Namaku [Full Name] panggil saja [Name].
Dulu aku tinggal di Shiganshina tepatnya di dinding Maria bersama tiga orang temanku eren, mikasa dan juga armin.
kami berasal dari tempat yang sama ,bermain bersama, mengumpulkan kayu bakar, berbelanja, hingga menghentikan pertengkaran eren yang terjadi dimana-mana. Ya itulah kebiasaan kami sehari-hari.
Hingga kejadian beberapa tahun yang lalu, menyadarkan kami semua jika kami sedang diperingati. Dimana kejadian itu saat dinding maria di trobos oleh colossal titan yang tingginya hampir 60 meter ,membawa titan-titan raksasa masuk kedalamnya dan menghancurkan segalanya.
Kami melihat kejadian itu merasa kebingungan, dimana pada saat itu mereka para titan memakan manusia hidup-hidup yang berada didekatnya. Sontak kami yang melihatnya panik menjauh menyelamatkan diri.
Titan-titan itu terus bermunculan diberbagai arah. Kami terus berlarian memasuki kota bagian dalam. Batu-batu besar melayang ke arah kami. Banyak korban berjatuhkan dan Kerusakkan kota begitu parah.
"Bagaimana denganku?.."
Saat itu, aku hanya menyaksikan kejadian-kejadian itu di depan mataku.
Bayang-bayangan ku bersama keluargaku tempat dimana kami selalu berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, terputar didalam ingatanku. Ayahku, ibuku, kakakku,adikku,keluargaku mereka dibunuh tepat didepan mataku. Bahkan rumahku tempat aku pulang kini sudah hancur. Titan itu yang melakukannya. Dia merusaknya. Dia merebut paksa apa yang aku miliki
Titan itu..!
Saat itu aku hanya bisa mematung menyaksikan ibuku dimakan. Sebelum dihabisi ,aku dapat membaca gerakkan mulutnya.
"Tetaplah hidup"
hatiku seperti disedot habis. Rasa sakit yang menghujatku bertubi-tubi. Aku tidak berkedip sedikitpun melihat ibuku dihabisi. Aku hanya melihat kejadian itu dari kejauhan. Ayah dan kakakku berlari mengahlikan perhatian titan lain untuk menyelamatkanku.
Aku terus berlari membawa adikku yang terluka parah dipunggungku. Aku terus-menerus menangis, kebingungan membawa adikku entah kemana. Melihat sekelilingku pernuh kehancuran.
Aku terus berlari, membawa adikku. Lalu tanpa sengaja kakiku tersandung batu lalu terjatuh.
"Eji!!" teriakku melihatnya ikut jatuh bersamaku
"Kau tidak apa-apa? bertahanlah, aku akan membawamu" aku berusaha menarik tangannya ke punggungku.
"O-ne-chan.." ucapnya pelan
"Eji, jangan terlalu banyak bergerak. Aku akan membawamu ketempat yang aman. Kau akan sembuh, percayalah padaku!" aku membawanya kembali. Kakiku terkilir, aku berjalan pelan sambil membawanya menjauh dari lokasi.
"O-ne-cha.." ucapnya jatuh dari punggungku.
"Eji!!"
"Eji! Bertahanlah. Eji!!" panikku melihat matanya tertutup.
"One-chan.."
"Eji,syukurlah. aku disini. Bertahanlah sebentar lagi. Kau tidak perlu panik. Aku akan merawatmu. Tenang saja-" Ucapanku terpotong. Tangan mungil itu mendarat dipipiku. Dia menatapku dengan senyumanan kecilnya. Sorot mata itu seakan-akan berkata akulah yang panik.
Ah, Mata itu mirip seperti denganku dan juga ayah. Dengan rambut coklat tua yang mirip seperti ibu. Aku memegang tangannya dipipiku, air mataku mulai mengalir. Rasa dingin ditangannya membuatku berpikir dia butuh kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A story in a book ( Levi Ackerman x Reader)
Fantasy"kami seperti ini bukan kewajiban atau paksaan dari pihak lain. Kami seperti ini adalah pilihan yang kami ambil dalam hidup" . Dipublikasikan 1 Januari 2019🚫 🚫Mohon tidak mencopy🚫