"Dia terlalu berharga untuk kau sakiti kembali"
•••
Tepat setelah bel istirahat berbunyi, Reno sesegera mungkin keluar kelas kemudian berjalan cepat menuju ujung kelas 12. Kemudian ia memasuki kelas itu dan ditemuinya Rendi. Lalu ia menarik Rendi dan membawanya ke lantai paling atas, tepat di gudang sekolah.
Mendaratnya satu pukulan keras ke kepala Rendi yang tepat mengenai telinganya. Lalu dibalaskannya pukulan oleh Rendi yang berusaha melawan tindakan Reno. Kini, mereka saling mengadu pukulan layaknya sedang di atas ring. Rendi kemudian mengangkat kakinya dan mendorongnya ke arah perut Reno. Dan,
Bruukk!
Saat ini Reno telah terhempas ke lantai. Tubuhnya kini terkapar dengan nafas yang terengah-engah. Lalu ia kembali bangkit melawan Rendi dengan menyergap kedua tangan Rendi dan di letakannya melingkar ke belakang. Kemudian, ia menghempaskan Rendi pula.
"Ngapain lo jalan sama Bella!" teriak Reno dengan mengusap darah segar yang sedang mengalir sedikit di bibirnya.
"Gue gak maksa dia," jawab Rendi yang kembali mendorong pelan tubuh Reno.
"Sebenernya mau lo itu apa, sih!" celetuk Reno sambil menudingkan jarinya dengan penuh penekanan pada setiap katanya.
"Gue?" jawab Rendi dengan sedikit tertawa sinis, "Gue mau Bella" sambungnya sambil mendekati wajah Reno dengan mata membesar.
"Gue gak sudi!"
"Emang lo punya hak, buat ngelarang gue deketin cewek itu?" tanya Rendi sambil berjalan mengelilingi Reno yang wajahnya terlihat sangat geram. Namun Reno hanya mematung.
"Gue suka sama dia, dan dia, bakal jadi milik gue" sambung Rendi dengan senyuman kemenangan.
"Gak akan!" jelas Reno lalu ia menoleh sebentar pada wajah Rendi, "Gue gak akan biarin Bella, jadi korban lo setelah Venny" sambungnya.
Tiba-tiba, pikirannya mulai teringat pada masa lalunya.
-flashback on-
"Hallo, Reno. Maaf ya, malem ini kita gak jadi jalan. Aku mau nganterin mama ke rumah sakit" ucap gadis itu dalam telepon.
"Iya, gak papa, Ven. Semoga tante Sonya cepet sembuh, ya" jawab Reno dengan nada kecewa.
Sebenarnya, hari ini, 31 maret, adalah hari jadiannya dengan Venny yang ke tiga bulan. Tepat pada pesta malam tahun baru, ia menyatakan perasaannya pada Venny yang langsung diiyakan oleh gadis itu. Namun, apa boleh buat. Semua rencananya memberi kejutan dengan pesta kecil gagal total.
Karena hari yang sudah larut, pasti jika ia pulang ke rumah, akan dimarahi habis-habisan oleh papanya itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke apartemen milik Rendi. Rendi biasa tinggal disana jika merasa bosan tidur dirumah. Papanya membelikan apartemen itu untuk mereka berdua. Namun, hanya Rendi yang sering menempatinya.
Sebuah taxi yang sudah ia pesan sejak tadi baru datang dihadapannya. Lalu, taxi itu melaju dengan kecepatan minim menuju alamat apartemen milik Rendi. Setelah ia selesai membayar, ia bergegas turun dari taxi itu kemudian mencari lift terdekat.
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4
Lantai 5
Lantai 6
Lantai 7
Lantai 8
Lantai 9
Lantai 10Tingg.. Pintu lift terbuka tepat di lantai 10. Kebetulan, kamar Rendi tepat didepan pintu lift. Jadi, ia tak perlu jauh-jauh melangkah. Sebenarnya, Rendi sudah mengganti password pintu kamarnya kepada Reno. Namun, Reno rasa, mungkin tidak sopan jika ia tiba-tiba menyelonong masuk kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected [On Going]
Fiksi RemajaCerita ini dibuat untuk kamu yang telah membuat karangan kisah di masa depanmu sesempurna mungkin, namun ternyata rencana itu tak ada artinya setelah takdir berkata lain. Kamu bisa belajar dari Reno, saat kebahagiaannya terenggut oleh ketetapan yang...