Duapuluh Satu

2.7K 408 31
                                    

Jika dihitung hitung kembali, ini sudah hampir seminggu lyn tinggal bersama dengan june semenjak rose menyerahkan anaknya itu.

Jika ditanya apakah june bahagia? Tentu, karena sekarang anaknya bersama dengannya. Tapi bahagianya tidak seratus persen karena rose yang makin menutup dirinya, bukan hanya dengan june, tapi juga dengan jeffry dan jihan yang memang orang terdekatnya.

June masih takut perihal mamanya yang selalu menanyakan kenapa ia jarang pulang ke rumah akhir akhir ini. Untuk pertanyaan itu june mempunyai banyak stock jawaban. Tapi bagaimana jika ada karyawannya yang bermulut besar dan membocorkan kini june tengah bersama anak kecil, sudah lumayan lama.

Tangan june terulur untuk mengusap kepala lyn sejenak, anaknya itu kini masih memejamkan matanya.

Suara bel menggema, june segera bergegas ke arah pintu apartemen untuk menyambut kedua orang yang akan membantunya mengurus lyn.

"Gimana keadaan lyn?" tanya kaho langsung pada june.

June hanya menggeleng pelan. "Engga tau, belum baikkan"

Tanpa dipersilahkan masuk, dan memang biasanya seperti itu, yohanes dan kaho memasuki apartemen june dan kini masuk ke dalam salah satu kamar dimana ada lyn disana, masih tertidur dengan kompresan di dahinya.

"Lu udah coba bujuk rose?" tanya yohanes.

"Udah, tapi dia batu. Bahkan sama jihan dan jeffry aja dia mulai menjauh. Gue udah engga habis pikir gimana caranya biar dia engga emosi lagi" ucap june.

June kini memikirkan keadaan lyn yang tengah sakit itu selama 3 hari ini. Selama lyn sakit, mau tak mau june harus menyuruh sekretarisnya mengantarkan tugasnya ke apartemen dan selama itu pula june meminta bantuan kepada kedua orang ini.

"Jun, lu masih belum berminat bilang semuanya ke mama lu? Kan dia berhak tau"

June melirik sekilas yohanes. "Maunya begitu yo, tapi waktunya yang belum tepat"

"Mau sampai kapan? Setiap waktu itu pasti terbaik jun, cuma masalahnya adalah keberanian. Lu kapan berani bilang ke mama lu? Lu kapan berani menerima semua yang nantinya akan berubah setelah orang orang tau kalau lu punya anak? Ya masalah anak engga ada salahnya mungkin, tapi gimana kalau orang orang mikir yang engga engga soal lu yang belum nikah dan punya anak sebesar ini" ucap kaho.

Ya, omongan kaho memang benar dan mengena di hatinya. June pikir ia sudah bukan seorang pengecut lagi, tapi ternyata ia salah besar. Dirinya sama dengan rose yang masih jadi seorang pengecut.

Ah, memikirkan nama rose semakin membuat june tambah pusing dan ingin ia menghantam kepalanya saat itu juga ke tembok.

"Gue titip lyn sebentar" ucap june dan setelah itu ia mengambil kunci mobilnya yang ia letakkan di atas meja.

Yohanes dan kaho bertatapan selama beberapa detik kemudian mereka mengalihkan fokusnya kepada lyn.








※※※※※

Rose dengan langkah lesu berjalan dari jalan besar menuju ke rumahnya. Ia sedang memikirkan bagaimana keadaan lyn saat ini? Apakah june sudah memberitahu lyn bahwa ia adalah ayahnya? Atau hal semacam itu yang sekarang sedang ada di otak rose.

Langkahnya perlahan terhenti, rose meneggakan kepalanya. Matanya kini dapat menangkap june dan jihan sedang berdiri bersebelahan, dan tentunya di depan rumah jihan. Keduanya menatap rose dan itu membuatnya tak nyaman.

Rose hendak berlalu dari mereka dan menuju rumahnya sebelum akhirnya june berhasil menangkap lengannya dan membuat dirinya berhenti.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang