"Jika kita tau hal ini akan berakhir buruk. Namun, sanggupkah kita menghentikannya jika saat ini masih terasa indah?"
~Bella Anastasya~
•••
Hari berganti, Reno dan Bella semakin jauh saja. Reno pun sudah tak pernah berkirim pesan pada Bella. Dan di sekolah, Bella beberapa hari tidak bertemu Reno sama sekali. Reno seakan menjauh dari hidup Bella. Sedangkan Rendi, hampir setiap hari ia ke rumah Bella dengan berbagai alasan klasik. Sebenarnya, ingin sekali Bella menanyakan keadaan Reno pada Rendi. Hanya saja, ia tak bisa mengatakannya.
Pukul tiga sore. Bella mengambil laptop di laci lalu membawanya ke balkon kamar. Sore ini sangat cerah suasananya. Sesekali dedaunan rontok karena hembusan angin yang cukup besar saat itu. Bella membuka laptopnya, dan jari-jarinya mulai menari di atas laptop mengetikkan sesuatu.
Senja
Kau terlalu indah untuk dituliskan dengan untaian kata.
Dirimu terlalu berharga untuk menghargai bintang-bintang yang menggantimu.
Kau tak pernah lelah,
Kembali datang dan membuat jutaan senyum mengembang.Kau tak pernah mengkhianati penikmatmu.
Kau juga tak pernah mengecewakan mereka.
Mereka yang hanya menceritakanmu saat kau datang saja, sedangkan..
Saat kau hilang, mereka tak pernah mencari tau kau kemana.Tetaplah seperti ini, senja.
Menyatukan insan yang berbeda hati,
Hingga mereka satu hati karenamu.Tetaplah menjadi senja yang saat ini.
Meski, suatu saat nanti, penikmatmu bukan lagi aku.~Bella Anastasya
"Bellaaa, turun, nak."
Bella mendengar teriakan ibunya dari bawah. Lalu ia segera menutup laptopnya dan berlari menuruni anak tangga menuju arah sumber suara tadi.
"Ada apa, Bu?" tanya Bella menghampiri ibunya di dapur.
"Kamu buruan mandi terus siap-siap. Dandan yang cantik. Rendi mau ngajak kamu jalan-jalan katanya." Yulia mengatakan pada Bella sambil sesekali mengusap air matanya karena irisan bawang merah.
"Iya." Jawab Bella acuh.
Kemudian Bella segera menuju kamarnya kembali. Ia segera mandi dan bersiap diri. Saat ia tengah menyisir rambutnya, ia memandangi dirinya sendiri pada cermin di hadapannya. Saat ini, ia merasa seperti menjadi boneka orangtuanya. Selalu menurut ketika disuruh pergi dengan Rendi, dan menjadi sosok Bella yang jauh dari sebelumnya. Ia merasa dirinya sendiri berubah. Mungkin, karena ia tak mau membuat orangtuanya sakit hati karena penolakan Bella atas permintaan mereka. Dan, mungkin ini juga cara ia berbakti pada keduanya.
Setelah selesai ia berdandan, Bella segera turun dan mendapati Rendi sudah duduk di sofa rumahnya. Rendi memandang Bella hangat, penuh tatapan sayang sepertinya. Bella juga berpikir, bahwa memang Rendi baik, tidak seburuk yang pernah Reno ceritakan. Dan mungkin, memang takdirnya bersama Rendi, bukan Reno.
"Ayo." Ucap Rendi seusai menatap lekat Bella dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Sempurna. Bella mengenakan dress selutut berwarna maroon dan flat shoes putih polos. Ia juga sedikit memakai lip cream berwarna merah muda hingga ia terlihat segar dipandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
Teen FictionCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...