Hari ini adalah hari pernikahan Adrian dengan Clara. Seperti permintaan Clara, acaranya sangat sederhana dan yang diundang pun hanya orang-orang dekat mereka termasuk teman dekat Clara.
Clara masih tak rela masa mudanya diambil secepat ini tapi ia juga tak boleh egois kan, dia tak mungkin menampilkan wajah kesalnya pada tamu undangan. Yang ada orang tuanya dan orang tua Adrian malu. Setelah acara selesai mereka langsung pulang ke rumah Adrian yang kini menjadi rumahnya juga. Sepertinya kali ini Clara harus memuji Adrian untuk hal yang satu ini, masih muda saja Adrian sudah punya rumah yang terbilang besar. Kata mertuanya itu hasil jerih payah Adrian sendiri. Entahlah Clara tak terlalu mempedulikan hal itu.
"Dimana kamarku?" tanya Clara begitu mereka tiba."Kita satu kamar Lala."
"Nama saya Clara Pak." Clara tak pernah lelah mempertegas bahwa namanya adalah Clara, bukan Lala.
"Jangan panggil Pak lagi Sayang, dan satu lagi, kita satu kamar karena kita sudah menjadi suami istri yang sah di mata agama dan negara.
"Ha? Tidak, jangan gila."
"Apanya yang gila sih Sayang? Bukannya suami dan istri memang tidur bersama? Kita bukan pasangan hasil perjodohan Clara, yang selalu diawali dengan tidur terpisah namun akhirnya satu kamar juga, itu terlalu dramatis." Clara rasanya ingin muntah setiap kali Adrian memanggilnya "Sayang".
"Hmmmm .... Jadi Bapak tak suka hal dramatis?" tanya Clara basa-basi.
"Iyalah, dan juga jangan manggil bapak, aku suamimu. Panggil Adrian, atau sayang juga boleh."
"Tapi aku suka hal dramatis."
"Aku tak peduli."
"Jadi untuk apa Bapak menikahi aku? Hhhhh dasar." Rasanya Clara masih sangat aneh memanggil nama Adrian.
"Kamu akan tau nanti sayang," ucap Adrian tersenyum sambil mengelus pipi Clara membuat gadis itu cepat-cepat menepis tangan orang yang beberapa jam lalu resmi menjadi istrinya.
"Ya udah, aku mau tidur satu kamar sama Bapak."
"Memang harus begitu Lala." Hah, ingin rasanya Clara memukul pria ini. Maunya sebenarnya apa menikahi Clara, dasar aneh. Apa dia mau mempermainkan Clara?
"Tapi ada syaratnya," ucap Clara dengan mata berapi-api.
"Apa?" tanya Adrian sambil membuka kancing bajunya.
"Astaga Pak! Jangan buka di sini, dasar cabul," ucap Clara sambil menutup wajah dengan tangannya. Adrian hanya terkekeh, apa anak ini memang sepolos itu? Pikir Adrian.
"Apa syaratnya Lala Sayang?" tanya Riski sambil tersenyum. Sial, kenapa senyumnya manis sih? Astaga.
"Kurangi tugas dan jangan jadikan aku bulan-bulanan Bapak lagi. Satu lagi, nama aku Clara Yeshara bukan Lala, jangan pernah panggil aku pake panggilan itu lagi, jijik tau nggak."
"Tak bisa sayang, itu panggilan khusus dari suami kamu ini," ucap Adrian membuat Clara rasanya ingin muntah, ini dosen killernya memang se-alay ini?
"Kalo soal tugas, aku tak akan menjadikanmu bulan-bulanan lagi karena aku sudah mendapatkanmu Sayang."
"Hah?" Clara nggak salah dengar? Ia butuh cotton bud sekarang, siapa tau kotoran di telinganya sudah menumpuk makanya pendengarannya rada-rada bermasalah.
"Ya itu untuk mendapatkanmu, memang Kamu percaya ketika aku selalu bilang tugasmu kurang memuaskan? Kalau Kamu tanya dosen lain pun mereka akan bilang tugas-tugasmu bagus dan masuk jajaran terbaik."
"Ha?" Clara melongo dengan ucapan Adrian tadi, ingin rasanya ia membunuh Adrian sekarang tapi masalahnya manusia songong itu sudah menjadi suaminya sekarang kalau ia membunuhnya ia akan menjanda, lebih tepatnya janda muda, ah sangat tidak elit.
"ADRIAN KURANG AJ----" belum selesai Clara berbicara, lebih tepatnya berteriak Adrian sudah membekap mulutnya, Clara berani meneriaki Adrian saking geramnya pada pria itu. Rasanya kesabaran Clara selalu dipermainkan oleh dosen killer nan menyebalkan itu.
"Jangan berteriak sayang, ini sudah malam," bisik Adrian tepat di telinga Clara dan deru napas Adrian bahkan mengenai kulit leher Clara membuat gadis itu bergidik ngeri.
"Aku membenci Bapak," ucap Clara lalu menghentakkan kakinya kemudian masuk ke kamar Adrian yang sekarang juga sudah menjadi kamarnya. Mandi lalu langsung tidur, Adrian memilih mandi di kamar mandi lain.
Selesai mandi Riski menuju kamar, ia melihat Clara sudah tertidur pulas dengan wajah polosnya yang terlihat sangat cantik di mata Adrian.
"Dasar cerewet, maaf ya aku nikahin Kamu dengan cara seperti ini. Soalnya Kamu keliatan susah banget dideketin jadi terpaksa deh pake jalan ninja" ucap Adrian sambil tersenyum dan mengelus kepala Clara. Ia pun tidur di samping Clara dan memeluk gadis itu.
***
Sinar matahari yang menerobos ke kamar itu membuat Clara mengerjap-erjapkan matanya. Tapi ia masih terlalu malas bangun, yang ia ingat hari ini hari pertama liburan semester, ia tidak ingat statusnya yang sudah menjadi istri orang, lebih tepatnya dosennya sendiri.
"Dasar pemalas, ini sudah jam delapan dan Kamu tak berniat bangun?" tanya Adrian sambil membuka tirai membuat mata Clara semakin silau sehingga ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Adrian suka berubah-ubah, tadi malam masih memanggil "Sayang", sekarang malah judes.
"Ayo bangun jangan bermalas-malasan," ucap Adrian yang menyibak selimut Clara dan menindihnya membuat Clara menelan ludah kasar. Melihat Adrian sedekat ini? Mungkin merupakan harapan semua kaum hawa di kampus tapi tidak dengan Clara. Kalo Clara mah amit-amit.
"Pak awas," ucap Clara sambil mencoba mendorong Adrian namun percuma karena tenaganya tak seberapa.
"Adrian awas, Kamu yang menyuruhku jangan bermalas-malasan tapi Kamu malah kayak gini. Aku mana bisa bergerak, awas." Clara mulai mencoba memanggil Adrian dengan panggilan "Kamu" atau langsung nama, itung-itung kalo emosi bisa langsung di caci-maki.
"Morning kiss dulu."
Brukkk
Entah kekuatan dari mana Clara bisa mendorong Adrian sampai pria itu tersungkur di lantai.
"Morning kiss saja dengan lantai itu," ucap Clara lalu meninggalkan Adrian yang masih meringis karena badannya sakit.
***
"Hari pertama tak masalah aku yang memasak karena tadi Kamu tidur sangat lelap. Besok-besok Kamu harus belajar, aku akan mengajarimu," ucap Adrian, kini mereka sedang di meja makan.
"Kamu tak sungguh-sungguh tidur bersamaku kan semalam?"
"Jadi menurutmu aku tidur dimana? Kamu istriku jadi wajar kan."
Istri? Rasanya Clara masih aneh dengan nama itu.
"Asal Kamu tak macam-macam," ucap Clara sedangkan Adrian hanya menggendikkan bahu.
"Hari ini kita belanja, bahan makanan habis," ucap Adrian, Clara hanya mengangguk, dia terlalu malas berbicara dengan Adrian.
***
Sebenarnya Adrian terkadang bisa menjadi manis, ya salah satunya seperti saat ini. Mereka tengah berbelanja, Clara memilih-milih bahan makanan sedangkan Adrian mengikuti dari belakang sambil mendorong troli.
"Clara?" Clara menoleh, ia terkejut dan gelapan karena harus bertemu dengan Doni.
"Eh Doni hy," ucap Clara kikuk.
"Kamu sama Pak Adrian?" tanya Doni, Clara bingung, ia tak tau harus menjawab apa, hanya teman dekat Clara yang tau kalau dia sudah menikah. Mana mungkin ia mengatakan pada Doni kalau dia sudah menikah, dengan sang dosen pula, heol.
"Eh Pak Adrian? Eh halo Pak," ucap Clara berpura-pura.
"Maaf baru menyadari keberadaan Bapak," ucap Clara lagi sedangkan Adrian sudah mentapnya dengan tatapan mematikan.
"Halo Pak," sapa Doni tersenyum dan hanya dibalas anggukan dari Adrian. Lalu Adrian meninggalkan Doni dan Clara.
"Doni,, aku duluan ya aku buru-buru," ucap Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Menyebalkan Itu Suamiku {Husband} || Monsta X Yoo Kihyun
Fanfiction"Bunda, apa Bunda tak memikirkan perbedaan umur kami? Delapan tahun Bun, delapan tahun. Perbedaan umur kami sangat jauh, delapan tahun." Bagaimana kehidupan seorang Clara Yeshara yang menikah dengan Yehezkiel Adrian yang merupakan dosennya sendiri...