"Maaf Buk, Ibuk ini istri mudanya Bapak ya? Kok agak beda sama yang dulu pernah diajak ke gudang hehehe."
Celia pengen ngamuk aja rasanya, setibanya di UGD dan ketemu sama mahluk bernama Ipul—manusia yang tadi angkat panggilannya ke telepon June—dia langsung ditodong pertanyaan seperti itu, pertanyaan yang tidak menyenangkan bahkan rasanya pertanyaan seperti itu sama sekali tidak perlu dan tidak pantas untuk ditanyakan dalam situasi duka cita seperti kematian begini.
Dia sudah mati-matian nyeret kaki buat sampai rumah sakit, nahan nangis sepanjang jalan sampai rasanya sesak nafas nyaris mati, sampai di rumah sakit malah ditanyain begitu.
Kurang ngenes apalagi coba Celia ini? Dapat kabar Mas Swa-nya serangan jantung dan meninggal dunia, terus juga ditanyain soal status dia sebagai istri muda. Siapa pun akan berpikiran June punya istri yang lain kalau—Celia, yang statusnya istrinya June—mendadak ditanya seperti itu!
"Bapak dimana sekarang?" Dia mau abai perihal status ke-istriannya, itu bisa diurus nanti kalau memang terbukti June hidung belang dan punya istri lebih dari satu.
Ipul yang sejak tadi mengamati Celia dari ujung rambut sampai kaki langsung kaget ditanya dengan nada ketus begitu, buru-buru dia berjalan dan meminta Celia untuk mengekorinya.
"Jenazah Bapak di taruh kamar mayat dulu Buk, Pak Man sama suster cowok tadi yang anter ke belakang."
Celia menghela nafas panjang dan nafas putus-putus yang keluar. Masih susah percaya kalo June udah gak ada. Rasanya kayak mimpi, posisinya dia baru bangun terus nyari June, sama orang dibilang Junenya mati.
Bener-bener kayak ketiban durian runtuh. SAKIT !!
Seumur-umur kenal June, dia gak pernah tau June punya riwayat penyakit jantung. Tadi pagi sebelum keluar rumah June juga baik-baik aja, kalau tau ujungnya begini mungkin tadi Celia pasung aja biar gak kemana-mana.
"Masa segampang itu sih Swa kamu ninggalin aku?!"
"Sabar ya Buk, ini ujian hidup. Umur manusia gak ada yang tau kapan berakhirnya."
Dua orang itu berjalan melalui lorong-lorong yang semakin jauh lorongnya semakin sepi, Celia terus mengikuti di belakang laki-laki yang dia rasa umurnya tidak beda terlalu jauh darinya.
"Emang enak ya jadi orang kaya, mau perempuan cantik model apa aja keturutan."
"Ngomong apa kamu?"
"E-eh enggak Buk," Jawab si manusia yang diketahui bernama Ipul itu takut-takut. "Bapak orang baik kok Buk, walaupun suka genit gitu tapi hatinya baik, gak pernah pelit kalo sama sopir-sopir—"
Kalimat Ipul kabur di telinga Celia kala melihat sosok yang baru saja keluar dari sebuah ruang, terlihat sedang sibuk berbicara pada seseorang melalui sambungan telepon. Airmatanya langsung meledak setelah memastikan manusia yang dia lihat sibuk bertelepon itu adalah June.
"JUNEEE!!!" Dia menjerit sekencang-kencangnya, lalu berlari meninggalkan Ipul yang sejatinya bertugas sebagai tour guide-nya untuk menemukan June.
Tanpa pikir panjang Celia menghambur memeluk June erat-erat, June yang tidak ada persiapan apapun sebelumnya nyaris roboh ditubruk tiba-tiba begitu.
Baik June maupun Celia, sama-sama kagetnya. June kaget karena tiba-tiba ada Celia, Celia kaget karena June nongol padahal beberapa jam lalu dia dikabari suaminya mati.
Celia nangis sejadi-jadinya yang tadi sempat ditahan-tahan di dalam taksi, di loby UGD, di apartemen, semuanya tumpah di bahu June.
"Is kok kamu tau aku di sini? Aduh bentar Is, ini teleponnya masih nyambung, lepasin—"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW KIDS ; iKON
Fanfiction"Let's meet with Our Family." ⚠️ Terdapat kata-kata kasar dan umpatan. Seluruh isi cerita hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, waktu dan tempat semuanya murni unsur ketidaksengajaan. Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. ⚠️...