28. Harus terbiasa

16 3 0
                                    

"Aku hanya belum terbiasa dengan suasana setelah tidak lagi bersama. Cepat ataupun lama, semua akan pulih pada akhirnya. Hidup akan tetap baik-baik saja, meskipun luka tak sepenuhnya reda"

~Katrina Vabiola~

•••

Napas Reno terdengar sangat berat. Di bawah terik matahari pukul setengah satu siang, dia baru saja selesai berlari karena dihukum berlari keliling lapangan tujuh kali oleh Pak Hans, guru bk di SMAN Trandana. Hukuman ini karena ia tak mematuhi tata tertib sekolah. Pak Hans yang semula berdiri di tepi lapangan kini menghampiri Reno yang sedang mengatur napasnya sambil bersandar di tiang bendera.

"Capek?" Pak Hans bertanya sekaligus mencibir Reno.

Reno hanya menghela napasnya berat.

"Lagian, niat sekolah apa gak kamu itu!" Teriak Pak Hans yang semakin membuat Reno mendengus kesal namun tak ditampakkannya. "Gak biasanya kamu ngelanggar tata tertib gini." Sambungnya.

Reno memang kesayangan banyak guru. Selain dia pintar, aktif berorganisasi, dan menorehkan banyak prestasi lewat salah satu ekskul di sekolahnya itu, ia juga siswa yang bahkan tidak pernah melanggar tata tertib. Namun, toleransi tidak diberikan untuk Reno, ia juga harus menerima akibatnya jika telah melanggar aturan sekolah.

"Mana seragammu?" tanya Pak Hans kembali.

"Kan tadi udah bilang, Pak. Seragam saya basah. Ya jadi gak saya pake." Jawab Reno sedikit menekan kata-katanya.

"Hmm. Yaudah. Lain kali jangan diulangi lagi." Ucap Pak Hans lalu pergi dari hadapan Reno.

Reno menanggapi ucapan gurunya itu hanya dengan menyerngitkan alisnya. Namun ia bukannya pergi dari lapangan, malah duduk bersandar di tiang bendera sambil mengibaskan t-shirt nya sesekali.

Bella dan Laras baru saja keluar dari ruang tata usaha yang berada tepat di depan tiang bendera. Bella mengambil sepatunya dari rak dan membawanya ke bangku sebelahnya. Dipakainya satu per satu sepatunya lalu sepatu itu di ikat dengan rapi.

"Yukk." Ajak Bella pada Laras sambil beranjak dari duduknya.

"Bentar. Males di kelas. Bentar lagi juga bel pulang." Jawab Laras enteng lalu menarik tangan Bella untuk duduk di sebelahnya kembali.

"Helehh, so? Kita di sini ngapain?" Bella mengikuti perintah Laras dan duduk di samping gadis itu.

Laras mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu membuka salah satu aplikasi di dalamnya. "Hari ini kita belum foto." Lalu Bella pun juga mengikuti gaya Laras untuk diambil gambar.

Cekrekk..

"Hehh.. Kok captionnya alay gitu." Teriak Bella reflek ketika melihat Laras mengetikkan tulisan alay menurutnya untuk melengkapi foto yang diunggah Laras.

"Hidih, biar biar." Laras menghindari Bella yang mencoba merebut ponselnya.

Bella lalu terdiam pasrah. Laras memang tidak bisa dikalahkan. Ia selalu saja memaksa Bella untuk mengikuti kemauannya. Berfoto setiap hari lalu mengunggahnya di sosial media dengan kalimat yang, ya. Menurut Bella itu sangat lebay.

Lalu mata Bella tertuju pada seseorang yang sedang duduk bersandar di tiang bendera. Ia menatap lekat sosok itu, seperti tidak asing oleh penglihatannya.

"Ras." Ucap Bella yang masih menatap sosok itu.

Tak ada tanggapan sama sekali oleh Laras. Ia malah senyum-senyum kegirangan sendiri menatap layar ponselnya.

An Unexpected [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang