Pembelajaran berjalan seperti biasanya, hingga mata kuliah tercinta itu selesai, kebanyakan mahasiswa menghela napas lega begitu Adrian keluar.
"Hah!" Clara menghela napas kemudian memejamkan mata, ia lelah dengan tatapan menusuk dari Adrian sepanjang kelas tadi, rasanya Clara ingin lari saja daripada harus terus ditatap seperti itu. Tanpa seijin Clara air matanya menetes membasahi pipi perempuan itu. Clara memang paling tak bisa ditatap tajam seperti itu, sebut saja ia manja, perempuan itu sama sekali tak peduli.
"Heh, kenapa nangis?" tanya Lucya pelan agar tak ada yang mendengar, Clara langsung menggeleng lengkap dengan senyumnya kemudian menghapus air matanya.
"Pak Adrian nyakitin kamu?" tanya Lucya berbisik namun Clara masih saja menggeleng lengkap dengan senyumnya.
"Aku cuman capek, pengen cepet-cepet pulang aja deh," ucap Clara.
"Ya udah ayo pulang," ucap Bona dan yang lain mengangguk setuju.
"Mau pulang bareng aku nggak?" tanya Doni dengan senyum tampannya, aduh terima kasih banyak Doni tapi hal itu sangat tidak mungkin, yang ada Adrian semakin cemburu dan masalahnya semakin rumit.
Ting
[Abang tunggu di minimarket depan.] Untung layar ponsel Clara gelap jadi yang lain tak bisa melihat pesan yang masuk ke ponsel perempuan itu walaupun sekilas.
"Makasih banyak Don, tapi kita mau ke rumah Lucya nih."
"Iya, mamanya Lucya minta kita datang." Untung teman-teman Clara cepat tanggap, Dara langsung berbicara seperti itu agar Doni percaya.
"Ok deh, kalo gitu gue duluan ya," ucap Doni, pria itu tak tampak kecewa tapi ia tetap berusaha tersenyum.
"Ya udah ayo," ucap Lucya dan mereka pun pergi, semua teman Clara membawa mobil, hanya dirinya yang tidak karena Adrian memang selalu mengantar jemputnya kemana-mana. Namun hari ini kebetulan Bona tak membawa mobil sehingga mereka bertiga di mobil Lucya.
"Pak Adrian ngapain kamu? Cerita aja nggak usah bohong," ucap Bona to the point karena dari awal Adrian masuk ia sudah sadar ada yang tak beres dengan Clara, wajah perempuan itu memang tampak baik-baik saja tapi tidak dengan matanya, mata perempuan itu sangat tak bisa berbohong.
"Nggak papa kok, aku memang malas aja sama kelas tadi apalagi karena udah siang jawab Clara." Mereka memang teman-teman dekatnya, mereka juga sering saling berkeluh-kesah. Tapi Clara rasa posisinya sudah beda sekarang, ia sudah punya rumah tangga dan menurut perempuan itu tak seharusnya semua tentang kisah rumah tangganya dengan Adrian perlu diceritakan ke siapapun. Lucya dan Bona sama-sama tersenyum sembari menggelengkan kepala, mereka tahu Clara berbohong tapi mereka juga berusaha memahami perempuan itu.
"Ya udah deh, tapi kamu mesti ingat kalo kita selalu ada buat kamu," ucap Bona dan Clara mengangguk lengkap dengan senyumnya. Tak banyak yang mereka bicarakan karena tak butuh waktu lama mereka sudah tiba di minimarket yang dituju.
"Kalo ada apa-apa langsung kabari kita," ucap Lucya.
"Iya aku pergi ya, bye," ucap Clara kemudian meninggalkan mobil Lucya dan langsung menuju mobil Adrian yang tak jauh dari mobil Lucya.
Clara memasuki mobil Adrian tanpa mengatakan apa-apa karena ia sudah terlebih dahulu kesal dengan tatapan tajam pria itu di kelas tadi. Sama halnya dengan Clara, Adrian pun langsung melajukan mobilnya. Saking cintanya Adrian pada Clara ia sangat posesif dengan perempuan itu, ia melihat Clara dengan Doni tadi pagi saja Adrian langsung cemburu, dan yang lebih parahnya lagi Adrian melampiaskan rasa cemburunya dengan cara yang membahayakan seperti sekarang ini, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dulu Clara memang takut jika Adrian seperti ini, tapi tidak dengan sekarang. Ia justru tak peduli lagi jika Adrian mengebut.
***
"Ayo masuk," ucap Adrian begitu mereka tiba di rumah, ia hanya mengatakan kata-kata itu tanpa ada niatan membuka pintu mobil padahal ia selalu membukakannya untuk sang istri tercinta. Clara menghela napas kemudian langsung masuk ke rumah.
"Cuci tangan sama kaki," ucap Adrian begitu mereka masuk ke dalam rumah, entah itu salah satu ciri-ciri jodoh atau bagaimana tapi sudah menjadi kebiasaan Clara dan Adrian mencuci kaki dan tangan setelah menghabiskan waktu di luar, dan itu mereka lakukan sejak kecil, jauh sebelum mereka bertemu. Clara tak mengatakan apa-apa, ia hanya menuruti perkataan sang suami. Begitu keluar dari kamar mandi Clara mendapati Adrian sudah duduk menyender di kasur sembari memainkan ponselnya.
"Sini," ucap Adrian, nada suara pria itu benar-benar mengintimidasi, lagi-lagi Clara hanya bisa menghela napas. Entah sudah berapa kali perempuan itu menghela napas hari ini, nyatanya menikah dengan dosen tercinta tak seindah yang ada di cerita-cerita. Memang Clara ada senangnya sih, kadang Adrian juga memanjakannya. Tapi ya begitu, tak jarang juga Adrian mengomeli Clara bahkan sampai membuat perempuan itu menangis.
"Sini peluk." Hah? Bukannya Adrian ceritanya sedang marah pada Clara? Kenapa malah suruh peluk, mana Adrian kini shirtless, otak Clara kan jadi berkelana. Tapi ya, lagi-lagi Clara hanya menurut, daripada ribet ya lebih baik menurut saja.
Chup chup chup
Hah? Clara mengerjapkan mata kaget ketika Adrian menciumi seluruh wajahnya. Tak sampai di situ, Adrian kemudian memeluk Clara sembari mengelus rambut perempuan itu. Ini maksudnya apa sih? Jadi Adrian sebenarnya marah atau tidak sih pada Clara?
"Bang," panggil Clara pelan, tangan perempuan itu mulai bergerak di tubuh Adrian membuat garis-garis abstrak di dada Adrian.
"Eum?"
"Hah! Kenapa cuman heum sih? Gue mana bisa ngerti heum heum anjir," maki Clara dalam hati.
"Diam, abang pengen gini aja dulu," ucap Adrian dengan tangan yang terus mengelus rambut Clara, ya sudahlah, perempuan itu memilih untuk menurut saja.
Tapi ... ini terlalu lama, Clara jadi mengantuk sendiri, apalagi Adrian terus mengelus rambutnya. Sudahlah, Clara tak tahan lagi, perempuan itu akhirnya tertidur, ia tak peduli lagi dengan Adrian, mau pria itu marah atau bagaimana terserah dirinya, Clara menggantuk.
Adrian tersadar bahwa Clara telah tidur setelah mendengar dengkuran halus perempuan itu. Adrian tersenyum melihat wajah Clara ketika tidur, tampak sangat polos dan tanpa beban.
"Kamu tau nggak sih kalo kamu cantik banget dan banyak yang suka? Tolong jangan buat abang capek dan panik sama tingkah kamu Ra, abang nikahin kamu biar kamu nggak bisa lirik cowok lain Ra, tapi kamu malah makin bertingkah setelah kita nikah. Ayolah Sayang, abang cinta banget sama kamu, jangan lirik-lirik laki-laki lain Cinta, abang mohon banget," ucap Adrian pelan sembari mengelus lembut wajah Clara.
"Cantik banget deh," ucap Adrian kemudian menciumi seluruh wajah Clara, untung perempuan itu sama sekali tak terganggu dengan tingkah sang suami.
"Abang sayang kamu Ra, abang cinta banget sama kamu, tolong berhenti buat abang panik dan takut kehilangan kamu," ucap Adrian, ia mengeratkan pelukannya pada Clara dengan tangan yang asik mengelus rambut sang istri hingga akhirnya ia tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Menyebalkan Itu Suamiku {Husband} || Monsta X Yoo Kihyun
Fiksi Penggemar"Bunda, apa Bunda tak memikirkan perbedaan umur kami? Delapan tahun Bun, delapan tahun. Perbedaan umur kami sangat jauh, delapan tahun." Bagaimana kehidupan seorang Clara Yeshara yang menikah dengan Yehezkiel Adrian yang merupakan dosennya sendiri...