6. Eksploitasi

2.6K 238 8
                                    

"ADRIAN!" pekik Clara menyadari kini sang suami telah berada di hadapannya sekarang.

"Apa Kau tak akan bangun hah?" tanya Adrian sambil membuka tirai kamar Clara.

"Kenapa kau datang?"

"Pertanyaanmu aneh, aku suamimu Clara."

"Huh, tak bisakah kau membiarkan aku senang sehari saja? Kan aku udah ijin juga."

"Aku sudah membiarkanmu senang seharian semalam. Aku bahkan membiarkanmu bersama pria lain semalam dan bahkan kau pulang larut malam."

"Dari mana dia tau? Jangan-jangan bunda ngasih tau?" tanya Clara dalam hati.

"Dia hanya Doni Dri, nggak perlu cemburu lah."

"Gampang sekali ya ngomongnya," sindir Adrian.

"Ya kan Doni satu kelas aku sih, ish."

"Tak baik perempuan pulang terlalu larut malam, apalagi dengan pria lain di saat si perempuan sudah bersuami."

"Sial, nanti malah ngasih kuliah tiga MK nih dosen nyebelin," batin Clara sambil terus memandangi Adrian.

"Kenapa liat-liat? Nggak suka suami ngasih wejangan? Aku gitu buat kebaikan kamu Lala."

"Kebaikan apanya dikekang ini itu, Lala Lala, cari sana yang namanya Lala buat dijadiin istri," cicit Clara dengan sangat pelan.

"Aku dengar ya La, kalo dinasehatin itu didenger bukan asik ngeyel."

"Iya iya aku minta maaf," ucap Clara, capek juga berdebat sama Adrian. Menguras tenaga banget.

"Bunda sudah pergi bersama ayah, mereka ada urusan katanya."

Clara hanya mengangguk mendengar ucapan Adrian, ia benar-benar sangat malas menanggapi pria itu.

"Hari ini kita pulang."

"HA!" Clara memekik mendengar ucapan Adrian, pria itu benar-benar keterlaluan, sebelumnya dia sudah mengijinkan Clara di rumah orang tuanya selama satu bulan, ini malah seperti ini.

"Kenapa?"

"Kan aku bilang seminggu Dri."

"Aku rasa tidak Lala cantik."

"Oh ayolah Dri, laki-laki yang dipegang kan omongannya."

"Omongan dan juga milikinya, dan kamu itu milik aku Lala. Kalo milik aku mulai diganggu orang ya aku harus bertindaklah."

"Tapi Kamu malah ngekang tau nggak," ucap Clara dengan wajah cemberut, tapi Adrian sedikit pun tak peduli. Pria itu malah tampak sibuk memperhatikan keseluruhan kamar Clara karena ini memang kali pertama ia masuk ke kamar sang istri.

"Nggak Lala, aku nggak bisa biarin kamu terus seperti ini. Lebih baik kamu di rumah belajar atau mengikuti ujian-ujian agar lebih cepat lulus. Daripada kamu asik jalan terus sama laki-laki lain, kamu udah nikah Lala." Clara memijat pelipisnya menahan umpatan yang sewaktu-waktu bisa keluar karena tindakan semena-mena sang suami.

"Kamu yang nikahin aku secara sepihak, bahkan tanpa persetujuan aku. Kamu pikir aku mau nikah secepat ini? Nggak banget, aku masih pengen nikmatin masa muda aku," ucap Chacha dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Hey, Kamu nangis?" tanya Adrian melembut, sikap Adrian memang seperti cuaca, suka berubah-ubah dalam sekejap. Bukannya menjawab Clara malah langsung meringkuk di dalam selimut sambil menangis pelan.

"La, aku minta maaf ya Sayang jangan nangis lagi dong," bujuk Adrian namun Clara tetap menangis, Adrian memeluk Clara dengan erat sehingga Clara tidak bisa memberontak.

"La maafin ya Sayang," bujuk Adriel lagi namun Chacha menggeleng dan tetap menangis.

"Kamu jahat tau nggak, kamu orang paling jahat yang pernah aku kenal hiks ..p. hiks ... Kamu ngambil masa muda aku dan sekarang ngekang aku hiks ... hiks ..." Adrian benar-benar merasa bersalah mendengar perkataan gadis muda yang sudah berstatus menjadi istrinya itu. Tapi ya mau bagaimana, Adrian terlalu cinta pada Clara dan sangat takut didahului orang lain, walaupun caranya sedikit salah.

"Aku minta maaf ya, jangan nangis lagi dong. Aku bakal ngelakuin apa aja asal kamu jangan nangis lagi," ucap Adrian sambil mengelus rambut Clara namun perempuan itu tak mau mendengar Adrian, bocah umur 20 tahun dinikahi sih, dasar bapak dosen.

"La, aku tuh sayang ... banget sama kamu, aku tuh cinta banget ... sama kamu. Makanya aku langsung nikahin kamu dan nggak ngebolehin kamu deket-deket sama cowok lain apalagi Doni. Aku tau kalian berdua itu PDKT secara nggak langsung, aku takut Doni ngeduluin aku makanya aku nikahin kamu. Jangan nangis lagi ya Sayang." Clara membuka selimutnya lalu duduk sehingga Adrian ikut duduk.

"Tapi nggak gitu juga caranya, kamu jahat HUAAAAA." Clara berteriak kemudian kembali menangis sambil memukuli Adrian,. Adrian hanya diam membiarkan istrinya itu melampiaskan dan meluapkan semua yang ia rasakan.

"Kamu jahat Adrian, jahat banget, kamu ngeksploitasi aku huaaaa." Wait, eksploitasi? Perasaan Adrian tak ada mengeksploitasi Clara, dia cuman nikahin Clara di usia muda. Apa maksud Clara menikah di usia muda itu ekploitasi? Eksploitasi dari segi mana coba? Adrian lalu menangkup wajah Clara dan mengecup kening perempuan itu membuat Clara terdiam. Ini memang bukan pertama kalinya tapi tetap saja Clara masih belum terbiasa.

"La ak-"

"Nama aku Clara, bukan Lala!" Clara langsung memotong perkataan Adrian membuat pria itu tertawa, Clara makin imut kalo lagi ngambek. Adrian jadi nggak sabar bawa pulang trus "dimakan" saking gemesnya.

"Iya Lala sayang, aku tuh nikahin kamu memang karena aku cinta banget sama kamu. Tolonglah jangan deket-deket Doni ya Sayang."

"Apa sih terserah aku lah ak-" Clara terdiam karena Adrian yang tiba-tiba menghempaskan tubuh Clara ke kasur dan langsung menindihnya.

"Ka ... Kamu mau ngapain?" tanya Clara takut, jujur ia belum siap melakukan segala kewajibannya sebagai istri.

"La, aku suami kamu Sayang, sanggup ya kamu deket-deket sama cowok lain?"

"Salah sendiri nikahin anak orang yang masih bocil, masih semester lima lagi." Adrian mau protes tapi semua yang diucapkan Clara benar.

"Clara Yeshara, usia dua puluh itu bukan usia yang muda lagi. Bakal banyak hal-hal berat yang harus kamu jalani." Clara terdiam mendengar perkataan Adrian, ia memang sering mendengar hal semacam itu dan ia sendiri bahkan sering khawatir dengan masa depannya, dengan hari-harinya yang akan datang.

"Geser, aku mau mandi," ucap Clara mengalihkan topik, ia benar-benar tak ingin membahas hal itu dengan Adrian karena bagaimana pun juga ia belum bisa menerima Adrian menjadi suaminya. Perempuan itu masih tak terima masa mudanya diambil secepat ini.

"Maafin aku dulu," ucap Adrian.

"Bodo amat nggak peduli, kamu geser ih aku pengen mandi," ucap Clara namun Adrian tak mau.

"Awas ..."

"Maafin aku dulu, abis itu kita pulang."

"Kamu jahat banget sih, aku tinggal di rumah orang tua aku aja nggak boleh? Kamu jahat Dri, kamu kejam, mending aku mati capek nangis daripada sama kamu, HUAAAAA." Clara kembali bersembunyi di balik selimut dan menangis sejadi-jadinya membuat Adrian menggelengkan kepala. Adrian sungguh tak menyangka siswanya yang selalu membantah ini ternyata sangat cengeng.

"La, jangan gitu dong Sayang," bujuk Adrian dengan begitu lembut tapi Clara tak peduli.

"Aku nggak mau, aku benci sama kamu hiks ... hiks ... hiks ... HUAAAAA."

"Ya udah kamu tenangin diri aja dulu ya, aku mau ke dapur dulu," ucap Adrian lalu mencium pucuk kepala Clara kemudian meninggalkan perempuan itu.

Tak lama setelah Adrian pergi Clara berhenti menangis dan membuka selimutnya.

"Dasar nggak ada hati, bukannya dibujuk, memang iblis, penjahat," caci Clara, ia memilih kembali tidur dari pada harus bertemu Adrian, ia sungguh kesal dengan pria itu.

Dosen Menyebalkan Itu Suamiku {Husband} || Monsta X Yoo KihyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang