"Jangan pulang kemalaman," ucap Adrian pelan namun masih dapat di denger oleh Clara tapi perempuan itu seolah menulikan telinga. Saking kesalnya pada Adrian, ingin rasanya Clara setiap saat menulikan telinga untuk suara Adrian dan membutakan mata agar tak melihat wajah pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
Begitu di jalan di depan jurusan Clara berhenti dan memasuki sebuah mobil, Adrian hanya bisa menggelengkan kepala melihat istrinya itu. Suami mana sih yang rela istrinya menaiki mobil pria lain bahkan tanpa seizin suami itu? Tentu saja tak ada, tapi tak mungkin juga Adrian melarang Clara di tempat, itu sama saja ia mempermalukan sang istri."Hhh ..." Tak ada yang bisa Adrian lakukan selain menghela napas dengan kedua tangan di pinggang, ia tak bisa terus-terusan melihat istrinya bersama pria lain seperti itu.
"Pak Adrian." Adrian menoleh ketika ada yang memanggilnya.
***
"Makasih banyak ya Kak," ucap Clara begitu ia turun di depan sebuah komplek apartemen. Seharian ini ia menghabiskan waktu dengan Juno dan perempuan itu tampak sangat bahagia, ya ada di wajahnya hanyalah senyuman dan tawa, perempuan itu seolah tak punya masalah, ia begitu bahagia, sangat berbeda ketika bersama dengan Adrian. Andai saja Clara tak harus menikah dengan Adrian, ia sudah pasti akan bahagia bisa sedekat ini dengan Juno. Hhh, tapi sayang sungguh sayang, semua itu hanyalah harapan yang tak mungkin terjadi, tapi bisa sih kalau Clara memaksa ingin bercerai, eh?
"Sama-sama, makasih juga ya a udah mau ngabisin waktu bareng kakak satu hari ini."
"Sama-sama Kak, kalo gitu aku masuk ya Kak, Kakak hati-hati pulang," ucap Clara dan Juno mengangguk.
"Kamu masuk sana," ucap Juno dan Clara pun masuk ke area apartemen itu, setelah Juno pergi ia dengan cepat-cepat keluar dari area apartemen dan berjalan dengan cepat menuju rumahnya, ah lebih tepatnya rumah Adrian. Tak mungkin Clara turun di depan rumah, sangat tidak lucu kalau sampai Juno tahu kalau Clara sudah menikah bahkan dengan dosennya sendiri, sangat tidak lucu dan Clara sangat tidak ingin hal tersebut terjadi sekarang.
Seperti biasa, Clara sama sekali tak mengindahkan perkataan Adrian tadi siang, perempuan itu baru tiba di rumah jam enam lewat. Tapi anehnya rumah tampak sepi, mobil dan motor Adrian ada di depan tapi tak ada tanda-tanda keberadaan orangnya, biasanya Adrian selalu memutar musik walaupun dengan suara yang pelan atau sekedar melakukan ini itu yang menunjukkan keberadaannya di rumah. Tapi kali ini tak ada tanda-tanda kehidupan, lampu rumah bahkan mati semua."Dia kemana ya?" monolog Clara, sekesal-kesalnya Clara pada Adrian, pria itu tetaplah suaminya dan di saat pria itu tak ada ternyata Clara kecarian juga. Setelah menghidupkan lampu di seluruh ruangan Clara pun ke kamar, siapa tahun Adrian di sana, namun tetap saja tak ada.
"Dia kemana sih? Telepon aja kali ya? Ih ogah," ucap Clara sembari menggelengkan kepala, gengsi perempuan ini terkadang tinggi juga untuk beberapa hal. Clara pun mencoba mencari ke seluruh penjuru rumah hingga ...
"Bang? Abang ngapain di situ?" tanya Clara, setelah mencari ke seluruh penjuru ruangan Clara akhirnya menemukan Adrian sedang berada di taman belakang. Adrian menoleh mendengar suara sang istri, ia tersenyum hangat kemudian mendekat ke arah Clara, perempuan tersebut tentu saja bingung mendapat reaksi seperti itu dari sang suami. Biasanya jika ia pulang telat maka Adrian akan terus mengomel. Jangan lupakan wajah menyebalkan yang selalu minta dicabik-cabik itu.
"Kamu udah pulang?" tanya Adrian retoris dan Clara mengangguk dengan penuh kebingungan, ini Adrian kenapa? Tampaknya ada yang tak beres, Clara jadi semakin curiga. Apa jangan-jangan ...ah tidak, Clara langsung menggelengkan kepala, semoga segala pemikiran buruk di kepala tak terjadi.
"Maafin aku ya Sayang." Tubuh Clara seolah membeku mendengar permintaan maaf Adrian, apalagi pria itu meminta maaf dengan posisi berlutut dan menggenggam tangan Clara, perempuan itu auto bingung harus bagaimana.
"Abang kenapa deh? Jangan gini ih, ayo berdiri," ucap Clara sembari menuntun Adrian untuk berdiri namun pria menggeleng.
"Abang mohon kamu maafin abang dulu Ra."
"Iya iya, kita ngomong baik-baik deh kalo kayak gitu, Abang jangan kayak gini ah, ayo berdiri," ucap Clara sembari terus berusaha mengajak Adrian berdiri sehingga pria itu akhirnya menurut.
"Maafin abang ya Sayang," ucap Adrian lagi sembari menangkup wajah Clara, Adrian yang Clara lihat kali ini tampak berbeda dari Adrian yang biasa ia lihat, Adrian yang Clara lihat sekarang adalah sosok suami idaman yang berhasil membuat jantung Clara berdetak tak karuan dan mampu membuat Clara lupa dengan semua pria tampan yang selalu ada di dekat Clara. Eh tunggu, apa artinya Clara luluh pada Adrian? Entahlah, jangan tanya Clara karena ia pun tak tahu.
"Maafin abang buat kejadian kemarin ya, maafin abang udah ngekang kamu, maafin abang udah buat kamu kesusahan dengan segala tugas-tugas yang ada. Abang janji, hal-hal semacam ini nggak akan terjadi lagi, maafin abang ya Love," ucap Adrian dengan suara yang begitu lembut dan tatapan yang penuh harap, Clara menghela napas. Kenapa tunggu seperti ini sih baru Adrian melembut dan menjadi sosok idaman? Kalau dari awal dia seperti itu kan Clara juga tak akan kesal dengan Adrian, ia juga tak akan membangkang dan banyak tingkah. Jangankan itu, mata Clara pun tak akan melihat pria lain, mata dan hatinya sepenuhnya hanya akan untuk seorang Yehezkiel Adrian, tapi ya mau bagaimana, cara Adrian dalam memulai sangat salah.
"Iya, aku maafin abang, tapi tolong jangan terlalu kekang aku ini itu."
"Iya Sayang iya, abang nggak bakal gitu lagi, tapi kamu juga jangan batu banget ya."
"Iya iya, aku juga minta maaf kemarin udah ngebentak Abang," ucap Clara, terkadang ia juga menyesal dengan kelakuannya waktu itu, ia sudah kelewatan membentak suaminya sendiri.
"Dimaafkan, good girl," ucap Adrian dan ...
Chup
Clara membulatkan mata kaget ketika Adrian mengecup bibirnya sekilas, ya bagiamana ya, mereka belum terbiasa lovey-dovey seperti itu. Boro-boro lovey-dovey, bisa aman sejahtera tanpa ada keributan saja syukur.
"Eh mukanya merah, masa iya sama suami sendiri malu, jadi gemes deh," ucap Adrian kemudian kembali mengecup bibir Clara.
"Ih Abang apa-apaan sih, usil banget tau nggak," ucap Clara dengan wajah memerah dan panasnya dan Adrian hanya tertawa melihat perempuan itu.
"Oh iya, sebagai tanda permintaan maaf Abang, Abang udah masakin makanan buat kamu, ayo sini," ucap Adrian kemudian menuntun Clara ke sebuah meja makan. Adrian sudah memasak beberapa masakan yang pasti akan disukai Clara karena Adrian memang sangat pintar memasak. Clara tak dapat menyembunyikan ekspresi senang dan antusiasnya melihat masakan Adrian yang sangat memanggil untuk dimakan, padahal tadi Clara sudah makan namun begitu melihat masakan Adrian nafsu makannya langsung naik seolah ia belum memakan apa-apa. Tanpa mengatakan apa-apa Adrian langsung menyendokkan makanan ke piring Clara dan juga untuk dirinya.
"Kita doa yok," ucap Adrian kemudian mereka pun berdoa lalu makan bersama.
"Gimana? Suka nggak? Atau ada yang kurang?" tanya Adrian lembut selagi mereka makan, ya ampun Adrian, kalau saja ia bisa selalu seperti ini Clara pun tak akan membangkang dan akan dengan senang hati mendengarkan segala perkataan pria itu. Sepenting itu ya bertengkar dulu baru saling lembut.
"Nggak ada yang kurang, cuman kurang cepat aja, kalo dari awal Abang kayak gini aku juga pasti bakal nurut sama Abang," ucap Clara lengkap dengan senyumnya sehingga Adrian tertawa kecil. Istrinya tersebut sangat menggemaskan kalau sedang seperti ini.
"Ke depannya abang bakal selalu gini biar kamu selalu dengerin abang," ucap Adrian lengkap dengan senyumnya sehingga Clara ikut tersenyum. Selama makan mereka tak banyak berbicara, pembicaraan mereka didominasi oleh pujian Clara terhadap masakan Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Menyebalkan Itu Suamiku {Husband} || Monsta X Yoo Kihyun
Fanfic"Bunda, apa Bunda tak memikirkan perbedaan umur kami? Delapan tahun Bun, delapan tahun. Perbedaan umur kami sangat jauh, delapan tahun." Bagaimana kehidupan seorang Clara Yeshara yang menikah dengan Yehezkiel Adrian yang merupakan dosennya sendiri...