Satu

7.6K 514 6
                                    

Junevian Algio, atau lelaki yang biasa dipanggil june kini menapakkan kakinya di bandara internasional soekarno hatta.

Lelaki bertubuh jangkung itu berjalan sambil menggaet kopernya menuju pintu keluar dimana sudah ada sang supir yang telah menjemput dirinya.

Ketika di perjalanan june membuka sedikit kaca mobilnya dan menatap ke arah jalanan jakarta yang sejak dahulu tak berubah, masih macet di jam pulang kerja. Tapi june memperhatikan kondisi jalanan yang dilalui olehnya, banyak yang berubah terutama di bidang infrastruktur negaranya ini.

Helaan nafas terdengar darinya. Sesekali june menekan tombol power pada hpnya, namun tak ada satupun notifikasi dari orang yang sudah ia rindukan sejak lama.

Bukan langsung menyuruh sang supir untuk langsung kembali ke rumah, june meminta sang supir untuk menghampiri suatu tempat.

Perlahan mobil berhenti di depan sebuah rumah yang hanya berlantai satu namun memiliki halaman yang luas dengan pagar hitam. Tak ada yang berubah dari rumah itu sejak beberapa tahun silam.

June menolehkan kepalanya kesana kemari tak ada tanda tanda kehidupan di dalam rumah itu.

Begitu june melihat ada seorang security yang sedang berkeliling dengan sepeda, june langsung turun dari mobilnya dan menghentikan security tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya security tersebut.

June tersenyum sesaat. "Pak, kalau boleh tau pemilik rumah  di depan yang namanya pak evan masih tinggal disini?" tanyanya.

"Masih mas"

"Tapi kok sepi ya?"

"Oh.. sejak dua tahun kalau tidak salah, keluarga mereka memang sering pergi keluar kota mas. Katanya sih ada keperluan"

"Keperluan apa pak?"

"Waduh kalau itu saya kurang tau"

June mengangguk sesaat. Mungkin ini penyebab hpnya tidak ada notifikasi dari orang yang ia rindukan. "Kalau begitu terima kasih banyak pak atas informasinya"

Security tersebut mengangguk dan kembali berkeliling dengan sepedanya.

Supir june hanya bisa melihat majikannya melalui kaca tengah begitu ia masuk kembali ke dalam mobil. Tampangnya tak sebahagia seperti tadi ia berada di bandara. Dan tentunya sang supir hafal betul siapa pemilik rumah yang ada di depan tersebut.








※※※※※

June melangkah gontai begitu keluar dari kamar mandinya, ia pikir kucuran air yang membasahi kepalanya akan membuat dirinya tenang walaupun sedikit. Ternyata, tidak ada pengaruhnya sama sekali.

June meraih hpnya yang tergeletak di meja dan mendudukkan dirinya pada tepian tempat tidurnya.

Tidak ada email, tidak ada pesan singkat yang menunjukkan balasan dari orang yang ia cari.

Entah sudah berapa ratus atau bahkan beribu kali ia menekan tombol hijau pada hpnya sejak beberapa tahun yang lalu untuk menghubungi orang tersebut, namun hanya suara operator yang ia dapatkan.

Ketukan pada pintu kamarnya membuat dirinya menoleh, dan mendapati mamanya kini tengah berjalan ke arahnya dan ikut mendudukkan dirinya di tepian tempat tidurnya.

"Kamu masih mencoba menghubungi dia?" tanya sang mama.

June hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Masih belum diangkat?"

June mengangguk lagi.

"Udah coba ke rumahnya?"

"Udah, dari bandara june langsung kesana tadi" jawab june yang akhirnya membuka suara.

"Terus hasilnya gimana?"

"Engga ada orang. Kata securitynya sih mereka selama hampir dua tahun ini sering pergi keluar kota gitu"

Sang mama mengelus pundak anaknya sekilas dan mencoba menghibur anak semata wayangnya itu. "Tenang.. pasti sebentar lagi kamu bakal ketemu sama dia. Ya minimal dia bakal menghubungi kamu balik"

Kali ini june tersenyum miris, dan mungkin sekarang dirinya telah menjadi seorang yang pesimis. "Selama beberapa tahun ini june coba buat hubungi dia. Tapi apa hasilnya ma? Engga ada apapun"

June terdiam sejenak. "Apa jangan jangan dia udah nikah ya mah?"

Mamanya june tertawa sekilas. "Ngawur, kalaupun dia nikah jun setidaknya kalau engga menghubungi kamu pasti menghubungi mama"

"Tapi bisa aja kan? Mungkin dia nganggep june mantan, biasanya ada aja kan orang yang nikah tapi engga ngundang mantannya?"

"Ya bener. Tapi mama percaya kok dia engga bakal jahat kaya apa yang ada pikiran kamu"

Mama june hanya menggelengkan kepalanya pelan begitu mendengar hembusan nafas panjang yang terdengar dari anaknya. Mungkin june perlu waktu untuk sendiri, maka sang mama keluar dari kamar june dengan sendirinya.

June beranjak dari duduknya dan membuka buffet di bawah tempat tidurnya.

Album foto berwarna pink pastel yang semula berwarna indah kini sudah hampir usang, debu debu mulai menempel di album foto tersebut.

June meniup pelan album itu untuk menyingkirkan beberapa debu, lalu mengambil tissue yang ada di meja dan membersihkan sedikit album itu.

Lembar pertama adalah lembaran kosong, hanya ada tulisan tangan dari anak sma ketika itu. June membalik halaman halaman yang terdapat pada album itu. Jemarinya perlahan mengusap potret seorang perempuan, perempuan yang tengah ia rangkul ketika foto di sekitar pelataran candi borobudur ketika ada momen jalan jalan dari sekolah dulu.

June tersenyum pahit. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, seharusnya ia bahagia sekarang karena ia bisa menginjakkan kakinya lagi di tanah air. Tapi justru perasaan itu berubah jauh, dirinya entah mengapa merasa kosong, khawatir dan ingin sedih tanpa ada sebab yang jelas.

Puas hanya dengan memandangi potret perempuan tersebut, june kembali meraih hpnya dan membuka email di hpnya. Ia membuat pesan kepada seseorang

"Aku disini, ini hari pertama aku balik ke indonesia. Tapi kamu dimana? Kamu ngilang gitu aja tanpa ada kabar. Apa kamu tau aku sedikit cemas sama apa yang aku rasain sekarang? Engga ada pesan satupun yang kamu bales, sama halnya dengan email, telefon juga begitu.

Please lah, aku mohon bales email aku walaupun hanya satu. Aku selalu nunggu kamu"

Begitulah isi email yang june kirimkan pada seseorang yang entah dimana keberadaan dirinya.

June mengusap rambutnya kasar, ia hampir frustasi tanpa sebab. Jika rindu yang membuatnya hampir frustasi, itu hampir tidak mungkin.

Satu bunyi terdengar dari hp june, lelaki itu bergegas menekan tombol power. Ia pikir perempuan itu akan membalas emailnya, tapi ternyata harapan tak sesuai ekspektasi. Mana mungkin perempuan itu akan membalas email atau pesannya secepat kilat? Yang didapati oleh dirinya memang sebuah pesan, tapi bukan dari perempuan itu.

Pesan yang didapat olehnya dari kawan lama saat ia sma dulu. Kecewa? Tentu. Sedih? Sedikit. Bahagia? Hanya sedikit karena setidaknya sekarang ia bisa kembali berkomunikasi dengan kawan lamanya itu.
















Membawa kembali cerita june as junevian dan rose as roseanne hahaha

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang