21. Perjodohan?

17 3 0
                                    

"Izinkan aku menentukan hidupku sendiri"

•••

~Bella Anastasya~

"Bella, ayo turun, nak." kata Yulia dari depan pintu kamar Bella.

"Iya, bu. Masih ganti baju" teriak Bella yang masih menata rambutnya itu.

Ia menyisir pelan, sambil menatap cermin menghadap dirinya sendiri. Menatapnya lekat dengan perasaan penuh tanya mengapa Yulia memintanya dandan karena kehadiran Raka, karib ayahnya itu.

Selesai menata rambutnya dan memolesi sedikit make up di wajahnya, Bella bergegas turun. Ia menuruni anak tangga dengan pelan. Lalu ia menarik kursinya dan mulai merebahkan tubuhnya untuk duduk.

Tak biasanya ia secanggung ini di meja makan. Padahal, ini rumahnya sendiri. Mungkin, karena ada Raka yang ikut makan malam bersama keluarganya malam ini.

Bella masih duduk terdiam dan masih belum menyentuh piring dihadapannya itu.

"Bel. Ini kenalin, sahabat ayah sejak jaman SMA dulu, om Raka" ucap Heri yang memecah keheningan sesaat.

Bella menatap wajah Raka sebentar dengan seutas senyum manis.

"Namanya Bella," sambung Heri.

"Namanya cantik," kata Raka, "Secantik orangnya" sambungnya, lalu Bella menanggapi dengan senyuman lagi.

"Ohh iya, kamu sekolah dimana?" tanya Raka.

"SMAN Trandana, om" jawab Bella.

"Loh, anak om juga sekolah disana. Yang satu kelas dua, yang satu lagi udah mau lulus".

"Hmm, iya om. Aku masih kelas satu disana, hehe" jawab Bella sambil meringis.

Beberapa pembicaraan berakhir sebentar setelah Heri mengajak semua orang disana untuk memulai makan malam. Bella mengambil dua entong nasi goreng yang dibumbui khas jawa dengan satu ayam bakar dan sedikit olahan sayur.

Saat ia tengah mengecapi sesendok nasi gorengnya, ia tersedak karena mendengar pembicaraan Heri dan Raka yang membuat pikirannya semakin tak karuan. Mereka membicarakan tentang pertunangan Bella dengan anaknya Raka. Apa maksudnya? Enak saja mereka tiba-tiba mengambil keputusan sebesar ini.

Bella merasa dirinya masih terlalu dini untuk memikirkan hal ini.

"Jadi, nanti kira-kira enaknya kapan pelaksanaannya?" tanya Heri.

"Menurutku, secepatnya" jawab Raka.

Bella ternganga menyimak pembicaraan mereka. Pupil matanya bergerak ke arah kanan kiri secara bergantian memperhatikan mereka.

"Anakku akan lulus tahun ini, gimana kalo acaranya tepat sehari setelah kelulusan?" sambungnya.

"Apa gak terlalu cepat?" tanya Heri sambil melahap makan malamnya.

"Lebih cepat lebih baik malah, kan ini cuman tunangan, Her. Kalo nikahnya bisa nunggu Bella lulus SMA" jelas Raka seusai meneguk lemon tea miliknya.

"Hmm, bisa-bisa" kata Heri menanggapi.

Pembicaraan macam apa ini. Tunangan? Menikah? Mereka ingin menjodohkan Bella? Secepat ini? Bella semakin tidak nyaman berada di meja makan. Obrolan yang sangat aneh, bahkan mendadak. Jika benar mereka ingin menjodohkan Bella, apa Bella bisa menolaknya? Jika iya, bagus. Ia sudah punya Reno. Jika tidak? Lalu bagaimana nasib hubungannya dengan Reno? Bella terlihat bingung sendiri memikirkan hal ini.

Setelah selesai acara makan malam, Bella segera beranjak dari tempat duduknya dan langsung menaiki anak tangga menuju lantai dua. Di kamarnya, ia mengacak-acak rambutnya sendiri sambil menghadap ke depan cermin menatap dirinya sendiri. Ia masih saja memikirkan tentang obrolan di meja makan tadi. Perjodohan, ini bukan masalah yang kecil.

An Unexpected [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang