24

1.4K 238 26
                                    

Previously on Nagoya..

"mobil Jaebum ada dibawah, jalan menuju ruang jenazah tempat dia menyekap Nayeon dan juga menyimpan jasad Tzuyu disana." jelas Jeongyeon.

Nayeon mengangguk, ia mencoba untuk duduk. "gue yakin mereka ga cuma dua orang. Kalian masih inget dosen kita yang dulu pernah ngajar tentang rekayasa genetik tanaman? Gue yakin, gue dengar suara dia." jelas Nayeon.

"daebak, dapat dari mana?" ujar Jeongyeon, "ini..obat-obatan sewaktu gue dan yang lainnya..tunggu dulu..Akira..Hirasaki.."

"yes?" ujar Akira tersenyum.

"your father, Mark's father, Mr.Park?..ayahnya Sungjin.. Ayah kalian semua otak dari semua ini?!"

Bruk.

+++

Akira tersenyum, dari ujung bibirnya mengalir darah. Jeongyeon tidak tahan untuk memukul wajah Akira. "tuh, udah aku bilang. Kamu pasti bakalan kaya gini kalau denger cerita aku," ujarnya santai sembari mengelap darah diujung bibirnya.

"how dare you," ujar Jeongyeon kesal. Ia mengeluarkan pistolnya. "buruan ngaku ke polisi kalau ayah kamu memang komplotan itu!"

Akira menatap Jeongyeon, "aku mau kamu bantu aku," ujarnya sambil berdiri.

Jeongyeon memundurkan langkahnya. Pistolnya semakin erat ia pegang.

"Bantu aku," ujar Akira dengan seriusnya.

Jeongyeon tidak yakin dengan ucapan Akira, bisa saja itu hanya aktingnya untuk memenangkan hati Jeongyeon. "jangan bergerak," titah Jeongyeon, tidak tegas seperti biasanya. Bahkan terdengar ragu.

Akira menurunkan pistol Jeongyeon, "bantu aku, ya?"

Jeongyeon menelan salivanya. Ia ragu. Logika dan perasaannya sekarang bercampur menjadi satu. Ia tidak tahu apa maksud kalimat pertanyaan Akira tersebut.

+++

Oppa, sallyeojoo..seyo.. *please.. save me..*

"andwae!" pekik Jinyoung terbangun. Ia masih menunggui Nayeon di Rumah Sakit tersebut.

"kamu masih sering mimpi buruk?" tanya Nayeon dari atas tempat tidurnya melirik ke sofa sebelah kirinya. Tempat dimana Jinyoung sekarang mengatur nafasnya.

Butir keringatnya mengalir. Jinyoung mengangguk. "kamu kok ga tidur?" tanya Jinyoung melihat jam tangannya menunjukkan pukul 03:56.

"kamu berisik," celetuk Nayeon, "teriak-teriak nama Tzuyu." lanjutnya menatap Jinyoung dengan intens.

Entah karena jasad Tzuyu ditemukan atau karena hal lainnya, bisa-bisanya Jinyoung menyebut nama Tzuyu dalam mimpinya.

Jinyoung meneguk salivanya. Ia mengelap butir keringatnya yang nyaris saja jatuh. "aku mau menyerahkan diri aku ke polisi aja," tutur Jinyoung.

"maksud kamu?"

"aku yang udah ngebuat Tzuyu dan Chaeyoung kaya gini, aku bisa bisa frustasi nyembunyiin ini semua," ujar Jinyoung dengan suara bergetar. Sepertinya ia telah menyimpan emosinya dengan baik selama ini.

Nagoya | GOTWICE (Comp.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang