Aku membawa Sokyung ke sebuah hotel dekat sini, dan aku menyuruh gadis itu untuk duduk sejenak, guna menungguku untuk memesan dua kamar.
"Masih ada yang tersisa?" Tanyaku pada Resepsionis.
"Semuanya penuh, Tuan." Jawab Resepsionis itu padaku dengan ramah, kemudian aku mendengus kesal sambil menatap Sokyung yang ada di belakang sana.
Sokyung sadar akan tatapanku. "Ada apa?" Tanya gadis itu sembari mendekatiku.
"Tidak ada kamar yang tersisa." Jawabku sambil mengacak rambutku pelan.
"Apa ada hotel lagi selain disini?"
Aku menggeleng. "Tidak~"
"Tuan, saya lupa kalau kami masih punya sebuah kamar yang tersisa." Seketika Resepsionis tadi membuatku dan Sokyung menoleh secara bersamaan.
Aku dan Sokyung mendekat. "Kami berdua, apa kau tidak bisa mencarikan dua kamar?" Tanyaku.
Sokyung hanya diam di sampingku.
"Tidak, Tuan. Hanya satu yang tersisa."
Aku mengalihkan pandangan untuk menatap Sokyung. "Dengar, kau disini saja, aku bisa mencari Sauna dekat sini." Aku memegang pundak Sokyung.
"Tidak, kalau kau tidak disini, berarti aku juga." Ucapnya.
"Tapi hanya ada satu kamar disini, kau~~" Ku coba menjelaskan tentang keadaan sekarang, tetapi Sokyung menyela kata-kataku.
"Aku bilang jangan pernah meninggalkanku, kau mengerti?"
Aku terhenyak, suara gadis itu meninggi sambil menatapku tajam. Aku tak dapat berkata apa-apa lagi, kembali aku tatap Resepsionis yang terdiam melihat interaksi kami berdua.
"Kami akan memesan kamar itu." Ucapku final, apa ini yang di inginkan Sokyung? Baiklah.
Pelayan hotel mengantarkan kami berdua ke kamar yang telah kami pesan sebelumnya.
"Kamar 1304, dan ini kunci anda, Tuan." Pelayan itu memberikan kunci kamar kepadaku, aku mengangguk tanda mengerti
Pelayan itu pergi dan menyisakan aku bersama Sokyung disini, berdiri di Lobby hotel yang sepi. Sokyung masih saja menyelimuti dirinya dengan jaket yang aku berikan tadi.
"Mari masuk." Ajakku padanya, Sokyung mengangguk tanda mengerti.
Aku memegang gagang pintu dan mulai membukanya, menampilkan sebuah kamar bersih dengan sprei bewarna putih disana. Aku menatap kamar itu lama, aku gugup memikirkan Sokyung yang berdiri di belakangku. Malam ini aku akan satu kamar bersama Sokyung.
"Ada apa, Jimin?" Sokyung menyadari aku yang melamun di depan pintu.
"Hh, tidak apa." Aku menjeda kalimatku sambil menatap gadis itu.
"Kau masuk duluan." Aku memberikan ruang supaya Sokyung bisa masuk terlebih dahulu.
Setelahnya, Sokyung melesat masuk, dia berhenti di tengah-tengah ruangan. Aku menutup pintu kemudian mengikuti gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss From The Hell ✔
Fiksi Penggemar[Completed] [ Walaupun cerita sudah tamat, jangan lupa vote sama komen kalian, hargai apa yang kalian baca] [Cerita ini dipersingkat karena suatu alasan. Sewaktu-waktu akan author publish full ver yang lebih panjang dan menegangkan.] Not all psychop...