"Ternyata aku tak siap menerima kenyataan sepahit ini."
•••
"Ayo kita berangkat." Raka menghampiri Reno yang baru saja selesai bersiap diri.
"Rendi mana?" tanya Raka kembali saat tak mendapati Rendi di kamarnya.
"Tadi di dapur," jawab Reno.
"Hmm" Rendi datang dengan raut wajah datar.
"Wahh, anak papa ganteng sekali," puji Raka melihat Rendi dengan jas putih dan rambut yang tertata rapi.
"Emang." jawab Rendi percaya diri.
"Nanti pasti anak om Heri suka sama kamu." Raka memuji Rendi yang tanpa digubris sama sekali oleh anaknya itu.
Cihh! Sebenarnya Rendi sangat malas dengan acara ini. Hanya demi bisa kuliah di negeri orang, Rendi harus mengorbankan dirinya menjadi korban perjanjian konyol papanya itu. Dan Reno, beruntung sekali dia, bisa kuliah di negeri orang tanpa syarat yang menyebalkan.
"Yaudah, buruan ke mobil. Udah jam tujuh." Raka melihat jam di tangannya sebentar, lalu meninggalkan kedua puteranya dan berjalan dulu menuju mobil.
"Good luck, Ren." Gladys menepuk pundak Rendi sebentar, "Sorry gue gak bisa ikut."
"Gapapa kali, Kak. Lo istirahat aja di rumah" balas Reno dengan menatap Gladys hangat. Rendi hanya menandang Gladys datar, tak menanggapi sepatah katapun. Ia tak suka Gladys bersikap seperti ini.
Tak lama kemudian, Reno dan Rendi mengikuti langkahnya. Rendi hanya menatap tajam ke arah Reno seakan berkata seharusnya lo yang ada di posisi gue.
"Ngapain lo liatin gue kayak gitu" ucap Reno ketus saat Rendi tengah memandanginya tajam.
Rendi tak membalas perkataan Reno satu katapun. Dia lalu melangkah mendahului Reno yang semula berjalan beriringan dengannya.
Sudah sekitar dua puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di dekat rumah Bella. Reno dan Rendi saling melempar tatapan heran. Kenapa Raka memberhentikan mobilnya memasuki gerbang rumah Bella.
"Ayo turun." Raka melepas sabuk pengamannya dan menatap kedua puteranya yang masih dengan raut wajah heran.
"Pa?"
"Kenapa Ren?" Raka berbalik tanya pada Reno.
"Kita mau ngapain kesini?" tanya Reno yang perasaannya mulai tidak enak. Ini rumah Bella. Lalu, untuk apa Raka berhenti disini.
"Lah, gimana sih kamu. Ayo buruan." Raka mengucap lalu keluar dari mobil.
Reno masih bertanya-tanya. Ia mulai memikirkan yang tidak-tidak. Dan Rendi, wajahnya mulai terlihat sedikit mengembang. Dengan seutas senyum sinis, ia menatap Reno sebentar lalu mendahului langkahnya. Reno mencoba berpikir positif, meski hatinya tak tenang.
Lalu Reno menyusul Rendi dan papanya menuju ruang makan di rumah Bella. Disana, terlihat ada orangtua Bella dan kakaknya, Aldi. Setau Reno, Bella tidak punya kakak perempuan. Apa yang dimaksud papanya itu Bella? Pikiran itu terus saja menghantui Reno.
"Mana nih, anakmu yang gede" tanya Heri dengan penuh semangat.
"Yang ini," balas Raka sambil menepuk pundak Rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
أدب المراهقينCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...