Piece of puzzle

57 2 1
                                    


SOOJUNG P.O.V

Setelah makan malam, aku diam diam pergi keluar untuk menghirup udara segar, aku sengaja tidak pamit kepada Seokjin Oppa ataupun Paman Jang. Karena sudah dapat di pastikan mereka akan mengikutiku kemanapun aku pergi.

Dan disinilah aku. Duduk di taman dekat rumahku. Sambil menikmati susu pisangku, dan beberapa permen jelly, sambil melihat kesekeliling dan menatap langit malam. Di Seoul sangat sulit untuk melihat bintang. Walau terkadang terlihat tapi tidak bisa melihat banyak.

Aku masih memandang langit malam. Tiba tiba saja aku teringat. Kemana si Minhyun Es itu? aku tidak melihatnya hari ini, dia benar benar misterius, kalau aku sengaja mencarinya dia tidak muncul, giliran aku tidak mencarinya dia tiba tiba saja ada dihadapanku.

"Apakah dia pengikut sekte yang aneh aneh itu?" Pikirku random. Susu pisangku sudah habis begitupun permen jelly ku. Itu menandakan bahwa aku harus pulang. Setelah membuang bungkus permen dan susu pisang ku, akupun kembali pulang.

Sepanjang jalan aku memikirkan Minhyun dan segala macam ke misteriusannya, tapi dibalik ke misteriusannya itu, semua yang ada di dirinya berhasil membuat hari hariku hangat. Namun tiba tiba saja bayangan akan Jungkook muncul dikepalaku. "Astaga astagaa, apa apaan ini." Aku segera menghapusnya dari pikiranku. "Benar benar mengganggu." Gumamku dalam hati.

Aku masih melanjutkan perjalananku. Dan kemudian kulihat kerumunan orang di pinggir jalan. "Ada apa?" Batinku. Akupun mendekati kerumunan itu, namun aku tidak dapat melihat apapun. Aku berusaha menembus kerumunan itu, dan menemukan seseorang yg sedang terbaring lemah dengan darah dimana mana.

Mendadak tubuhku lemas, dan sebuah bayangan kembali muncul dikepalaku. Seperti didalam mimpiku, aku melihat orang yang berlumuran darah. Aku mundur dan menjauhi kerumunan orang orang itu. Aku tidak dapat mendengar suara di kerumunan itu. Semua bayangan yang belakangan ini muncul di pikiranku mulai menguasai diriku.

Aku berjalan gontai menjauhi orang orang itu, tangan dan kakiku gemetar. "Ada apa denganku" batinku dalam hati. Tiba tiba saja aku tidak kuat untuk berpijak diatas kakiku sendiri. Aku terjatuh lemas. Mataku mulai berair, kepalaku kembali sakit. Apa yang aku lihat tadi? Aku memegangi kepalaku, dan meruntuki diriku sendiri.

Sakit.. itu yang aku rasakan saat ini. aku penasaran dengan maksud dari segala macam mimpi dan bayangan bayangan aneh yang selalu aku alami. Namun setiap kali aku mencoba untuk berpikir tentang maksud dari semuanya, hasilnya nihil. Yang kudapati hanyalah diriku yang tenggelam dalam segala perasaan aneh ini.

Aku meringkuk memeluk lututku, menenggelamkan wajahku di antara kedua lututku. Aku mengerang kesakitan, masih dengan tangan yang memegangi kepalaku sendiri. "Siapapun tolong aku" batinku.

Saat ini semua gambaran itu muncul dihadapanku. Darah, sosok yang terbaring lemah, sebuah mobil, cahaya yang sangat terang. Ada apa dengan semua gambaran ini. Apa hubungannya denganku. Apakah aku pernah melakukan sebuah dosa besar sebelum ini?

Sakit kepalaku semakin menjadi, seluruh tubuhku lemas. Aku hanya tidak ingin ditemukan mengenaskan di tengah jalan. Setidaknya aku berharap laki laki bodoh bernama Minhyun itu datang saat ini, dan membawaku pulang.

Aku mulai kehilangan kesadaranku, semuanya kembali gelap, tetapi setidaknya aku merasakan seseorang menopang tubuhku. Bahkan ketika air mataku mengalir, aku masih bisa merasakannya. Aku hanya tidak sanggup membuka mataku. Tubuhku terangkat. Sepertinya permintaanku kali ini terkabul.

"Minhyun.." itulah yang aku katakan sebelum aku kehilangan kesadaranku sepenuhnya.

••••••••••••••••••

Cahaya matahari pagi membuatku terbangun. Segelas air putih, semangkuk bubur dan juga beberapa obat obatan terpajang rapih diatas nakas di samping tempat tidurku. Kepalaku sedikit berat, mungkin efek dari kejadian semalam.

Aku baru akan menapakkan kakiku menuruni tempat tidur, ketika Seokjin Oppa masuk ke kamarku. Wajahnya terlihat kusut. Akupun akhirnya hanya diam terduduk di atas tempat tidur ketika melihatnya. Ia kemudian melihat ke arahku. Wajahnya berubah seketika.

"Soojung-ah" ia langsung menghambur ke arahku dan memelukku. Ia kemudian menatapku lekat lekat. Ekspresi khawatir sangat tergambar di wajahnya.

"Aku baik baik saja tidak usah berlebihan" jawabku sedikit malas, dan menepuk nepuk bahunya yang lebar itu. Seokjin Oppa memang tidak seperti Minhyun yang akan berpanjang lebar merentetkan serangkaian kalimat introgasi. Tapi tetap saja aku harus siaga, barangkali semenjak tinggal di jepang ia menjadi "posesif."

"Apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan padaku.."

"Bukan apa apa.." kami terdiam sejenak, suasana kamarku menjadi hening. Seokjin oppa masih menatapku lekat, namun pada akhirnya ia menundukan pandangannya. Ia menghela nafas panjang. Aku rasa ia tahu bahwa aku tidak baik baik saja. Namun untuk menceritakan masalahku padanya.. aku rasa ini bukan saat yang tepat.

"Baiklah, kalau kau tidak mau bercerita sekarang.. kapanpun kau ingin, aku akan siap mendengarkan ceritamu Soojung-ah. Sekarang makanlah buburmu sebelum dingin, dan minum obatmu." Ia kemudian mengacak rambutku sebelum berlalu meninggalkan kamarku.

Saat tangannya hampir memutar kenop pintu ia berbalik, "aah hampir lupa, satu hal lagi, hentikanlah kebiasaanmu menyusahkan temanmu itu. Aku pikir sekarang ia sedang mengerang kesakitan karena tubuhnya harus menopang tubuhmu yang berat itu." Kemudian ia bergidik melihat diriku, dan pergi meninggalkan ku sendiri yang jengkel dengan ledekannya itu.

"Hwang Minhyun bodoh, siapa suruh dia selalu datang disaat keadaanku sedang buruk." Gerutuku sambil mengambil mangkok berisi bubur yang masih hangat dan menyantapnya.

Aku rasa aku harus mencari tahu, ada apa dengan diriku dan juga mimpi mimpi itu. Semakin aku memikirkannya semakin aku penasaran, karena perlahan mimpi itu bagaikan potongan potongan puzzle yang harus aku susun.

Mungkinkah mimpi mimpi dan bayangan bayangan itu ada hubungannya denganku? Ataukah itu hanya sebuah halusinasi yang terkesan nyata? Atau mungkin, justru aku sendirilah pemeran utama dari semua potongan gambar tersebut....

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku.."
















"Dan disinilah aku, masih berkutat dengan diriku sendiri, langit malam, dan bintang."

The Moon and The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang