Sokyung mengoleskan sedikit lipgloss bewarna softpink kesukaannya, menambah kesan manis dan menggemaskan di bibir gadis bermarga 'Kwon' itu. Janjinya dengan Park Jimin sama sekali tidak dia lupakan, entahlah, gadis itu juga tidak tahu maksud Jimin membawanya pergi.
"Ini bukan sebuah kencan, tapi kenapa aku berdandan seperti ini?" Gumam Sokyung setelah selesai dengan kegiatan meriasnya.
Celana ripped jeans bewarna hitam, kemeja belang hitam putih, sepatu kets bewarna putih, ditambah tas bewarna putih pula. Penampilannya benar-benar seperti gadis yang siap untuk berkencan, tapi ini semua berbeda, ini bukan sebuah kencan.
Jam 09.00 malam, sudah sebaiknya gadis itu untuk tidur. Jimin masih belum datang, dan Sokyung masih tetap berada depan cermin meja rias miliknya, gadis itu tidak beranjak sama sekali sejak dua jam yang lalu dia bersiap-siap. Bodoh memang, apa Jimin berbohong? Tidak, Sokyung percaya bahwa pria itu tidak akan berbohong. Lantas karena itulah, Sokyung rela berdiam diri seperti ini untuk menunggu sang pria.
Menunggu tanpa kepastian itu sakit.
"Ck, sialan. Kenapa aku mempercayai pria itu?" Sokyung menghentakkan kakinya dan berdiri, Jimin belum juga datang dan membuat kesabaran gadis itu kian menipis.
Sokyung mengacak rambutnya kemudian menghembuskan napas pelan melalui mulut. "Yang datang padamu tadi bukan Jimin yang asli, itu hantu, brengsek." Gerutu gadis itu berbicara pada diri sendiri, menatap cermin yang memantulkan keadaan wajahnya.
"Sudah cukup aku mempercayai pria sialan itu." Sokyung beranjak menuju ranjang, hendak istirahat.
Bel rumahnya berdenting sebanyak dua kali, kepala Sokyung bergerak untuk menatap kearah pintu. "Apa dia benar-benar datang?" Ucap Sokyung penasaran.
Bergegas dia berlari menuju pintu utama, menarik napas panjang kemudian dia hembuskan perlahan, jika benar Park Jimin, maka siap-siap jika dia akan kehabisan oksigen lagi.
Krieett..
Benar, itu Park Jimin. Dia benar-benar datang, memakai baju bewarna senada dengan Sokyung, hanya saja Jimin memakai kaos bewarna putih santai.
"Hai.." Sapa Sokyung, dia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
"Maaf, kau pasti lama menunggu, kan?" Suara serak nan pelan Jimin menggetarkan tubuh Sokyung.
"T-tidak, kok." Sokyung berbohong.
"Aku harus mencari waktu yang tepat untuk membawamu keluar, ini sangat penting, dan hanya kau dan aku." Jelas Jimin serius, tatapan Jimin yang tegas membuat Sokyung tak bergidik.
Sokyung menelan salivanya kasar. "B-baik."
"Sekarang mari pergi." Ajak Jimin, dia mendahului Sokyung dan memasuki mobil. Sokyung segera mengunci pintu rumahnya dan berdo'a, semoga semuanya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss From The Hell ✔
Fanfic[Completed] [ Walaupun cerita sudah tamat, jangan lupa vote sama komen kalian, hargai apa yang kalian baca] [Cerita ini dipersingkat karena suatu alasan. Sewaktu-waktu akan author publish full ver yang lebih panjang dan menegangkan.] Not all psychop...