"Kita bisa berjuang bersama"
•••
"Argghh!! Gue jenuh!" teriak Laras sambil membanting buku fisika miliknya. Ia kesal, harus berhadapan dengan rumus-rumus fisika yang sangat menyebalkan.
Bu Eti, guru mata pelajaran fisika, memang sedang tidak masuk hari ini. Namun, setumpuk tugas yang ia berikan membuat Laras benar-benar muak. Ingin muntah rasanya.
Bella menatap Laras dengan heran, Laras berteriak seolah kelas ini dan seisinya adalah kekuasaan dia.
"Lo kenapa? Kesambet?" cibir Bella.
"Pusing, Bel. Ini tugas bener-bener ngebunuh gue," jawab Laras sambil mengacak-acak rambutnya.
"Idih, lebay deh, lo" ejek Bella kemudian ia melanjutkan menulis tugas miliknya.
"Emm, Bell" ucap Laras dengan nada lembut.
"Apa?" sahut Bella jutek.
"Lo cantik deh, hari ini."
"Enggak, masih cantikan lo," jawab Bella sambil menahan tawanya.
Ia tau, ini hanya akal-akalan Laras. Pasti ia akan meminta Bella memberi salinan tugasnya. Laras memang malas. Bella sudah hafal kebiasaan sahabatnya itu.
"Ihh, beneran lo cantik, Bel."
"Emang."
"Lo baik juga."
"Ohh, tentu."
"Lo-,"
"Mau salinan tugas?" sahut Bella memotong pembicaraan Laras.
Laras mengangguk antusias.
"Gak!" kata Bella menanggapinya dengan penekanan penuh pada katanya.
Laras memutar bola matanya dan mendiamkan Bella selama beberapa saat sebagai pertanda ia marah pada Bella.
'Heleh, palingan habis ini juga udahan ngambeknya'
Bella benar-benar sudah hafal bagaimana karakter sahabatnya itu. Bagaimana tidak, mereka sudah berteman sejak SMP di Jogja. Lalu, ketika Laras tau Bella akan pindah rumah ke Bandung, ia merengek meminta orangtuanya untuk pindah ke Bandung juga.
Orang tua Laras selalu menuruti apa keinginan anaknya itu. Sebenarnya, Laras juga termasuk murid yang pintar, hanya saja ia malas. Peringkatnya setiap semester juga selalu masuk kategori sepuluh besar dengan modal malasnya itu. Bayangkan, jika Laras adalah anak yang rajin, pasti ia bisa menduduki peringkat satu menggeser dirinya.
Bella tetap mendiamkan Laras balik, ini tidak bisa dibiarkan. Jika Laras tetap seperti ini, dengan sikap yang sering amuk-amukan atau sekedar ngambek jika Bella tak memberinya salinan, bagaimana nasibnya nanti di kelas 12. Ini sudah akhir ajaran kelas 10 nya, sebentar lagi mereka akan naik kelas dan harus mulai mempersiapkan segala hal yang yang akan dihadapi di kelas 12 nanti, juga di perguruan tinggi yang akan datang, agar nanti tak keteteran mempersiapkan dalam waktu yang mepet.
"Nih, salin aja" ucap Bella menghentikan keheningan diantara keduanya.
Akhirnya, ia pun memberi salinan tugasnya pada Laras. Bella tak bisa didiami Laras terlalu lama.
"Makasih," jawab Laras sambil mengambil buku dihadapannya dengan seutas senyum manis.
Bella hanya mengangguk dan membalas senyum tipis.
Setelah selesai Laras menyalin tugas milik Bella, ia memberikan buku bersampul merah itu pada Bella kembali.
"Ras," ucap Bella.
![](https://img.wattpad.com/cover/170243692-288-k881335.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
Fiksi RemajaCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...