4. Reno lagi

45 4 0
                                    

"Apakah ini cinta?"

•••

"Oke anak-anak, disini saya akan memimpin rapat perdana pengurus OSIS 2019. Dalam rapat ini, kita akan membahas agenda tahunan sekolah kita, yaitu School Anniversary yang akan kita selenggarakan di bulan Mei nanti. Untuk kepanitiaanya, sudah ibu bentuk. Kalian tinggal lihat habis ini di mading ruangan ini. Setelah itu, silahkan masing-masing anak bergabung dalam timnya. Untuk keterangan lebih lanjut, kita akan bahas habis ini setelah jam istirahat. Dimohon kalian tetap disini dan berdiskusi dengan timnya masing-masing. Selamat pagi."

"Pagi, bu... "

"Ehh, bentar bentar gue lihat dulu."

"Nama gue ada di tim apa tuh."

"Ah lo jangan main nyerobot aja, gue belum selesai ngelihat!"

"Alahh, kenapa jadi bendahara."

"Yes, gue di tim acara."

"Heh!! Lo kok nginjek kaki gue sih."

"Maaf bang, gak sengaja."

"Yahh, aku di tim perlengkapan. Nasib gak punya bakat ya gini."

Semua anak saling berebut tempat untuk melihat nama mereka ada di tim mana dalam kepanitiaan. Tampak ricuh. Berbeda dengan Bella, ia tidak menyukai hal ini. Keramaian yang begitu membisingkan telinga, membuat pikirannya semakin kacau dan menambah pusing saja.

Setelah semua selesai, dan berkumpul di timnya masing-masing, baru Bella menuju ke mading seperti yang lainnya tadi. Tak lama mencari, Bella menemukan namanya ada di urutan nomer dua dari atas. Tepat dibawah nama Reno Dewanto.

"Hah, gue jadi sekretaris? Gimana bisa. Kan gue belum punya pengalaman apapun disini. Itu, ketua panitianya.. Hmm, kak Reno. Keren!"

"Lo ngomongin gue?" Suara parau Reno sontak membuat Bella kaget karena muncul tiba-tiba. Reflek Bella memutar wajahnya melihat Reno yang sudah ada tepat dibelakang wajahnya. Persis. Kini jarak mereka sangat dekat.

"Hmm, kakak jadi ketuanya ya, hehe."

"Ahh, yang bener aja lo." Dengan antusias melihat namanya dan menyerobot Bella yang kini menghadap punggungnya. Reno seolah tak percaya. Dia pun juga tak pernah menjadi ketua. Pengalamannya, hanya pernah menjabat sebagai sekretaris dan bendahara di acara sebelumnya. Namun, Reno siap saja. Menjadi apapun selalu siap.

Kemudian Reno berbalik badan ke arah Bella, menarik tangannya dan membawanya duduk bersama panitia inti lainnya.

"Lo se-tim sama gue. Jadi lo harus terus bareng sama gue kalo ada rapat. Paham?"

Bella hanya mengangguk. Kali ini, dia tak bersama Laras. Dia sendiri, karena Laras dari dulu memang tidak tertarik dengan yang namanya osis. Laras tidak suka hal ribet dan capek. Tapi Bella kebalikannya, dia suka kegiatan yang bisa mengisi waktu luangnya.

Rapat pun dimulai, Bella duduk dekat Reno, persis. Jantung Bella seolah dipermainkan dengan kedekatannya itu. Keringat dingin mulai bercucuran di tangannya. Ahh, Bella membenci hal ini. Dia benar-benar terlihat menyukai Reno. Sial! Jangan sampai Reno melihat ini. Bisa hancur harga dirinya nanti.

---

"Ren, nanti temani aku cari buku, ya."

"Iya, Ven."

Siapa dia? Deket banget sama kak Reno. Kak Reno juga kayak baik banget gitu sama dia. Ahh, aku inget. Namanya kak Venny. Dia ada di kelas 11 IPS 3. Dulu pas waktu ospek dia ada di tim acara. Aku inget itu. Tapi kok deket banget sama kak Reno? Atau jangan-jangan, dia pacarnya. Masa kak Reno pacaran? Kayaknya dia tipe introvert. Gak mungkin juga. Aishh tapi kalau emang pacarnya gimana? Cantik sih, putih, mukanya mulus, tinggi, dia kelihatan feminim kalau memakai seragam putih abu-abu selutut dengan kaos kaki tinggi. Cocok kalo mereka pacaran. Kak Reno gak pantas sama aku. Aku gak tinggi amat, putih juga gak, apalagi cantik. Beda jauh sama kak Venny. Ahh.. Bisa gila aku mikirin kak Reno yang belum tentu juga mikirin aku.

Bella tak sadar, dari tadi Reno menatapnya datar melihat ia yang menggerutu kesal dengan bibirnya yang manyun dan pandangannya yang kosong. Sampai akhirnya Bella tersadar saat ia menoleh pada Reno. Dengan rasa malu ia langsung memalingkan wajahnya sambil keluar ruangan.

---

"Bel, aku mau nyari novel terbarunya Boy Candra. Temenin ya, nanti bertiga sama Audrey , katanya mau nyari novel juga."

"Oke dah, habis ashar ya."

"Yups, nanti sekalian makan malam diluar. Kamu gak papa kan?"

"Iya, nanti aku izin ibu dulu. Yaudah itu bang Amin udah di depan. Aku duluan ya, nanti aku jemput jam tiga."

"Oke, daa."

---

Selesai makan siang, Bella bergegas ke lantai dua rumahnya dan bersiap-siap untuk pergi sore itu. Bella mengambil jeans panjang dan kaos pink bertuliskan bon voyage dengan dihiasi manik-manik berwarna silver yang membentuk menara eiffel. Rambutnya dibiarkan terurai dengan dihiasi satu japit rambut kecil warna hitam. Simpel. Beginilah, penampilannya, tidak sefeminim namanya.

"Bu, kunci mobil mana? Bella mau nyari novel."

"Itu, di tempat biasa. Kamu nyetir sendiri? Kamu kayak agak pucat gitu kenapa sayang? Biar dianterin bang Amin aja ya."

"Enggak, bu. Bella baik-baik aja. Habis ini Bella mau nyusulin Laras sama Audrey. Kita berangkat bertiga."

"Yaudah, hati-hati ya, gak usah ngebut-ngebut."

"Iyaaa, Bu. Assalamu'alaikum". Bella meraih tangan ibunya, kemudian ia melihat ke arah jam warna pink di tangannya. Wahh, pukul tiga. Pasti mereka sudah menunggu Bella.

"Bel, jangan pulang terlalu malam." Teriak Yulia dari dalam.

Bella tersenyum manis mengiyakan perkataan ibunya.

Sekitar lima belas menit perjalanan. Akhirnya mereka sampai di toko buku. Toko buku ini memang menjadi langganan banyak orang. Selain harganya terjangkau di saku, toko ini juga super lengkap menyediakan ribuan buku yang banyak dibutuhkan pembaca.

"Ras, kak Reno suka gak ya sama buku ini. Kayaknya keren ini bukunya. Kalau dibuat hadiah ulang tahun pantes gak kira-kira?"

Sontak perkataan Audrey membuat Bella hanya bisa kaget. Hingga ia menjatuhkan buku yang sedang ia pegang. Apa Audrey juga menyukai Reno? Aah, Reno memang prince charming SMAN Trandana. Tak heran, tidak hanya Bella yang berharap dengan cowok itu.

"Kenapa, Bel?" Audrey mengulurkan buku yang telah ia ambil dari lantai karena dijatuhkan Bella.

"Eh, gak papa." Bella menanggapi Audrey dengan senyum tipis. Meski sebenarnya hatinya dibakar api cemburu.

Audrey kemudian meng-oh-riakan Bella.

"Gimana, Ras?" tanya Audrey kembali.

Laras yang rupanya menyadari perubahan sikap Bella, hanya bisa mengangguk menanggapi Audrey.

Kini, Audrey tengah asik memilih buku yang mungkin untuk Reno. Laras memandang Bella dan Bella membalas dengan senyuman serta anggukan. Seolah mereka saling memahami apa yang dikatakan masing-masing.

Brukk

"Maaf maaf, ehh."  Reno menabrak buku yang diborong Laras hingga terceceran di lantai.

"Loh krucil-krucil pada disini." Sambung Venny mengejek.

"Iya kak, ini kita lagi cari novel."

"Hehe, sorry gak nanya deh ya." Venny mencibir mereka dengan entengnya, "Udah yuk, Ren. Ngapain disini. Cari makan ayuk laper." Venny meraih tangan Reno dan menariknya keluar.

Melihat hal itu, Bella merasa hari kemarin seolah tak pernah terjadi pada dia dan Reno. Padahal, kemarin Bella juga sudah ditumpangi Reno pulang dan dia merasa sangat bahagia kemarin. Tapi hari ini? Aahh, ingin meledak rasanya. Panas.

"Percaya prosesnya, pasti kamu akan bahagia"

•••

An Unexpected [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang