CHAPTER (20)

2.8K 295 25
                                    


"Kau menikmatinya?"

"Eem, mereka sangat baik."

"Aku juga tidak menyangka mereka akan bersifat begitu baik." ucap Xavi. Eren yang bingung menaikkan sebelah alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Biasanya jika melihat orang baru, mereka akan bersikap yaaa~~ sedikit sinis mungkin. Tapi itu tidak kepadamu."

"Kenapa?"

"Entahlah~~"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Terima kasih untuk hari ini, Xavi."

"Ya!  Aku senang, kau nampak menikmatinya tadi."

"Tentu saja."

"Berkunjung lah lagi. "

"Jika ada waktu."

"Baiklah, kau ada kelas kan??  Hati-hati di jalan. Aku pergi dulu, sampai jumpa, Eren."

Xavi pergi setelah ia pamit pada pemuda manis itu. Eren tersenyum, saat melihat punggung tegap itu melenggang pergi.

"Aku pulang ~~"

"Selamat datang, sayang. Kau kemana saja dengan Xavi tadi? "

"Hanya berkunjung ke rumah temannya."

"Emmm begitu."

"Otou-san kemana?"

"Tadi ada telpon mendadak yang mengharuskan ia pergi ke klinik."

"Begitu ya~~" guamam Eren

Ia melihat jam dinding di ruang tengah masih ada waktu satu jam lagi sebelum ia berangkat.

"Mandi sebentar kurasa tidak afa salahnya."

Pemuda itu pergi ke lantai dua. Menghela nafas ringan lalu melenggang masuk ke kamar mandi. 20 menit berlalu. Eren keluar dengan hanya sehelai kain yang melilit bagian privasinya. Merasa deja vu saat ia menghampiri lemari pakaian berwarna coklat itu.

"Ada-ada saja." gumamnya sambil menggelengkan kepala dan tersenyum simpul.
.
.
.
.
.
"Hati-hati di jalan, sayang."

"Baiklah."

Carla tersenyum saat melihat senyum merekah di bibir pemuda manis itu. Jujur saja, sebenarnya ia masih khawatir dengan anaknya. Perasahaanya sungguh tidak enak hari ini.

"Semoga tidak terjadi apa-apa." gumam Carla lalu masuk setelah melihat mobil yang di naiki putranya tidak lagi terjangkau oleh pengelihatannya.

Eren melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Mobil melaju dengan kecepatan normal menembus jalanan yang memang selalu sepi.

"Masih ada waktu, aku tidak akan terlambat." gumamnya.

Mobil merah terparkir apik, kepala bersurai coklat menyembul. Ia nampak melirik sekeliling lalu berbalik untuk mengunci pintu mobilnya.

"Titan imutku!!!! " suara menggelar, belum sempat pemuda manis itu berbalik, tubuhnya kini sudah dihantam seseorang.

Napas pemuda itu putus-putus sungguh pelukan ini bukan main-main. Rasanya tubuhnya akan remuk jika terus dalam posisi ini.

"Ha-hanji san Se-sak~"

"Kenapa kau begitu menggemaskan, Eren."

"Ku-kumohon lep-pas~~"

My Lover Is Vampire [ Rivaere ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang