CHAPTER (19)

2.8K 273 38
                                    

"Aku pulang~~" teriak Xavi saat berada di dalam rumah itu. Eren sedikit menaikkan alisnya.

"Apa maks~~"

"Selamat datang Xavi. Hei siapa pemuda manis yang kau bawa itu?" ucapan Eren terpotong karena suara wanita yang Eren yakini berada di dalam dapur rumah itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dia Eren, teman masa kecilku yang sering ku ceritakan padamu, Nanaba." ucap Xavi antusias.

"Ouh, hai nak bagaimana kabarmu?" tanya wanita itu sambil mengulurkan tangan.

"Sa-saya baik-baik saja, Nanaba-san." ucap Eren gugup sambil membalas uluran tangan Nanaba.

"Baiklah, aku akan memperkenalkan mu pada yang lain." tanpa menunggu jawaban Eren, Xavi pemuda pirang itu langsung menarik Eren.

Kini, kedua pemuda itu tengah berada di halaman depan. Nampak ada beberapa orang di sana. Mata hijau itu menatap satu persatu dari mereka dengan rasa penasaran.

Xavi menatap Eren sejenak lalu membuka suara memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka berdua.

"Bagaimana??  Apa kau menyukai tempat ini Eren?"

"U-um ya."

"Kau lihat pria berambut hitam sedikit ikal itu?" tanya Xavi sambil menunjuk pemuda yang di maksud.

"Y-ya, dia yang mengganggu ku beberapa hari lalu sampai aku mengetahui jika kau seorang werewolf."

"Heheheheh,  ya namanya Harry dan di sebelahnya yang berambut agak pirang namanya Rico." ucap Xavi yang di balas anggukan faham oleh Eren.

"Dan dua orang wanita yang tengah di bawah pohon itu~~" Eren mengalihkan pandangannya pada dua orang wanita yang tengah duduk di bawah pohon besar.

"Yang berambut coklat sepinggang dia Julia dan yang sedang menulis itu namanya Ilse. Keduanya sangat mirip hobi menulis dan membaca, mereka yang paling muda di antara kami."

"Hai!  Apa yang aku lewatkan?" suara lain menyahut Eren langsung mengalihkan pandangannya ke asal suara.

"Huwaaaa, siapa yang kau bawa itu Xavi?" tanyanya.

Eren menatap si pemilik suara yang tengah tersenyum akrab padanya. Seorang gadis lebih tepatnya, surai hitam sepinggang itu nampak bergoyang terbawa angin.

"Dia Eren, teman masa kecilku."

"Ouh jadi kau yang selalu di bicara kan Xavi, hmmm kau memang manis, Eren. Perkenalkan namaku Esme." ucap gadis itu sambil mengulurkan tangan.

"E-eren,  salam kenal."

"Kaku sekali, tenang lah, tidak usah gugup." ucap gadis itu.

Esme menghampiri Eren lalu diam di sebelahnya sambil menumpukan tubuhnya di pagar.

"Kau lihat pemuda berambut merah itu?" tanya Esme tiba-tiba.

"Ya-ya"

"Dia Daniel,  bisa di bilang pemuda itu adalah rival temanmu ini." ucap Esme sambil terkekeh.

"Hei, siapa yang mau menganggap orang itu rival, tch." elak Xavi. Eren terkekeh melihat prilaku pria di sampingnya.

"Hei, bukankah itu benar?  Jangan mengelaknya pirang, semua sudah tau itu." suara lain menyahut.

My Lover Is Vampire [ Rivaere ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang