15. Perjanjian masa depan

26 4 0
                                    

"Berjanjilah untuk tetap bersamaku, apapun yang terjadi"

•••

Tepat jam lima sore, acara School Anniversary yang diperingatkan setiap tanggal 20 Mei ini selesai. Seluruh panitia berbondong-bondong merapikan kembali sekolah yang sangat berantakan setelah acara itu. Mereka berkumpul di ruang sekeretariat osis setelah semua selesai melaksanakan tugasnya. Terlihat, Reno sebagai ketua pelaksana, memimpin acara pembubaran panitia itu. Setelah semuanya selesai, mereka masih baru bisa meninggalkan sekolah pukul enam sore.

"Laper?" tanya Reno sambil menghampiri Bella yang sedang terlihat duduk memelas bersandar di dinding ruangan.

Bella mengangguk.

"Sholat dulu, yuk di mushola. Habis ini kita cari makan."

"Oke." Bella begitu antusias setelah mendengar kata makanan.

Lalu ia dan Reno bersama melangkahkan kaki menuju mushola di sekolahnya itu. Langkah mereka terpisah saat baru memasuki lantai mushola. Reno berjalan menuju tempat wudhu putera begitupun Bella menuju tempat wudhu puteri. Selesai berwudhu, Bella mengenakan mukenah putih yang ada disana. Terlihat, Reno yang baru masuk tempat sholat tersenyum pada Bella yang sedikit terlihat di belakang tirai yang memisahkan keduanya. Seusai sholat, Bella melepas mukenahnya kemudian melipat dan menaruhnya kembali di lemari. Ia melihat ke arah Reno yang masih melaksanakan sholat sunah. Memandangi dengan seutas senyuman manis saat Reno mulai menadahkan tangannya untuk berdoa. Meskipun kadang cuek, Reno juga tidak meninggalkan kewajibannya.

'Idaman'

Kemudian Bella duduk di luar sambil memasangkan kedua sepatunya dan menunggu Reno keluar. Tak lama kemudian, Reno menyusul Bella dan memakai sepatunya. Mereka berdiri dan berjalan menuju parkiran siswa. Reno membukakan pintu mobil disebelah kiri untuk ditumpangi Bella. Kemudian ia lanjut membuka pintu sebelahnya lalu ia tumpangi dan melajukan kendaraannya.

"Lo gak bawa jaket?" tanya Reno.

Bella menggeleng pelan dengan tersenyum miring.

"Kebiasaan," Reno menghentikan mobilnya kemudian mengambil jaket miliknya yang ada di kursi belakang. Lalu, ia menyodorkan jaket itu pada Bella, "Ini, pake. Lo itu gampang sakit. Kemana-mana itu biasain bawa jaket." Lalu ia melanjutkan mengemudi kendarannya.

"Makasih," Bella memakai jaket milik Reno.

"Mau makan dimana?" tanya Reno.

"Terserah."

"Gue belum tau kesukaan lo apa,"

"Terserah kamu aja,"

"Bakso?"

"Jangan, deh. Nanti gendut. Bakso banyak kalorinya."

"Steak?"

"Jangan daging, Ren. Aku gak suka."

"Yaudah, mie gimana?"

"Aku lagi males makan mie."

"Bubur ayam?"

"Gak suka bubur"

"So, mau makan apa ini, katanya laper" tanya Reno yang mulai geram.

"Terserah aja" jawab Bella enteng sambil memainkan rambutnya.

Reno tak tau harus menawari apa lagi, cewek benar-benar rumit. Mau makan saja ribet. Akhirnya ia memutuskan berhenti di depan warung nasi goreng biasa. Ia memakirkan mobilnya tepat disebelah tenda orang jualan itu.

"Disini aja, ya."

"Nasi goreng?"

"Iya."

Tanpa berpikir panjang, Reno membuka pintu mobilnya, kemudian membawa Bella menuju warung tenda nasi goreng kecil itu.

An Unexpected [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang