Hampir 4 hari lamanya lyn dirawat, kini anak itu sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit.
Rose mengurus segala keperluan sebelum anaknya pulang walaupun ia agak takut untuk meninggalkan lyn berdua dengan june di ruangan.
Berhubung sekarang kesempatan bagus, dan hubungan june sudah semakin dekat dengan lyn, june mencoba menghasut anaknya itu.
"Lyn.." panggil june pada anaknya yang kini tengah duduk di pangkuannya.
Lyn yang semula fokus memainkan hp june kini menoleh ke arahnya.
"Lyn, kalau lyn tinggal sama om mau ngga?" tanya june.
"Tapi bunda gimana kalau lyn tinggal sama om?" tanya anak polos itu balik.
June terkekeh sejenak, ia mengambil alih hpnya dari tangan lyn dan menunjukkan foto apartemen miliknya. "Kalau lyn mau nanti lyn sama bundanya bisa tinggal disini. Gimana? Mau engga?"
Jelas anak itu mengangguk mantap, karena foto yang ditunjukkan oleh june sangat menarik mata dan hatinya. Tempat yang amat bagus, pikirnya.
"Biar bunda mau ikut, nanti lyn bilang sama bunda ya supaya pindah rumah. Lyn maunya sama om june aja" ucap june dengan nada perintah disana.
Lyn lagi lagi mengangguk.
June melakukan ini bukan tanpa sebab, ini karena ia melihat dengan jelas seperti apa keadaan rumah yang ditinggali oleh rose dan juga anaknya. Keadaannya sangat jauh berbeda dengan keadaan rumah yang dahulu rose tempati, bahkan june tak bisa membayangkan bagaimana menjadi rose.
June menoleh ke arah pintu ketika rose telah kembali dan menghampiri mereka berdua.
"Ayo pulang" ajak rose sambil bersiap untuk menggendong anaknya, tapi lyn enggan menerima.
Tanpa disangka lyn justru mengalungkan tangannya di leher june. "Lyn mau sama om june aja" ucapnya.
Tentu hal itu membuat reaksi dua orang tersebut berbeda. Rose merasa jengah dan jengkel pada june. Sementara june tersenyum senang sambil mengusap rambut anaknya.
"Engga. Lyn sama bunda aja" ucap rose.
"Lyn mau sama om aja"
"Bunda bilang sama bunda ya sama bunda dong!"
Lyn makin mengeratkan tangannya pada leher june, ia takut ketika bundanya telah berbicara dengan nada tinggi.
"Bisa ngga lu jangan gitu ke lyn? Dia takut rose" ucap june.
"Jangan ikut campur, lyn anak gue"
"Lyn anak lu? Haruskah sekarang gue kasih tau siapa gue buat dia?" tanya june dengan nada dinginnya.
Rose mendelik tak suka. Pikirnya, memang siapa june hingga berani mengancam dirinya?
"Jangan sok ngatur karena lu bukan siapa siapa gue" balas rose.
"Jangan debat sekarang, waktunya buat lyn pulang dan istirahat"
Tanpa berbicara apapun lagi, june menggendong tubuh lyn untuk pergi dari ruangan tersebut dan membawanya ke dalam mobil.
※※※※※
Baru sekarang yohanes bersama dengan kaho menjenguk lyn. Mereka baru sempat menjenguknya setelah anak itu pulang karena keduanya memiliki jadwal sibuk.
Yohanes memandang gugup ke rose yang kini tengah berada di depannya. Mereka berdua sedang berada di depan rumah rose.
"Jadi, apa lu yang ngasih tau june kalau gue punya anak dari dia dan anaknya itu lyn?" tanya rose to the point.
"Jujur rose, masalah june tau dia punya anak itu karena gue dan jisel yang akhirnya buka suara. Tapi selain itu apa lu tau, kalau dia datengin rumah lama lu dan mencari informasi mengenai lu?. Dia tau dari security komplek lu rose. Masalah june tau lyn anaknya, emang dia sendiri yang tau entah gimana ceritanya gue engga paham" jelas yohanes. Tapi yang jelas yohanes menutupi kebohongan kalau ia membantu june untuk melakukan test dna.
"Lu engga percaya sama gue? Apa lu mau pergi gitu aja kaya waktu itu dan menghilang?" tanya yohanes.
"Kalau iya gimana?"
"Lu jahat rose. Biarin june nebus dosa dosanya sama lu, maafin dia"
"Gue bukan tuhan yang mudah memaafkan orang, yo"
"Ya gue tau. Lu maupun gue bukan tuhan, tapi kita sebagai hamba tuhan setidaknya harus belajar memaafkan" ucap yohanes.
Kaho tiba tiba datang menyusul rose dan yohanes, ia merasakan aura ketegangan disana.
"Mm, rose itu lyn sama june asik banget. Gue sampe diacuhin gitu" lapor kaho.
Yohanes makin pusing karena omongan kaho. Ini sebenarnya membantu atau tidak?
"Saran gue rose, mending biarin aja lyn deket sama june karena emang dia ayah lyn. Masalah lu mau kasih tau lyn atau engga, ya itu sepenuhnya hak lu" lanjut kaho
Yohanes hanya menghembuskan nafasnya sambil melirik ke arah kaho. Kemudian tanpa berbicara apapun, rose memilih masuk kembali ke dalam rumahnya dan mendapati hal yang sudah ia lihat beberapa hari lalu. Hal dimana lyn berada dipangkuan june dan mereka saling tertawa bersama.
"Pulang gih" ucap rose tiba tiba yang tentunya membuat june mengerutkan dahinya. Pikirnya, rose sedang menyuruhnya atau yohanes dan kaho? Atau bahkan kepada mereka?.
"Mending kalian semua pulang, udah cukup buat nemenin lyn. Karena lyn punya gue" lanjut rose yang pada akhirnya menjawab pertanyaan june.
"Mau balik bareng, jun?" tanya yohanes pada june.
June mengangguk singkat, jujur saja ia ingin terus selalu bersama lyn. Tapi apa daya, hal itu tidak mudah untuk sekarang.
June menurunkan lyn dari pangkuannya, lalu mensejajarkan tubuhnya dengan anaknya itu. "Om pulang dulu ya, lyn".
Lyn mengangguk. "Tapi besok om kesini lagi kan?"
"Pasti"
"Engga!"Jawaban itu terlontar bersamaan dari mulut rose dan june. Kaho dan yohanes hanya saling melihat ketiganya, sungguh tipikal keluarga kecil yang terpisah.
"Om pasti kesini lagi lain kali kalau ada waktu" ucap june pada lyn. "Sekarang om pamit dulu, jangan nakal ya sama bunda"
Begitu june mengucapkan kalimat itu, dengan sengaja ia melirik ke arah rose. Menggodanya? Tidak, ia hanya ingin tau reaksi apa yang diberikan oleh perempuan itu. Tentunya ia memberikan tatapan tak suka pada june.
Tak lupa juga yohanes dan kaho berpamitan pada rose dan lyn. Sebelum june benar benar keluar dari rumah tersebut, lyn menahan ujung baju june. Lyn yang terhitung pendek kini hanya bisa memeluk kaki june.
"Hati hati ya om, lyn sayang om" ucap lyn.
June tersenyum dan mengusap pelan rambut anaknya itu. "Om juga sayang sama lyn, lebih dari apapun. Om sayang sama lyn sampai kapanpun". Ucap june sambil memberikan penekanan pada kalimatnya.
Sepeninggal ketiga tamunya, rose langsung menutup pintunya dan memegang bahu anaknya itu.
"Kenapa lyn ngomong gitu sama om june?" tanya rose.
"Soalnya lyn sayang sama om june" jawab lyn dengan polosnya.
"Lyn, dia itu bukan siapa siapa kamu. Jadi jangan ngomong itu lagi ke om june"
"Kenapa? Bunda engga larang kok waktu lyn ngomong gitu ke om yohanes"
Rose mendengus sebal. "Lyn, bunda bilang jangan, ya jangan dong. Kenapa sih kamu begini pas kenal sama om june?"
"Bunda jahat, padahal lyn sayang sama om june" ucap lyn dan langsung lari ke kamarnya karena ia sejujurnya takut pada bundanya ketika ia sudah marah.
Rose mengusapkan rambutnya, ia sudah berpikir dengan matang. Mungkin sekarang sudah waktu yang tepat untuk melarikan diri lagi dari orang orang dimasa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redeem
FanfictionJune membuat masalah pada hidup seseorang di masa lalu tapi ia mengetahuinya setelah beberapa tahun kemudian. Ia sangat ingin menebus kesalahannya pada orang tersebut. Tapi june berpikir, apakah ia akan bertemu dengannya? Dengan perempuan yang hidup...