CHAPTER (22)

2.6K 271 34
                                    


"Mikasa, kau baik-baik saja?"

"Hm bagaimana dengan wanita itu?"

"Dia berhasil melarikan diri, cepat bawa Eren. Aku yakin saat ini ibunya tengah khawatir. Hari juga semakin senja."

"Hm. "

"Kau kemudikan mobil Eren, biar aku yang membawa Eren."

Mikasa mengangguk, Hanji langsung menggendong Eren du punggungnya dan melenggang pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ren~~"

"Eren~~" manik hijau nampak saat kelopak yang menutupi terbuka.

"Di-dimana aku?"

"Kau di rumah, Eren."

"Mikasa, Hanji san. Apa tang terjadi?"

"Kau pingsan tadi. Mikasa bilang kau sakit, lain kali jika kau merasa tidak enak badan tidak perlu kuliah. Kesehatanmu lebih penting."

"Ti-tidak tadi~~"

Suara Eren tertahan saat Hanji memegang tanganya, lalu tersenyum tipis.

"Kami akan menjelaskannya nanti." bisiknya, pemuda manis mengangguk.

"Maafkan aku Okaa san."

"Tidak apa-apa sayang, yang penting kau baik-baik saja." ucap Carla sambil mengelus surai coklat milik sang anak.

"Baiklah, karena Eren sudah siuman kami permisi untuk pulang, bibi." ujar Hanji

"Tunggulah sebentar, apa kalian tidak mau makan malam disini dulu?"

"Terimakasih bibi, tapi kami ada beberapa urusan, mungkin lain kali." ucap Mikasa

"Uuh sayang sekali."

"Baiklah, kalau begitu kami permisi bibi." ucap Mikasa dengan senyum tipis

"Nah, titan manisku jaga kesehatanmu. Besok aku akan menjemputmu, mama rindu padamu."

"Hm, baiklah terimakasih Hanji san, Mikasa."

"Ya baiklah, selamat malam."

"Eren, okaa san akan mengantar temanmu dulu."

"Baiklah okaa san."

Pintu tertutup, tangan terangkat hingga menutupi mata. Helaan nafas terdengar, kejadian beberapa jam yang lalu masih terasa nyata di kepalanya.

"Apa mau mereka sebenarnya?" gumam Eren.

.
.
.
.
.

"Hanji san,  kenapa Levi tidak menjawab panggilan ku?"

"Dia memang seperti itu titan manisku, jika sedang bekerja dia akan dedikasikan dirinya pada pekerjaan itu."

Balas Hanji tanpa mengalihkan perhatiannya pada jalanan yang sepi. Aspal jalan berubah menjadi jalanan biasa, rimbun pohon semakin lebat kala mobil hitam milik Hanji berbelok ke arah hutan.

"Kenapa sampai seperti itu?"

"Tentu saja supaya pekerjaanya cepat selesai, dan dia bisa bersama denganmu tanpa ada gangguan."

"Ha-hanji san!!"

Hanji tertawa puas saat melihat ekspresi bocah di sampingnya. Sungguh kesenangan tersendiri baginya untuk menggoda Eren hingga pipi berisi itu memerah.

My Lover Is Vampire [ Rivaere ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang