Delapan

2.5K 329 19
                                    

Semenjak kejadian dimana dirinya tenggelam di kolam renang, dan june menyelamatkan dirinya. Rose kini mendapatkan nasib sial akibat aksi sok heroik yang june lakukan padanya.

Rose diliburkan selama 3 hari, mau tau apa alasannya? Itu karena laporan dari ibu bocah kecil yang ingin rose bantu, ibu anak itu mengatakan bahwa pertolongan yang june lakukan padanya merupakan hal yang melanggar asusila karena masih ada anaknya yang dibawah umur menyaksikan hal tersebut.

Oh tuhan, bahkan rose sempat berpikir bagaimana bisa ada seorang ibu yang berpikir sempit seperti itu? Apakah ia tidak tau akibat semuanya adalah karena dirinya mencoba membantu anaknya itu?

Rose menghela nafasnya kasar sambil mengusapkan jemarinya pada rambut panjangnya itu. Hingga sebuah tepukan membuat rose menoleh ke arah kanannya, tepatnya ke arah anaknya itu.

"Ada apa sayang?" tanya rose sambil mengusap pelan rambut anaknya itu.

"Bun.. lyn mau ke taman, boleh engga?" tanya anaknya itu.

Rose melirik ke arah jam dinding, sudah pukul 4 rupanya. Rose tersenyum sekilas. "Lyn mau ke taman?"

Anaknya itu jelas mengangguk.

"Ayo kita ke taman" ajak rose.

Rose menggenggam tangan anaknya itu dan mulai mengajaknya untuk berjalan ke arah taman dimana lyn sering bermain. Rose tidak terlalu ingin melarang anaknya bermain, ia tidak ingin menjadi sosok orangtua yang kaku seperti orangtuanya dulu. Karena rose sadar, jika rose membatasi apa yang ingin dilakukan oleh anaknya, rose takut kalau nantinya anaknya malah jatuh ke lubang yang dalam dan gelap seperti dirinya.

Rose mendudukan dirinya di bangku taman begitu mereka tiba di tempat tujuan, ia mengangkat tubuh lyn dan memangkunya.

"Bunda, bunda.." panggil lyn.

"Apa sayang?"

"Lyn kangen berduaan sama bunda kaya gini" ucap lyn sambil tersenyum dan menampilkan gigi putih miliknya.

Rose tersenyum, melihat lyn bahagia dan senang adalah prioritasnya. Tapi disaat bersamaan, melihat anaknya tersenyum hati rose sedikit perih. Perih karena anaknya mewariskan garis senyum seperti sang ayah. Ayah yang sampai sekarang rose belum buka identitasnya kepada lyn. Bahkan rose pikir ia akan menyembunyikan identitas ayah lyn sampai mati, kalau perlu lyn tidak usah tau siapa ayahnya itu.

"Bunda juga kangen ke taman berdua sama lyn kaya gini" balas rose. "Maafin bunda ya lyn karena bunda sibuk kerja"

Lyn mengangguk. "Engga apa apa bunda, kata om jeffry, bunda kan kerja buat lyn jadi lyn engga boleh ngambek sama bunda"

Rose tertawa kecil sambil mencubit pelan pipi anaknya itu. "Duuuh anak bunda makin pinter sih".

Lyn hanya tersenyum dan memperhatikan sekitar, menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Rose tau anaknya sedang mencari seseorang.

"Kenapa lyn?" tanya rose.

"Lyn bingung, kok om yang itu engga ada ya?"

"Om? Om siapa? Om jeffry?"

Lyn menggeleng dengan cepat. "Bukan bun"

"Terus om siapa? Dia engga jahat sama kamu kan?"

"Dia baik kok bun, waktu itu dia minjemin hpnya ke lyn biar lyn engga nangis. Omnya tinggi deh bun, sama kaya om jeffry" ucap lyn sambil mengangkat tangannya tinggi seakan menggambarkan betapa tingginya om yang dimaksud, walaupun rose yakin pasti om itu lebih tinggi dari gambaran tangan lyn.

Rose terkekeh pelan begitu melihat tingkah anaknya itu. "Kayanya kamu suka ya sama om itu?"

"Suka bun. Dia juga pernah beliin lyn es krim". Tiba tiba lyn menutup mulutnya sendiri, ia keceplosan.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang