"Jangan salahkan aku jika rasa ini terus tumbuh di dadaku. Kau sendiri yang menanam benihnya"
•••
Sore ini, pengurus osis masih saja lembur. Mengingat acara semakin dekat, semua panitia bekerja pada job nya masing-masing. Terlihat, di depan kelas, Reno, sebagai ketua pelaksana kegiatan sedang memimpin sebuah rapat. Di sampingnya, ada rekan kerjanya yang sibuk mencatat, entah apa yang sedang ia tulis. Mereka selalu terlihat kompak, seperti pasangan kekasih. Padahal hubungan mereka tak lebih dari rekan kerja pada panitia kegiatan. Akhir-akhir ini, nampak mereka kemana-mana berdua hingga membuat banyak wanita di sekolah itu memandangnya tak senang. Bagaimana tidak, Reno terkenal sebagai lelaki yang cool, cuek, bahkan tidak pernah dekat dengan wanita kecuali Venny, tetangganya sekaligus teman masa kecilnya.
"Habis ini, sepulang sekolah kita langsung ke toko buku ya," sambil berjalan membelakangi Bella tanpa menolehnya sedikitpun.
Ia memang seperti itu. Lelaki yang sulit di tebak. Kemarin, ia nampak peduli dan sangat perhatian terhadap Bella. Namun sekarang, ia mengacuhkannya. Meski begitu, ia tak pernah jauh dari gadis itu.
"Iya, kak." Jawab Bella yang hanya di balas dengan tatapan sebentar oleh Reno.
Bella terus menatap punggung Reno yang mendahuluinya. Hingga tanpa disadari, ia menabrak sebuah tong sampah dan membuat Reno menoleh pada Bella.
"Kalo jalan itu hati-hati, jangan ngelamun" ucap Reno.
Bella menahan malu tak beraturan. Payah. Ia terlalu payah. Terlalu fokus memandang Reno sampai menabrak tong sampah. Sial! Salah tingkah lagi. Dasar!
---
Bella nampak menunggu Reno di depan kamar mandi siswa. Reno yang katanya hanya sebentar ke kamar mandi, ternyata masih lama tak keluar. Akhirnya, Bella memutuskan untuk berjalan dulu menuju parkiran motor Reno. Mungkin lebih enak disana nanti.
"Hai, ketemu lagi." Suara itu membuyarkan suasana yang hening di sekolah saat sore hari. Suara dari sosok itu mengalihkan pandangan Bella yang sedang berjalan sendirian di tengah koridor kelas.
"Hai," Sahut Bella.
"Kok lo belum pulang?"
"Itu, masih nungguin temen."
"Ohh iya, nama gue Rendi. Gue anak 12 IPA 5. Hmm.. Lo yang waktu itu kehabisan bensin, kan? Kemaren kita ketemu tapi belum sempet kenalan, ya?"
"Ehh, iya. Kakak yang itu ya, aku Bella. Maaf kemaren aku terburu-buru, hehe."
"Hmm iya iya , gue udah tau kok nama lo."
"Tau dari mana?"
"Apasih yang gue gak tau tentang lo, hehe."
Bella hanya membalas dengan senyuman tersipu dan pipi yang merona. Ini kelemahan Bella, ia sangat mudah tergoda dengan gombalan. Lalu, mereka melanjutkan perbincangannya.
Saat itu, dulu waktu hari pertamanya masuk sekolah. Naas, Bella dan Laras hanya mengendarai motor milik Laras yang akhirnya kehabisan bensin dan di bantu oleh Rendi. Dulu mereka belum sempat kenalan, karena waktu itu sudah sangat kesiangan, akhirnya Rendi meninggalkan mereka dulu setelah membelikan sebotol bensin eceran.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
Fiksi RemajaCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...