butuh pertolongan dokter secepatnya.

Reynand menatap tak suka terhadap agam. Dengan cepat satu pukulan tepat mengenai pipi kiri agam. Tak sampai situ reynand masih memukul pipi kanan agam. Agam tak tinggal diam dia membalas memukul pipi kiri reynand dan mempiting reynand agar lebih tenang.

"lo bisa diem gak!"

"lepasin gue" reynand terus memberontak sampai akhirnya agam melepaskan pitingannya.

"lo tau semua ini! Jelasin sama gue sekarang!" reynand sangat emosi sekarang.

Baru agam akan berbicara namun sebuah suara membuatnya harus berhenti.

"Agam"

"ayah"

"om abid"

Lagi lagi reynand dibuat tak percaya. Ada apa ini? Kenapa hari ini semua terasa anah apa ini hanya mimpi jika iya bangunkan dia sekarang juga.

"lo manggil om abid ayah?" tanya reynand pada agam.

"reynand om mau bicara sama kamu" pinta abid dan disetujui reynand mereka duduk disalah satu kursi disana.

"om apa maksud semua ini. Ayah? Kanker?" reynand benar benar bingung.

Abid memegang bahu reynand. "agam putra om dia abangnya adara"

"maksud om apa? Bukannya adara anak tunggal"

"ceritanya panjang reynand om tidak bisa cerita sekarang tapi om berterima kasih kamu sudah menjaga adara"

"engak om. Reynand gagal, reynand gagal menjaga adara. Reynand aja gak tau adara punya penyakit mematikan reynand emang bodoh reynand gak becus jaga adara"

"jangan salahkan diri kamu, adara memang merahasiakan ini semua dari semua orang termasuk kita. Tapi agam tak tinggal diam dia terus mencari informasi itu sebabnya dia tau penyakit adara"

"saya tidak akan memaafkan diri saya jika sesuatu terjadi pada adara" reynand menjambak rambutnya frustasi.

Abid hanya dapat menenangkan reynand dengan mengelus punggung anak itu.

"reynand"

Reynand mengangkat pandangnya dan melihat lina berjalan kearahnya dengan raut khawatir.
Reynand menghampiri lina dan berlutut disana dia menyesali perbuatannya. "maafin reynand mumi, reynand gagal jagain adara. Reynand emang bodoh reynand gak pantas jaga adara" dengan cepat lina membantu reynand untuk berdiri dan memeluk anak itu. Ini bukan sepenuhnya kesalahannya adara sendirilah yang merahasiakan ini semua.

"sstttt... ini bukan kesalahan kamu"

"reynand janji reynand gak maafin diri reynand kalo sesuatu terjadi sama adara"

"kamu gak boleh ngomong gitu" lina terus menenangkan reynand karena suaranya anak itu terdengar semakin parau.

"lina"

"mas abid"

Pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik dan terjadi keheningan diantara mereka berdua.

"bisa kita bicara"

Lina melepaskan pelukan reynand dan mengangguk meyetujui permintaan mantan suaminya itu. Mereka berjalan kearah taman rumah sakit. Mereka duduk disalah satu bangku disana sempat terjadi keheningan sampai ahkirnya abid membuka pembicaraan. "apa kabar?"

"seperti yang mas lihat, bagaimana kabar mas?"

"baik"

"saya tau kesalahan saya sangat tidak dapat dimaafkan tapi saya mohon izinkan saya bertemu dengan anak saya" abid memohon dihadapan lina.

Ingin rasanya lina tertawa karena ucapan mantan suaminya itu seperti pemeran antagonis tapi dia sadar kini waktunya tidak tepat hatinya sedang berduka karena putrinya sedang terbaring lemah disana. "kenapa mas baru datang sekarang kemana mas selama bertahun tahun ini apa mas gak tau putri mas sangat membutuhkan seorang ayah dan memangnya saya pernah melarang mas untuk menemui anak mas. Tidak! Saya tidak pernah melarang mas tapi mas sendiri yang tidak mau menemui kami"

Abid terdiam kata kata lina sangatlah menusuk dihatinya tapi itu semua benar ada nya. Dia lah yang salah dia seperti seorang pecundang yang penakut iya dia terlalu takut untuk mengambil resiko. "maafkan saya lina saya tau saya salah, saya menyesal satu yang harus kamu tau saya masih menyayangi kalian berdua sampai kapan pun itu"

Lina bangkit dari duduknya dan berucap dengan tegas dan selalu ada penekanan disetiap kata yang dia ucapkan. "maaf masih banyak urusan yang lebih penting yang harus saya urus ketimbang membahas obrolan yang gak bermutu seperti ini. Saya permisi" lina meninggalkan abid sendiri ditaman itu.

Seperti ada ribuan batu yang menindih hatinya. Bagaimanapun wanita itu pernah dan masih berada dihatinya, kata kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya sangatlah berefek pada dirinya secara langsung maupun tidak langsung.

Adara|{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang