"Kalau mau bersandar, ini bahuku free buat kamu"
•••
Bella berlari menuruni anak tangga dengan terburu-buru, hari ini ia kesiangan lagi. Lalu Bella menarik kursi di meja makan dan mengambil selembar roti tawar kemudian mengolesinya dengan sedikit selai kacang.
"Pagi, sayang." Yulia menghampiri Bella dan memberi dua kecupan di kedua pipi Bella. Hal yang setiap hari dilakukan olehnya.
"Pagi juga, bu." Balas Bella. "Ayah mana?" Sambung Bella bertanya.
"Ayah udah berangkat pagi-pagi tadi. Katanya keburu ada meeting." Yulia menjawab sambil menarik kursinya dan ikut duduk di samping Bella.
Bella hanya menjawab dengan ber oh ria setelahnya. Kemudian ia segera berpamitan ke Ibunya untuk berangkat sekolah. Hari ini Bella pergi bersama Aldi karena Aldi masuk kuliah pagi.
Lalu Bella berjalan mengikuti langkah Aldino menuju mobil sport baru milik kakaknya itu. Ia masih memandangi seluruh bagian mobil selama di perjalanan.
"Kenapa, Bel?" Tanya Aldino melihat Bella yang masih saja memperhatikan seisi mobil.
"Keren, Kak. Baru beli, ya?" Jawab Bella kagum.
Anggukan Aldino mewakilkan jawaban iya atas pertanyaan Bella barusan. Setelah itu tak ada percakapan lagi selama perjalanan hingga sampai di sekolah Bella. Terasa hambar. Bella bahkan tidak pernah merasakan sehambar ini ketika bersama kakaknya sebelumnya. Tapi, ah sudahlah. Bella tak punya waktu untuk menjadikan ini sebuah masalah.
Setelah Bella turun, kakaknya melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi dan dan hanya memberi Bella senyuman tanpa kata apapun sebelumnya. Bella membalas dengan senyuman kemudian mulai berjalan menyusuri koridor sekolah.
"Heii!"
Seseorang menepuk pundak Bella dengan keras hingga membuatnya kaget.
"Apaan sih, Ras. Ngagetin aja." Bella mendengus lalu melanjutkan langkahnya yang diikuti Laras di sebelahnya.
"Gimana semalem?" Tanya Laras memulai topik pembicaraan.
Bella tersenyum sinis. "Tau ah."
"Lah, gimana?" Laras menarik lengan kiri Bella dan mencoba menyelaraskan langkahnya dengan Bella yang telah mendahuluinya barusan.
Bella tak menjawab apapun hingga mereka sampai di depan kelasnya. Terlihat, Daffa yang berdiri tepat menghalangi jalan masuk.
"Ihh.. Minggir, Daf." Bella mencoba mendorong badan Daffa yang jelas besarnya tiga kali lipatnya.
"Mana sandwichnya dulu." Daffa menunjuk ke sebuah kotak makan yang di pegang Laras.
"Yaelah, makanan mulu. Di rumah lo gak di kasih makan, hah?" Bella menatap kotak makan itu sebentar lalu berteriak pada Daffa.
"Gue masih laper, girls. Sini bagi." Lalu Daffa tiba-tiba menyahut kotak makan yang berisi sandwich di tangan Laras dan pergi dari hadapan mereka.
"Dih, main nyelonong aja. Balikin sandwich gue, Daf!" Teriak Laras yang ingin mencoba menyusul Daffa tapi ditahan oleh Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
Teen FictionCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...