"Kenapa lagi? Kok dari tadi malam cemberut terus sih? Abang ada salah sama kamu?" tanya Adrian lembut ketika ia akan berangkat ke kampus, sejak pulang dari cafe tadi malam Clara terus cemberut, entah apa yang terjadi dengan perempuan itu Adrian pun tak tahu, ia berusaha sabar bertanya pada Clara.
"Nggak ada apa-apa, ya udah ayo berangkat," ucap Clara singkat tanpa sedikitpun melihat Adrian, ia tak mau bercerita pada Adrian karena bercerita pada Adrian sama saja menambah masalah.
"Abang minta maaf kalo abang ada salah, abang minta maaf ya Sayang," ucap Adrian lembut sembari mengelus tangan Clara, berat memang menghadapi orang yang kekanak-kanakan seperti Clara, tapi ya mau bagaimana, itu sudah resiko Adrian, ia yang memilih sendiri. Jadi daripada masalah semakin besar lebih baik ia yang mengalah dan minta maaf, ya walaupun Adrian sebenarnya tak tahu apa salahnya. Perasaan ia bersikap baik terus pada Clara, perempuan itu menghela napas kemudian menatap Adrian.
"Aku nggak papa Bang, serius deh, udah ayo buruan sebelum terlambat," ucap Clara dengan senyum yang jelas-jelas dipaksakan. Adrian tersenyum, ia mendekat kemudian mengecup kening Clara lembut membuat Clara kaget, maklumlah, Clara belum terbiasa dengan hal semacam ini.
"Kalo memang nggak ada apa-apa jangan cemberut ya cantik," ucap Adrian masih dengan senyumnya, ia kemudian mencubit pelan pipi Clara, perempuan itu tersenyum walaupun keadaan hatinya masih berantakan, kalau ia terus cemberut yang ada mereka tak kunjung berangkat ke kampus.
***
"Semangat kuliahnya, jangan cemberut-cemberut, awas nanti kalo pas abang masuk kamu cemberut, abang hukum kamu di rumah." Clara memutar bola mata malas mendengar perkataan Adrian, masih saja suka mengancam.
"Iya iya, aku duluan ya, bye," ucap Clara, perempuan itu mengecup bibir Adrian sekilas sebelum pria itu semakin cerewet, Adrian cukup kaget dengan aksi tiba-tiba sang istri namun sepersekian detik kemudian ia tersenyum. Inisiatif sang istri membuat Adrian semakin semangat pagi ini.
"Semangat Sayang," ucap Adrian dan Clara hanya mengangguk kemudian berjalan semakin jauh dari mobil Adrian. Too much information, Clara selalu turun di minimarket yang tak begitu jauh dari kampus agar tidak menimbulkan kecurigaan apalagi kehebohan di antara orang-orang di kampus. Clara lebih memilih berjalan daripada menjadi hot issue di kampus. Adrian tak henti-hentinya tersenyum melihat sang istri yang berjalan menuju gerbang kampus sampai akhirnya ...
Tin tin
Clara menoleh menuju sumber suara dan ternyata itu adalah Doni.
"Ayo naik." Tidak seperti Doni yang biasanya manis dan lembut, kali ini Doni tampak sangat dingin dan bahkan tatapannya membuat Clara ciut.
"Eum ... nggak usah, aku bisa jalan sendiri Don, lagian dekat kok," ucap Clara, entah kenapa Doni tampak begitu menakutkan sekarang.
"Aku bilang naik." Sial, Doni membuat Clara tak berani membantah.
"I- i- iya," ucap Clara terbata-bata kemudian dengan cepat naik ke motor Doni. Perempuan itu kaget ketika Doni melajukan motornya dengan kecepatan tinggi sehingga Clara refleks memeluk Doni. Tanpa mereka sadari Adrian masih di posisinya yang tadi memandangi kedua insan manusia tersebut, emosi Adrian langsung memuncak melihat Clara memeluk Doni seperti tadi, ia memegang setir mobil dengan kasar untuk melampiaskan apa yang ia rasa. Pria itu kemudian melajukan mobilnya menuju kampus, ia ada kelas pagi jadi harus cepat-cepat.
Kembali ke Clara dan Doni, begitu tiba di parkiran Doni langsung mengajak Clara ke rooftop."Kita ada kelas pagi Don," ucap Clara mengingatkan, masa iya seorang Doni Prayogi lupa kelas, terdengar sangat mustahil.
"Kelasnya nggak jadi," ucap Doni sembari menunjukkan pesan di grup kelas yang dikirim dosen sepuluh menit yang lalu, ah berarti ketika Clara di mobil tadi, ia memang tak ada memeriksa ponselnya karena perempuan itu sangat pusing dengan semua yang terjadi, ditambah lagi Doni tiba-tiba seperti ini, Clara rasanya semakin pusing dan ingin kabur saja. Untung Juno berangkat ke Swiss subuh tadi, kalau masih ada Juno bisa semakin rumit.
"Mau ngapain? Emang harus banget ya ke rooftop?" tanya Clara, ayolah, masalah ini tak hanya membuat Clara lemah secara pikiran, tapi juga secara fisik.
"Harus, ini penting," ucap Doni kemudian langsung menarik tangan Clara menuju rooftop sehingga perempuan itu tak bisa menolak.
"Maafin aku ya Ra, tadi aku kasar banget," ucap Doni begitu mereka tiba di rooftop, pria itu bahkan berlutut sembari menggenggam tangan Clara, eh? Clara kaget bukan main dengan perubahan Doni yang terjadi secara tiba-tiba, Doni sebenarnya kenapa sih?
"Eum ... Kamu kenapa sih? Ada masalah atau gimana?" tanya Clara, siapa tau Doni ada masalah pribadi namun pelampiasannya justru pada orang lain.
"Ini bukan tentang aku, tapi tentang kamu," ucap Doni membuat Clara semakin pusing, memangnya ia kenapa? Haduh, membuat pusing saja.
"Kok aku? Ya udah sekarang kita duduk di sana dulu," ucap Clara kemudian menuntun Doni berdiri kemudian mereka duduk di sebuah kursi panjang di tempat tersebut.
"Sekarang jelasin, kenapa kamu tiba-tiba kayak gitu?" tanya Clara.
"Aku kebawa emosi, maaf banget ya," ucap Doni dengan tatapan yang begitu memelas, duh kalau seperti ini Clara tak sanggup menolak sih.
"Iya iya aku maafin, tapi masalahnya apa sih? Apa yang buat kamu kebawa emosi?" tanya Clara lagi, ini yang sejak tadi ingin Clara ketahui tapi Doni masih saja berputar-putar dengan hal lain.
"Kamu ada hubungan apa sama Kak Juno?" Nah kan, topiknya lain lagi, lama-lama Clara jadi kesal dengan Doni, kenapa pria ini sangat menyebalkan sih?
"Hubungan apa? Nggak ada apa-apa ah, kamu ada-ada aja deh pertanyaannya."
"Serius? Yakin nggak ada hubungan apa-apa?" Clara mengerutkan kening mendengar pertanyaan Doni, apa pria itu cemburu? Eh?
"Serius Doni, nggak percayaan ih."
"Wajar dong nggak percaya, kalian lengket banget."
"Ahahah itu mungkin gara-gara aku yang pertama kali dikenal Kak Juno jadi ya sedikit lebih akrab dibanding yang lain, itu aja sih, nggak ada apa-apa," ucap Clara, padahal dalam hati pikiran perempuan itu sudah campur aduk, ia benar-benar pusing sekarang.
"Oh gitu ya," ucap Doni kikuk, ia menunduk sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal, pria itu lega Clara tak ada hubungan apa-apa dengan si dosen muda, di satu sisi ia juga malu telah bersikap seperti itu pada Clara karena salah paham, hadeh.
"Udah beres 'kan? Nggak ada yang perlu dibicarain 'kan?" tanya Clara lengkap dengan senyumnya, Doni pun menggeleng dengan senyuman.
"Maaf ya udah kasar sama kamu tadi," ucap Doni, Clara tertawa, ia tak pernah melihat Doni seperti ini sebelumnya.
"Iya iya, makanya lain kali tuh tanya dulu," ucap Clara, ya setidaknya ia bisa sedikit lega sekarang, sedikit pusing ya menghadapi keadaan seperti ini.
"Sebagai tanda permintaan maaf aku, sekarang ikut aku yok."
"Eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Menyebalkan Itu Suamiku {Husband} || Monsta X Yoo Kihyun
Fanfic"Bunda, apa Bunda tak memikirkan perbedaan umur kami? Delapan tahun Bun, delapan tahun. Perbedaan umur kami sangat jauh, delapan tahun." Bagaimana kehidupan seorang Clara Yeshara yang menikah dengan Yehezkiel Adrian yang merupakan dosennya sendiri...