11. Mine

2.3K 259 334
                                    

Seperti biasa, kalo belum mood jangan dibaca dari pada kalian gak komen :v karena ini panjang dan membosankan.

***

# Play : BTOB – Only One For Me #

If I don't hold onto you, who I longed for
I might regret it all my life

***

Menyerah, Rara tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ini sudah enam hari—setelah kejadian tidak menyenangkan yang sedang berusaha dia lupakan—tapi Dongi tidak kunjung memberikan jawaban dari setiap pesan yang dia kirim, bahkan ponselnya pun sering tidak bisa dihubungi karena tidak aktif maupun karena tidak diangkat oleh pemiliknya.

Dia tidak sabar menunggu lagi, Dongi sama sekali tidak memberikan kabar, tidak muncul di sosial media mana pun. Laki-laki itu benar-benar hilang begitu saja setelah—satu minggu lalu—mengantar Rara pulang sampai di rumah dengan selamat.

Setengah jam setelah Rara sampai dia berusaha mengirim pesan pada Dongi sekedar menanyakan apakah sudah sampai di rumah atau belum, tapi sampai esok harinya Rara tidak mendapat balasan apapun. Dia coba hubungi tapi nomornya tidak aktif sampai 2 hari berikutnya. Coba dia tanyakan pada Bobby dan Hanbin—yang berada di universitas sama dengan Dongi—tapi dua orang itu katakan tidak melihat Dongi dimana pun karena memang gedung mereka berbeda.

Mungkin terkesan lambat bagi Rara untuk datang langsung ke rumah Dongi setelah satu minggu cowok itu tidak memberi kabar, tapi itu juga bukan inginnya. Bagaimana pun dia perlu melakukan aktifitasnya, kuliahnya, orang tuanya, lingkungannya, hidupnya tidak selalu dan melulu tentang pacaran—sekali pun sulit sekali untuk mengesampingkan Dongi di setiap aktifitas yang sedang dia kerjakan.

Satu minggu, Rara pikir itu sudah cukup bagi Dongi untuk mendiamkannya. Kalau pun menurut Dongi satu minggu itu kurang toh Rara sudah menyiapkan permohonan maaf supaya Dongi tidak lagi memusuhinya.

Rasa penasaran dan khawatirnya yang membawanya kesini. Rumah Dongi.

Ini bukan kali pertama dia datang ke rumah minimalis bernuansa putih dan abu-abu itu, sudah beberapa kali dia datang dan rasanya intensitasnya datang kesini sudah membuat tetangga samping rumah Dongi dan satpam komplek menghafali wajahnya—terbukti tadi waktu dia melewati pos satpam, bapak satpam yang biasa disapa Dongi tersenyum padanya saat ia melemparkan sapaan berupa senyuman singkat—tapi tetap saja jantungnya berdetak heboh saat kakinya sudah menapak di teras rumah yang tidak pernah kelihatan kotor di mata Rara.

Ayolah, Dongi bahkan masih belum mau bicara padanya dan sekarang dia datang untuk menemui cowok itu tanpa pemberitahuan. Bagaimana kalau Rara diusir? Bagaimana kalau Rara ditolak? Bagaimana kalau dia dihujat Dongi lagi seperti minggu lalu?

Ah, Rara ingin nangis lagi saja rasanya.

"Lord, please!!" Gumamnya berusaha meyakinkan niat.

Setelah berdebat dengan hati dan pikirannya Rara nekad mengetuk pintu beberapa kali. Semenit dia menunggu dan pintu putih di hadapannya tak kunjung terbuka kembali dia mengetuk—kali ini lebih keras dari yang tadi—tapi lagi-lagi tak ada respon dari siapa pun yang entah ada atau tidak di dalam rumah.

Rara melenguh, dia berbalik berniat pulang saja karena sepertinya rumah itu kosong. Sekali lagi dia amati halaman rumah Dongi, mulai dari garasi—yang siang ini kosong padahal biasanya disana ada roda empat Mama dongi—sampai rak sepatu di depan jendela kamar Esther pun tak lepas dari perhatiannya—berharap rak itu mampu memberi jawab untuknya apakah yang dia cari ada di sana.

NEW KIDS ; iKONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang