"Nothing is impossible"
•••
Bella merebahkan tubuhnya diatas kasur bermotif hello kitty nya. Dia terasa lelah sekali hari ini. Mulai dari pelajaran hari kamis yang gurunya serba killer, rapat ketua kelas sepulang sekolah tadi, kemudian membantu Pak Anton, guru kimianya, untuk memindahkan tugas. Belum lagi rapat osis. Bella tergabung menjadi anggota osis sejak bulan lalu. Dia memilih untuk bergabung karena dia ingin menambah pengalaman berorganisasi, selain itu sejak duduk dibangku SMP Bella senang tergabung dalam banyak kegiatan. Tak peduli kondisi fisiknya yang biasanya drop jika terlalu capek, Bella selalu semangat. Namun, menurut Bella, ini adalah hari terbaiknya.
"Bella, makan dulu." Terdengar suara Ibunya dari luar pintu yang sangat berisik menurut Bella.
Bella melihat arah jam bekernya, menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Tak heran sudah jam segini. "Iya bu, bentar."
Selesai Bella mengganti baju seragamnya dan membersihkan diri, Dia bergegas ke lantai bawah untuk makan malam. Hari ini dia benar-benar pulang malam. Bella begitu antusias ketika mengambil nasi dan dua telur ayam di meja makan. Makannya begitu lahap. Tanpa disadari, semua anggota keluarga menatap Bella keheranan.
"Kamu laper banget ya sayang?"
Bella hanya membalas perkataan Ayahnya dengan tersenyum kemudian melanjutkan makan kembali.
"Tumben sih makannya banyak, Bel."
"Mungkin lagi laper akut sekarang, bu." Aldino mencibir Bella yang jarang makan sebanyak itu. Namun tak dihiraukan oleh Bella. "Kamu kok baru pulang jam segini sih, Bel."
"Iya kak, tadi itu sepulang sekolah ada rapat ketua kelas, habis itu disuruh Pak Anton bantuin dia rapihin tugas, terus rapat osis. Udah gitu nungguin abang grab sampe bosen gak dateng-dateng. Akhirnya aku cancel dong. Capek banget tau hari ini."
"Loh kamu naik grab, Bel? Kenapa tadi gak telpon kakak aja sih, kan kakak bisa jemput kamu. Sekolah kamu sama kampus kakak juga searah. Lagian biasanya juga dijemput bang Amin."
"Tadi bang Amin udah jemput kamu jam dua siang, tapi katanya kamu masih nanti pulangnya. Terus bang Amin kamu suruh pulang lagi dan gak kamu kasih tau pulangnya kamu jam berapa, iya?" sambung Heri.
"Iya, Yah. Kan emang tadi gak tau pulangnya jam berapa. Yaudah aku suruh pulang aja bang Amin. Kasihan kan dia mau nunggu Bella. Lagian, Bella juga gak mungkin minta jemput kakak. Nanti ada yang cemburu lagi." Bella mengejek Aldino sambil menaikkan alisnya.
"Hehhh apaan sih, Dek." Aldino mencoba mencubit pipi Bella namun dihindari oleh adiknya itu.
"Bella, kan bang Amin emang ayah suruh buat jagain kamu sayang. Antar jemput kamu pulang sekolah, bisa anterin kamu juga kalau mau kemana-mana. Terus kalau kamu kasihan, lalu Bang Amin nganggur dong gak ada kerjaan." Ujar Heri yang tengah meneguk kopinya.
"Hehe iya sih, Yah. Yaudah, maaf deh maaf. Gak akan Bella kayak gini lagi."
"Ehh kan grab nya kamu cancel. Terus kamu pulangnya jadi sama siapa, Bel."
Pertanyaan Aldino sontak membuat Bella tersedak dan mengambil minum. Jantung Bella berdegup sangat kencang. Bagaimana jika ia bilang kalau yang mengantarkan pulang itu Reno. Nanti kalau Ibu marah gimana. Apalagi Ayah Bella yang sensitif sekali dengan cowok.
Bella tak tau harus mengatakan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
Teen FictionCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...