CHAPTER (35)

3.9K 261 43
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa yang kau lihat, bocah?"

Manik hijau membulat kaget, terkejut.  Kelopak pucat yang sendari tadi tertutup kini terbuka,  menampilkan manik biru kehitaman. Pemuda coklat masih terdiam karena kaget, tak menyadari jika Levi kini sudah berdiri.

Tak terasa, kini pria pucat itu sudah berada di sisinya. Eren sedikit tersentak kala kasur yang ia pakai untuk tidur sedikit berderit karena Levi naik ke atas kasur.

Lengan pucat terulur, dingin terasa kala lengan Levi menyentuh tengkuknya lalu sedikit turun ke arah punggung dan menaikkannya pelan, menyuruh tubuh tinggi itu untuk duduk sejenak.

"Kau tertidur, Levi?" tanya Eren kala Levi sedikit mengangkat tubuhnya untuk duduk dengan hati-hati.

"Hmmm, memang kenapa bocah?"

"Emmm tidak, hanya saja bukannya kau tidak butuh tidur? Lalu kenapa kau tadi tertidur??"

"Hanya ingin."

"Apa maksudmu?"

"Sudahlah, jangan paksa otak kecilmu untuk berfikir."

"Kau menyebalkan Levi! "

Pipi berisi menggembung, tanda jika Eren marah. Sedangkan Levi hanya mendengus menahan tawa.

Tubuh pria pucat menyender pada senderan kasur. Setelah merasa posisinya nyaman, tubuh Eren kembali di tarik ke arah belakang. Menyenderkan punggung bocah coklat ke dada bidangnya, dengan bagian bawah Eren berada di antara kakinya.

Lengan pucat menarik selimut yang sempat tersibak. Kain lumayan tebal itu kini menutupi tubuh keduanya.

Lengan pucat melingkar pada pinggang ramping, membuat tubuh tinggi di depannya sedikit menjengit kaget.

Wajah mendekat ke arah leher, pipi tan merona kala merasakan ujung hidung Levi kini menyentuh permukaan kulitnya.

Nafas di tarik dalam, menghirup aroma manis dari tubuh Eren. Begitu harum dan memabukkan, wajar jika mahluk penghisap darah seperti Levi, banyak mengincar bocah coklat bermarga Jaeger itu.

"Le-levi hentikan." ucap Eren gugup kala Levi semakin menduselkan hidungnya.

Kepala Levi beralih, mengecupi surai coklat yang bergitu halus. Menghirup aroma buah yang menguar, entah sampo apa yang di gunakan Eren. Sungguh Levi sangat menyukainya.

Manik hijau tertutup, merasakan sentuhan dingin dari lengan Levi yang entah kenapa malah terasa hangat di kulit tan miliknya.

Manik hijau kembali terbuka, pipi merona dengan nafas sedikit memburu.

"Levi~"

"Hmm."

"Aku ingin menanyakan sesuatu." tak ada jawaban dari Levi, tapi Eren dapat merasakan jika kepala pria itu mengangguk.

"Kau pergi kemana saja selama beberapa minggu terakhir?"

"Tentu saja menjalankan tugas dari pak tua itu."

Alis tebal mengernyit, Levi menghela nafas.

"Kenny atau kau lebih mengenalnya sebagai ayahku, a-"

"Levi jangan bicara seperti itu, tidak baik. Dia ayahmu." ucap Eren sinis.

"Hn, Perusahaannya yang berada di paris mengalami pencurian data penting, tentu saja aku dan si ulat sagu harus mengurusnya. Jika perusahaan itu gulung tikar, bagaimana nasib para karyawannya?"

Eren diam beberapa saat kala mendengar penuturan Levi, tentu saja itu benar.

"Aku, si ulat sagu dan si tiang listrik itu sedikit kesulitan karena musuh juga mendapat campur tangan vampire suruhan Zeke untuk menutupi jejaknya. Oleh karena itu waktu yang di perlukan di luar perkiraan Mike."

My Lover Is Vampire [ Rivaere ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang