14. Rasa yang nyata

29 5 0
                                    

"Jika kehadiranmu sudah cukup membuatku merasa dihargai, Apa ada alasan, untuk aku mencari yang lain?"

•••

Hari ini, puncak acara dari SMAN Trandana. School Anniversary ke 34. Sekolah ini sudah lumayan lama berdiri. Tahun ini, adalah tahun perayaan hari jadi sekolah paling meriah. Pasalnya, banyak yang sangat antusias dalam menyambut acara ini. Mulai dari kelas sepuluh yang banyak mengeluarkan penampilan, tak kalah juga, kelas dua belas banyak pula yang turut memeriahkan acara ini sebagai penampilan terakhir mereka. Meskipun setiap akhir ajaran selalu ada promnight sebelum kelulusan, namun, acara ini juga tak kalah seru.

Tepat pukul delapan, acara dimulai. Namun, hari ini Reno belum bertemu Bella sama sekali. Apakah Bella tidak masuk sekolah? Padahal ini puncak acara. Reno membuka ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Bella. Nihil, Bella tidak mengangkat panggilannya. Kemudian Reno memutuskan untuk mencarinya di gerombolan siswa yang berada di depan panggung utama. Setiap sudut ia jangkau untuk menemukan Bella. Namun, setelah beberapa menit mencari, ia hanya melihat Laras. Lalu, ia menghampirinya.

"Bella gak masuk, Ras?" tanya Reno.

"Masuk, kak. Tapi gak tau dia dimana. Soalnya tadi udah pencar."

"Kok aku gak ketemu dia ya, dari tadi,"

"Lohh iya? Udah di telpon kak?"

"Udah, tapi gak diangkat" Reno mengambil ponselnya dari saku mencoba mengubungi Bella kembali. "Gak diangkat, kan. Yaudah, aku nyari Bella dulu ya". Reno meninggalkan Laras yang sedang bersama Andre itu.

"Kak Reno sama Bella pacaran, yang?" tanya Andre.

"Maybe" jawab Laras.

"Kok, kak Reno gak pernah cerita sama aku ya,"

"Gak tau juga, hubungan mereka itu gak jelas."

"Gak kayak hubungan kita, ya. Jelas, hehe" Andre menunjukkan gigi rapinya dengan sedikit tersenyum simpul.

----

Reno masih mencari keberadaan Bella yang tidak jelas. Membuatnya khawatir saja. Ia tak mau terjadi apa-apa dengan Bella. Reno terus berjalan ke seluruh penjuru sekolah. Namun, tetap tak mendapati Bella. Setelah sampai di kantin, ia melihat seorang perempuan berambut sepunggung sedang duduk di bangku kantin paling ujung. Tak berpikir panjang, ia menghampiri gadis itu. Dan benar, ternyata ia adalah Bella. Kemudian Reno menyeret sebuah bangku di meja sebelahnya untuk duduk di depan Bella karena hanya tersedia satu bangku di meja yang ditempati Bella.

"Lo itu yaa," ucap Reno geram dengan nafas terengah-engah sambil mengacak-acak rambut Bella.

"Ihh, apaan sih, jadi berantakan rambutku" gerutu Bella sambil menata rambutnya kembali.

"Bisa gak sih, lo itu gak bikin orang khawatir?"

"Khawatir kenapa?"

"Dari tadi gue nyariin lo, di telpon gak diangkat. Gak tau nya, yang di khawatirin malah enak-enak makan mie instan di temani teh hangat" geram Reno.

"Hehe, maaf hapeku ketinggalan di rumah" Bella meringis tak bersalah.

Reno memutar kedua bola matanya dan mengerucutkan bibirnya. Cowok ini terlihat lucu. Tak pernah ia menampakkan wajah yang se cute ini menurut Bella. Dengan alis hitam tebal yang sedikit naik dan kelopak matanya yang menciut, bagi Bella, ini sangat lucu.

An Unexpected [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang