Sepanjang perjalanan Jungkook hanya diam, menatap Soojung yang duduk di hadapannya. Tatapan gadis itu begitu kosong. Ia masih berusaha memproses kejadian yang baru saja ia saksikan.
Hara masih menggenggam tangan Soojung dengan erat, sejak ia menemukan Soojung di tempat itu.
Jungkook masih tetap menatap gadis di hadapannya.. sekitar 30 menit yang lalu, ia menemukan Soojung dengan kondisi yang terlihat begitu hancur.
Ingin rasanya Jungkook merengkuh tubuh gadis itu, dan menanyakan apa yang baru saja ia alami. Jungkook menghela nafas dan menunduk, mencoba menahan dorongan dari dalam dirinya.
Dimana di saat yang bersamaan, Soojung membuka suaranya..
"Menurutmu.. kenapa ia meninggalkanku?"
Jungkook mengangkat kepalanya, dan menangkap tatapan mata Soojung yang langsung bertemu dengan matanya. Sementara Hara masih tidak sanggup berbicara.
Jungkook terdiam, ketika ia baru akan membuka suaranya, Soojung sudah lebih dulu menjawab.
"Tidak perlu di jawab.. hanya pertanyaan bodoh.." Soojung kemudian berdiri dari tempat duduknya. "Ayo, sudah sampai.." lanjut Soojung.
Tepat ketika kaki Soojung mulai melangkah menjauhi halte bus tempat mereka turun. Saat itu pula sebuah tangan berhasil membalikkan tubuhnya dan merengkuh tubuhnya yang lemah.
"Aku tidak tahu siapa yang kau maksud Lee Soojung, kenapa alasan ia meninggalkanmu pun aku juga tidak tahu.." Jungkook menelan salivanya sendiri, bahkan aliran darah nya sukses memacu adrenalinnya sendiri.
Jungkook melepas rengkuhannya, menatap lurus kedalam mata gadis itu, mencoba memasuki pikirannya dan mematri pikiran gadis itu dengan dirinya.
"Tetapi ku mohon jangan menangis lagi.. Ah tidak.. menangislah sesukamu.. tetapi hanya dihadapanku.." Ucap Jungkook lirih.. mungkin ini bukan waktu yang tepat. Tetapi ia sudah tidak bisa lagi menahan perasaannya.
Soojung hanya terdiam mendengar kalimat yang Jungkook lontarkan, sambil membalas tatapan Jungkook padanya.
Cukup lama sampai kemudian Soojung tersenyum, dan melepaskan tangan Jungkook dari lengannya.
"Pulanglah.." ucap Soojung lirih dan meninggalkan Jungkook begitu saja. "Kau juga Hara-ya.. aku baik baik saja.. jadi.. kau pulanglah."
•••••••••
3 hari berlalu sejak hari itu, dimana Jungkook melihat Soojung dalam kondisi terpuruknya. Sejak hari itu pula ia hanya bisa menatap Soojung dari kejauhan.
Gadis itu menjadi pendiam sejak hari itu. Bahkan senyumnya pun seakan ikut menghilang. Setiap kali Jungkook ingin menghampirinya, gadis itu selalu lebih dahulu pergi menjauhinya.
Soojung hanya berbicara dengan Hara sejak kejadian hari itu, bahkan kejadian itupun mengubah Hara yang berisik.
Jungkook sedang mengikat tali sepatunya ketika bis yang akan ia tumpangi sampai. Jungkook segera masuk kedalam bis yang tidak terlalu ramai itu, ketika matanya menangkap sosok yang tidak asing.
Soojung duduk di bangku paling belakang, dengan earphone hijau yang menggantung di telinganya, dan beberapa detik kemudian tatapan mereka bertemu satu sama lain.
Soojung tersenyum ramah kepada Jungkook dan kembali menatap jalanan diluar. Jungkook memilih untuk berdiri sambil merutuki dirinya sendiri yang tidak berani mengambil langkah untuk duduk di bangku sebelah Soojung.
"Kenapa kau tidak duduk?" Ucap Soojung yang tiba - tiba sudah berdiri di sebelah Jungkook.
"Ah.. itu.. aku.. bokongku sakit." Jawab Jungkook asal, dan sukses membuat tawa Soojung pecah.
Benar.. sudah lama Jungkook tidak melihat tawa itu, ketika mata Soojung ikut membentuk sebuah lengkungan bahagia seperti bibirnya.
"Dasar aneh.." Sahut Soojung yang masih tersenyum geli.
"Minggu depan.."
Soojung menatap Jungkook dengan bingung. Kalimat yang diucapkan Jungkook menggantung begitu saja.
"Ada apa minggu depan?" Sahut Soojung.
"Minggu depan.. jika aku menang.. berjanjilah kau akan memenuhi permintaanku."
"Ah.. iya.. kau akan mengikuti turnamen itu.. semangat!"
"Bukan semangat.. iya atau tidak.. itu yang aku harapkan.." lanjut Jungkook.
"Aku tidak akan memenuhinya jika permintaanmu aneh.."
Jungkook menoleh ke arah Soojung, yang kembali dengan ekspresi dinginnya.
"Jadi..?"
"Dasar bodoh."
Tanpa Jungkook sadari, sebuah senyum mengembang di wajahnya.
"Dan kini semesta mulai memihak kepadanya.."
Heyhooo everybody.. for the first time in forever butter muncul disela-sela chapter gini, udah lumayan lama juga gak update.. sebenernya chapter yang ini udah lama berdiam diri di draft dan gak nambah-nambah juga 🙃🙃 ditambah lagi, ada 1-2 hal yang membuat cerita keseluruhannya jadi beda sama yg butter pikirin di awal 🤦🏽♀️🤦🏽♀️ jadi pusing sendiri deh wkwkwk..
Butter cuma mau mengucapkan terima kasih kepada para readers dan voters, juga kepada teman teman kuw yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengapresiasi cerita ini. Walaupun masih banyak banget kekurangan dalam hal penulisan dan pemilihan kata, tapi kalian masih mau mebaca cerita ini.. hahaha.. kedepannya Butter akan usahakan agar lebih kreatif lagi dan mengembangkan ide ide halu ini (?) Sekali lagi terima kasih banyaakk.. love youu~-Buttercatfish-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Star
Fanfiction"Kalau ku ibaratkan.. Ia bagaikan bintang yang berhamburan di langit luas.. memenuhi langit malam yang sulit kau tebak.. Bintang yang tidak pernah berubah.. Hanya saja disuatu malam ia akan muncul dan di malam berikutnya ia akan hilang.. Lalu.. Baga...