CHAPTER (8)

5.2K 505 56
                                    


"Kapan kau lahir, Eren?"

"Ouh, tigapuluh-maret."

"Hoouh, sebentar lagi ya."

"Dan kau Levi?"

"Dua puluh lima- Desember. "

"Hoooo." ucap Eren sambil mengangguk.

Pembicaraan selesai, Eren dan Levi pun kembali memusatkan pandangan mereka ke depan. Tangan Levi masih betah berada di sandaran kursi Eren, yang membuat Eren fokus tak fokus.  Eren mencuri-curi pandangan pada Levi. Tak bosan-bosannya ia terus mengagumi wajah tampan pria di sampingnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku pulang ~~"

"Selama datang, Eren. Bagaimana kuliahmu nak?"

"Seperti biasanya okaa-san, menyenangkan."

"Hmmmm~~baiklah, sekarang bersihkan badanmu. Makan malam sebentar lagi siap."

"Baiklah okaa-san."

25 menit kemudian, Eren keluar dari kamarnya dengan menggunakan pakaian santai.

"Aku pulang." suara berat seorang pria paruh baya terdengar, Eren yang mengenali suara itu langsung menghampirinya.

"Selamat datang otou-san/sayang." ucap Eren dan Carla bersamaan.

"Apa ada kemajuan tetang korban yang kau tangani, sayang?" tanya Carla.

"Tidak ada, nihil." balasnya dengan suara lesu.

"Tidak apa, bersabarlah." ucap Carla berusaha menenangkan suaminya. Grisha tersenyum, lalu menatap Eren dan Carla bergantian. Mreka memulai makan malamnya dengan khimat diiringi obrolan-obrolan ringan, penghangat suasana.

.

.

.

.

.

"Haaaaa~~aneh sekali,kenapa begitu banyak pembunuhan disini?" monolog Eren sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah selesai makan malam tadi. Tidak ada kerjaan,  Eren menggulingkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.

"Siapa pembunuh itu? Tidak mungkin itu Levi, karena dia kan sudah tidak meminum atau memangsa manusia."

"Kau sedang memikirkan apa, Bocah?"

Suara barithon menyahut, Eren segera mengalihkan pandangnya,dan melihat sesosok pria bersurai hitam tengah berdiri di samping jendela kamar dengan gaya khasnya -melipat tangannya di depan dada.

"Le-levi sedang apa kau di sini?" Eren segera bangun dari tidurnya, lalu duduk di atas kasur sambil memperhatikan pria raven itu.

"Hanya menatapmu dan aku merindukan mu Eren." wajah Eren memerah kala mendengar perkataan Levi, yang menurutnya terlalu jujur itu.

"Ka-kau ini~~" ucapnya malu-malu.

Saat sadar tengah di perhatikan, Eren segera mengalihkan pandangnya sedangkan Levi masih Setia menatapnya. Eren menarik nafasnya pelan sebelum kembali membuka suara, karena degup jantungnya yang meningkat dua kali lipat.

"Le-levi,  aku punya permintaan." ucapnya sedikit ragu, takut jika permintaannya akan di tolak nanti.

"Katakan"

My Lover Is Vampire [ Rivaere ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang