The Truth..

23 2 0
                                    

"Hei Hwang Minhyun.. bukankah menyenangkan jika kau setidaknya berbicara padaku?" Soojung mengatakan hal itu tanpa sedikitpun menatap ke arah sahabatnya. Sedari tadi mereka hanya duduk membelakangi satu sama lain.

Mungkin Bulan malam itu, jauh lebih indah untuk Minhyun pandangi, dibandingkan wajah Soojung yang seperti dipenuhi tanda tanya.

"Kau ingin aku membicarakan apa?" Akhirnya Minhyun menyahut..

"Sudahlah lupakan saja, kau sungguh tidak menyenangkan." Soojung kembali menenggelamkan wajahnya dibalik kedua lututnya yang ditekuk.

Minhyunpun memutar tubuhnya dan menatap punggung Soojung. Begitu kecil dan ringkih pikirnya, "apa gadis ini sudah makan dengan benar?"

"Hei Lee Soojung.."

"Hmm.."

"Berbalik laaah, sampai kapan kau ingin terus memunggungiku.."

Soojungpun berbalik dan menemukan wajah datar Minhyun dengan tatapan teduhnya..

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Minhyun seperti mengerti tentang apa yang sahabatnya itu pikirkan.

"Bukankah aneh.. menurutmu, kenapa dia tiba tiba selalu muncul dipikiranku?"

Minhyun hanya tersenyum menatap Soojung

"Aiishh, kau juga mulai bersikap aneh.." Soojung memutar bola matanya malas.

"Kau menyukainya?" Tanya minhyun yang sukses membuat mata Soojung membulat sempurna.

"Kau gila." Soojung melempar pandangannya ke arah lain.

"Bukankah itu hal yang wajar? Kau perempuan dia laki laki, kenapa kau menyebutku gila??" protes Minhyun

"Aku minta saranmu Tuan Hwang Minhyun.. bukan kesimpulan gila seperti itu yang ku harapkan.. aisshh"

Minhyun terkekeh mendengar jawaban Soojung, menurutnya gadis ini hanya belum paham, bahwa ia sudah mulai jatuh dalam pesona Jungkook.

"Dengarkan aku Lee Soojung.." Minhyun meraih tangan Soojung dan membuat tubuh mereka kembali berhadapan.

"Bukan tentang siapa orangnya, melainkan tentang apa yang sanggup ia lakukan untukmu.. cobalah membuka pikiran dan hatimu, kau akan menemukan jawabannya."

"Aigoo.. Hwang Minhyunku sudah besar rupanyaa.." Soojung mencoba mengalihkan kata kata yang Minhyun baru saja ucapkan.. sesungguhnya ia tau kenyataan bahwa Jungkook sudah berhasil masuk kedalam hatinya namun ia kurang suka dengan kenyataan itu.

"Aku yakin anak itu bukan laki laki yang jahat, ia seringkali mencoba melindungi dan membantumu." Lanjut Minhyun tanpa menghiraukan kata kata Soojung sebelumnya.

Sementara Soojung menatap kedalam mata Minhyun, ia berusaha mencari alasan untuk hatinya. Tetapi yang ia temukan malah sekelebat bayangan akan wajah Jungkook.

"Aku harus pergi.. jangan kau terlalu kejam padanya Soojung, dia juga merasakan hal yang sama mungkin padamu. Bukankah ia sedang sakit? Cobalah kau jenguk dia.."

"Bagaimana kau tau ia sedang sakit?" Tanya Soojung..

"Hmm.. koneksi?!" Minhyun lalu tersenyum dan berdiri.. "sampaikan salamku pada Seokjin hyung, dan jangan terlalu kasar padanya, ia sangat menyayangimu, kau tau itu kan?"

Lalu Minhyun menepuk nepuk pundak Soojung beberapa kali sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan gadis itu.

"Koneksi? Mereka bersaudara?" Tanya Soojung pada dirinya sendiri.

•••••••••••

"Kondisinya sudah membaik, hanya belum sadarkan diri, yang perlu diingat adalah ia harus banyak beristirahat.." ucap dokter itu sebelum ia meninggalkan ruangan.

Sementara Jungkook masih belum membuka matanya, beberapa alat menempel di tubuhnya. Sejak operasi transplantasi yang dilakukannya 2 tahun lalu, ini adalah kali kedua ia mengalami hal ini.

Yang pertama bahkan jauh lebih buruk.. kecelakaan 2 tahun lalu, menyisakan banyak luka di tubuh Jungkook. Sebenarnya kejadian seperti hari itu bisa dihindari, asal ia rutin meminum obatnya.

Namun sudah beberapa hari ini Jungkook tidak meminumnya, ia terlalu sibuk dengan persiapan ujian masuk perguruan tinggi, dan juga olimpiade renangnya. Ditambah lagi, Lee Soojung, yang belakangan ini memenuhi pikirannya.

"Jungkook-ah.. cepatlah sadar nak.. jangan membuat ayah dan ibumu ini menderita lagi.. ibu mohon padamu.."

Wanita itu kembali menitikan air matanya, sementara suaminya membiarkan wanita itu menangis di dalam pelukannya.

Hati ibu mana yang tidak terluka ketika melihat anaknya terbaring lemah, bukan sekali.. itulah penyebab mengapa wanita itu begitu khawatir.

••••••••••

"Lee Soojung!!" Suara hara memecah keheningan koridor pagi itu.

"Hmm.." sementara Soojung hanya menyahut dengan santai sambil berlalu melewati Hara yang berdiri menutupi sebagian jalannya.

"Apa kau sudah dengar beritanya?"

"Berita apa lagi?"

"Jungkook.. dia sakit.."

"Sudah tau.."

"Dan masuk Rumah sakit?"

Soojung langsung menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Hara.

"Apa?! Si pesut itu masuk rumah sakit?"

"Eiii.. jangan panggil dia seperti itu, kau benar benar tidak punya hati Lee Soojung.."

"Sakit apa? Rumah sakit mana? Bagaimana bisa? Kapan?" Soojung tidak memberikan jeda ketika menanyakan hal itu pada Hara.

"Entahlah, aku kurang tahu penyebab pastinya.."

"Sudah kuduga ia memang sakit, anak bodoh, kenapa ia memaksakan diri kemarin.. apa penyakitnya cukup parah? Apa dia pingsan lagi?"

Hara hanya menatap Soojung dengan tatapan curiga. Ia lalu berdeham dan menembak Soojung dengan pertanyaan.. "Jawab aku dengan jujur.. kalian berkencan bukan? Kenapa kau terdengar seperti kekasih yang sangat khawatir Lee Soojung? Hmm?" Yang kemudian di balas oleh Soojung dengan sebuah sentilan di kening Hara.

"Lupakan, aku tidak perduli." Soojung kemudian melanjutkan langkahnya ke tempat duduknya. Sementara Hara masih mengeluh dengan sentilan yang Soojung berikan.

Namun apa yang Hara katakan justru membuat Soojung bertanya pada dirinya sendiri.. kenapa juga ia harus perduli? Dan kenapa juga ia menjadi khawatir. Bahkan Soojung sendiri tidak mengerti akan hatinya.

"Apa dia baik baik saja?" Pertanyaan itu kembali muncul di benak Soojung. Namun segera ia tepis pertanyaan itu, dan menenggelamkan wajahnya di balik telapak tangannya.

"Aku benar benar sudah gila kali ini.."













"Benar.. perbedaan benci dan cinta hanya dipisahkan oleh selaput yang sangat tipis.."

The Moon and The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang