Adrian dan Clara pun makan ke tempat restoran favorit mereka. Tak butuh waktu lama mereka kembali ke kampus, ya Adrian dengan siswa bimbingannya dan Clara dengan skripsinya. Kali ini Clara terpaksa sendiri karena teman-temannya sudah lebih dulu pulang, ia memilih pergi ke perpustakaan.
Sampai di perpustakaan Clara langsung sibuk dengan skripsinya, ia bahkan sengaja menonaktifkan ponselnya agar tak ada yang mengganggu, termasuk sang suami.
"Hey, sangat fokus ya sampai tak sadar aku di sini," ucap Hendra yang baru datang dan menepuk bahu Clara.
"Eh? Hehehhe sorry, kamu mau mengerjakan skripsi juga?" tanya Clara.
"Hhhhh tidak, aku malas. Biar saja skripsinya yang bekerja sendiri, aku sudah lelah tapi terus-terus revisi, lebih baik aku tidur."
"Hhhhhh dasar, bagaimana mau lulus kalau seperti itu."
"Tenang saja Nona Yeshara, aku pasti lulus," jawab Hendra lalu tidur.
"Hhhh dasar, ganteng-ganteng aneh," gumam Clara lalu fokus pada skripsinya.
Adrian mulai mondar-mandir karena Clara tak kunjung pulang, ia sudah menghubungi gadis itu berkali-kali tapi hasilnya nihil. Ia juga sudah mengunjungi semua rumah teman Clara namun hasilnya sama saja. Adrian langsung bergegas pergi begitu mengingat sesuatu.
"CLARA," teriak Adrian sambil menghidupkan lampu perpustakaan begitu ia berhasil membuka pintu perpustakaan itu.
"Eh? Bang?" Clara bangkit dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.
Adrian langsung berlari ke arah Clara dan memeluk gadisnya itu. Clara dapat merasakan detak jantung Adrian begitu kencang, napasnya juga belum teratur, ia tak mengatakan apa-apa ia hanya terus memeluk Clara dengan sangat erat.
"Maafin aku Bang, aku selalu saja merepotkanmu," ucap Clara dengan mata mulai memerah hendak menangis karena merasa bersalah pada Adrian sambil mengelus punggung pria itu.
"Kenapa tak mengabari abang?" tanya Adrian masih dengan napas terengah-engah dan mempererat pelukannya pada Clara seolah takut gadisnya itu hilang, Clara merasa sesak namun ia membiarkannya karena ia sangat paham perasaan Adrian sekarang.
"Maafkan aku," ucap Clara mulai terisak, ia merasa sangat bersalah pada Adrian.
"Hey kenapa malah menangis, heum?" tanya Adrian melepas pelukannya dan menangkup wajah Clara.
"Maafin aku Bang, aku selalu merepotkanmu aku memang tak berguna."
"Hey, istriku kenapa? Datang bulan?"
"Maafin aku, Bang aku tadi ketiduran dan aku menonaktifkan ponselku," ucap Clara, kini ia menunduk, ia tak sanggup menatap wajah Adrian.
Adrian tersenyum, ia kembali menangkup wajah Clara dan menatap mata sang istri dengan lembut.
"Tak perlu dipermasalahkan, yang penting kamu nggak papa. Sekarang kita pulang ya, sudah larut malam," ucap Adrian lembut dan Clara hanya bisa mengangguk. Ia lalu membereskan barangnya lalu keluar perpustakaan dan Adrian pun mengunci perpustakaan tersebut.
Begitu hendak berjalan Clara terkejut karena Adrian berjongkok di depannya.
"Ayo cepat," ucap Adrian tanpa memandang Clara.
"Eh? Apa-apaan sih, ayo cepat berdiri."
"Kamu pasti lelah kan sayang, ayo cepat naik."
"Astaga Bang, aku bisa jalan sendiri."
"Tidak, ayo cepat," paksa Adrian, kalau sudah begini Clara malas berdebat dengan Adrian karena pada akhirnya selalu Adrian yang menang.
Mereka tiba di rumah sekitar jam setengah satu malam, Clara langsung hendak ke dapur memeriksa makanan. Ia terkadang merasa gagal jadi istri karena Adrian yang lebih sering memasak. Adrian sebenarnya sebaik itu, ia begitu memanjakan Clara, ia tak masalah juga jika harus melakukan semua pekerjaan yang penting Clara bahagia. Ya walaupun terkadang menyebalkan sih dengan segala omelannya itu.
"Aku sudah memasak Sayang, hanya perlu dipanaskan lagi," ucap Adrian menyusul Clara ke dapur.
"Maafin aku Bang, aku memang tak pantas jadi istrimu, aku sangat tak berguna," ucap Clara kini kembali menunduk, entah kenapa akhir-akhir ini Clara gampang merasa bersalah.
"Hush, bicara apa sih? Kamu nggak gagal jadi istri. Kamu istri terbaik buat abang, abang sangat beruntung memilikimu Sayang, kamu tau sendiri kan betapa berjuangnya abang mendapatkanmu. Nggak boleh gitu ya, nggak usah merasa bersalah, nggak usah merasa gagal," ucap Adrian lalu memeluk Clara, gadis itu diam menikmati hangatnya pelukan Adrian dan menikmati aroma tubuh Adrian yang selalu jadi favoritnya. Entahlah, tapi berada di pelukan Juyeon benar-benar membuat Clara merasa nyaman.
Clara melepas pelukan Adrian dan menatap sang suami, Adrian tersenyum dan meraih wajah Clara. Ia memeluk Clara dengan sangat erat menghilangkan jarak diantara mereka. Clara sangat menikmati pelukan Adrian karena ia selalu merasa sangat aman di pelukan sang suami.
Drttt drttt drttt
Suara ponsel Adrian membuat dua insan itu mengakhiri kegiatan mereka
[Halo?]
[Halo selamat malam Pak, maaf mengganggu tapi apa Clara sudah ketemu?] tanya suara di seberang sana, ternyata yang menelepon adalah Lucya.
[Tak masalah, Clara sudah bersama saya sekarang.]
[Syukurlah, apa saya boleh berbicara dengannya Pak?]
[Tentu saja,] ucap Adrian lalu memberi ponselnya pada Clara, Clara awalnya bingung tapi ia hanya menerima ponselnya.
[Halo?]
[HEH BODOH KAU KEMANA SAJA SAMPAI SEMUA ORANG PUSING KARENAMU. KITA UDAH PANIK TAU NGGAK, UNTUNG KAU NGGAK KENAPA-KENAPA.] Clara otomatis menjauhkan ponsel dari telinga sebelum suara indah Lucya menghancurkan telinganya.
[Nona Lucya yang tersayang, maafkan aku ya. Aku tadi menonaktifkan ponselku dan aku ketiduran, hehhehe maafkan aku Lucya cantik.]
[Hhh, ya sudah tak masalah yang penting kau tak papa, aku akan mengabari yang lain. Nikmati waktumu Nona Yehezkiel, selamat malam.]
[Selamat malam Lucyaku.]
Clara pun langsung menyerahkan ponsel tersebut pada Adrian.
"Maafin aku Bang, Abang jadi repot."
"Heyyyy sudah-sudah sekarang duduk manis ya abang memanaskan makanan dulu," ucap Adrian mendudukan Clara, mengacak rambutnya lalu mencium kening istrinya itu.
Tak lama kemudian mereka pun makan, yap benar, makan tengah malam, sudah hampir jam satu malam. Tak ada yang buka suara, mungkin sama-sama lelah.
"Istirahat saja Bang, aku akan merapikan ini dulu," ucap Clara, Adrian tersenyum lalu mencium bibir Clara sekilas.
Begitu selesai membereskan meja dan menyuci bekas makan mereka Clara pun ke kamar, ia kira Adrian sudah tidur ternyata pria itu sedang memeriksa skripsi Clara.
"Tak usah sok tak mau dibantu, kalau begini terus kapan selesai huh? Kalau mengantuk tidur saja, abang akan memperbaiki ini," ucap Adrian, Clara pun duduk di samping Adrian dan memeluk lengan sang suami.
"Abang besok nggak ada kelas? Sebaiknya tidur saja dulu, ini sudah larut."
"Aku free besok, aku tak mengantuk, aku akan memperbaiki ini, kalau kau mengantuk tidur saja Sayang," ucap Adrian sambil mencium pucuk kepala Clara.
"Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku berjuang demi diriku sedangkan aku tidur, heum?" tanya Clara lalu mencium pipi Adrian.
"Ya sudah kita siapkan sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Menyebalkan Itu Suamiku {Husband} || Monsta X Yoo Kihyun
Fanfic"Bunda, apa Bunda tak memikirkan perbedaan umur kami? Delapan tahun Bun, delapan tahun. Perbedaan umur kami sangat jauh, delapan tahun." Bagaimana kehidupan seorang Clara Yeshara yang menikah dengan Yehezkiel Adrian yang merupakan dosennya sendiri...