( JiKyung's Time )

1.2K 118 45
                                    

"Jimin!" Aku melotot sambil menatapnya sedangkan tanganku masih memegang gagang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jimin!" Aku melotot sambil menatapnya sedangkan tanganku masih memegang gagang pintu.

"Bagus, kau tidak lupa dengan panggilanmu selama kita berdua, kan?" Jimin mengalihkan tanganku dari gagang pintu, kemudian pria itu melesat masuk ke dalam kamar hotelku.

"Jim, mau apa kau kesini?" Aku mengikuti Jimin yang sudah duduk di sofa kamar hotelku.

"Melihatmu, kau sudah baikan?" Tanya Jimin ramah.

"Iya, hm." Aku menjeda kata-kataku sambil menduduki sofa di depan Jimin.

"Terima kasih." Lanjutku sambil menatapnya santai, Ya, santai.

"Tidak apa," Jawab Jimin Juga santai, sambil memangku kedua tangannya ke dada kemudian dia juga menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Hening, itu yang selalu terjadi.

"Apa kau tidak marah ketika aku masuk kedalam sini? Biasanya kau akan meneriakiku, seperti harimau ganas yang kelaparan." Jimin berucap demikian dengan posisi yang masih sama.

Iya, dia benar. Aku baru sadar, kenapa aku tidak lagi mengusirnya? Dan sikapku padanya, kenapa bisa seramah ini? Astaga, ada apa denganku.

Aku tanamkan dalam hati, mungkin ini hanya 'Jetlag '

"Oh, jadi kau mau aku mengusirmu? Kau suka sikapku yang seperti itu?" Aku menyilangkan kaki kemudian juga bersandar di sofa.

Jimin terkekeh, dia meletakkan sikunya diatas lutut untuk menopang tubuhnya. "Tidak, aku suka kau yang seperti ini. Atau apa aku bertambah spesial bagimu? Tiba-tiba kau ramah padaku, mungkin saja." Jimin menggodaku sambil menaikkan ujung bibirnya.

Aku menelan kasar salivaku yang sudah kental. "Jimin, aku ada urusan bersama Taehyung malam ini." Aku berdiri.

Jimin juga ikut berdiri. "Kemana?" Tanya pria itu penasaran sambil menekuk kedua alisnya.

"Jalan-jalan, tadi siang aku tidak sempat melihat Tokyo, kan?" Aku berjalan menuju kaca besar yang menampilkan gemerlapnya Tokyo.

Jimin mengikutiku.

"Cantik, kan?" Aku menatap Jimin yang juga sibuk memperhatikan mobil yang berlalu-lalang.

Jimin's pov..

Aku suka suasana ini, rasanya sangat nyaman ketika bersama Sokyung akhir-akhir ini. Hatiku seakan kehilangan beberapa ruang kegelapan dan diisi oleh beberapa cahaya baru.

"Benar." Aku jawab pertanyaan Sokyung sambil terus menatap ke depan, Tokyo benar-benar cantik, aku tidak bohong. Aku sadar, aku belum menyentuh Kota ini sebelumnya.

Kiss From The Hell ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang