CHAPTER (24)

2.3K 251 12
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Matahari di gantikan bulan, beberapa clan terutama Outcast bergegas melakukan aktivitasnya, berburu. Sirnar bulan yang tak terlalu terang menjadi keuntungan tersendiri untuk mahluk penghisap darah ini.

Di dalam castil, lebih tepatnya ruangan sedang dengan obor sebagai penerang. Nampak 3 orang dewasa tengah berkumpul, raut wajah berbeda di tampilkan di wajah masing-masing.

"Aku sudah membulatkan tekadku, jika Erena lah yang pantas untuk menjadi penerus." ujar Eren

"Tapi apa Zeke akan menerimanya?" sahut Dina

"Aku yakin dia akan menerimanya, walau sedikit sulit. Anda sendiri bisa melihat hasil pertarungannya, kemarin."

"Ya, Kenny benar. Selain itu Zeke memiliki sifat yang keras kepala dan ambisius, Dina. Mengertilah, jika dia yang memimpin, kau tau sendiri bagaimana nantinya."

"Ya aku tau, aku harap ini semua akan baik-baik saja."

Obrolan berlanjut hingga menjelang dini hari. Bayangan di balik pintu hilang seketika, kala pembicaraan ketiga vampire dewasa selesai.

.
.
.
.
.

Gadis bersurai coklat mengehela nafas. Mata hijau menatap cermin,  menampakkan wajah putih pucat.

"Anda tidak perlu gugup, penobatan hanya akan berlangsung paling lama satu jam saja."

"Begitukah??"

"Ya anda tenang saja, semua sudah teratur. Ouh anda nampak sangat cantik."

"Hahaha, wajahku masih sama seperti biasanya, Pucat."

Pintu ruangan di buka, nampak wanita bersurai kuning menyembul di balik pintu.

Tangan memberi kode untuk teman Erena meninggalkan ruangannya. Semua berhamburan keluar, kini tinggal Erena dan Dina.

"Ibu, aku gugup."

"Hmmm tenang lah nak, semua akan baik-baik saja."

"Apa kak Zeke akan menghadirinya??  Sudah satu minggu lebih aku tidak melihatnya, semenjak kejadian di pertandingan waktu itu."

"Ibu yakin dia akan datang."Erena tersenyum simpul, lalu memeluk sang ibu.
.
.
.
.
.

Penobatan Erena berjalan lancar.  Mata hijau terus melirik tak tentu arah, nampak tengah mencari seseoraang.

Gadis origin menghampiri kedua orang tuanya yang tengah mengobrol dengan pelindung mereka.

"Ibu, aku tak melihat kak Zeke di manapun."

Dina tersenyum kecil kala melihat wajah khawatir dari putrinya. Surai coklat di usap pelan.

"Tenanglah sayang, mungkin dia berada di ruangannya.  Sekarang mau masuklah ke ruangan mu, acara penobatannya telah usai. Bersiaplah untuk hari esok."

"Benar yang ibumu katakan Erena, besok kau harus berlatih dengan Kenny." sambung Eren

"Baiklah."

"Hei-hei jangan sedih, Erena. Kau nampak buruk dengan wajah itu." ucap Kenny seadanya.

"Diamlah paman."

"Hahahahahha."

Erena meninggalkan tempatnya, dengan wajah tertekuk. Rasa bersalah melingkupi hatinya, ia ingat betul terakhir kali Zeke meninggalkannya adalah dalam kondisi kesal dan marah.

Dina menatap kepergian anak keduanya dengan raut sedih. Ia tau betul bagaimana gadis itu sangat menyayangi sang kakak.

"Jadi, bagaiamana??"

My Lover Is Vampire [ Rivaere ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang