Duapuluh

2.6K 390 45
                                    

Rose masih setia melamun di waktu istirahat jam kerjanya. Pikirannya berkecamuk tentang bagaimana caranya agar ia bisa melarikan diri dari masa lalunya.

Jika june mengatakan bahwa dirinya pengecut, maka june benar. Memang ia terlalu takut tersakiti lagi seperti 5 tahun lalu. Tapi kenapa ia sangat bodoh? Bodoh karena hari ini sudah kesekian kalinya ia menitipkan lyn pada june, yang tentunya itu makin membuat hubungan mereka semakin dekat.

Rose bingung harus menitipkan lyn ke siapa lagi, berhubung jihan sudah mendapatkan pekerjaan baru, ia juga tak mungkin membawa lyn ke tempat kerjanya. Karena rose pernah mencoba membawanya dan itu berakibat pada dirinya yang diceramahi seharian. Salah satu pilihannya ya tentu june, karena rose tau betul betapa kayanya june saat ini.

"Rose.." panggil yuna, dan tentunya rose menoleh. "Dipanggil bapak rose, disuruh ketemu dia"

Rose mengangguk, yang dimaksud bapak adalah atasannya. Perlahan rose berjalan menuju ke ruang atasannya itu, entah kenapa ketika dirinya berada diambang pintu, jantungnya berdetak tak karuan. Bukan, jangan salah paham, ini bukan karena ia sedang jatuh cinta atau bagaimana. Yang jelas rose sendiri tidak tau itu.

Akhirnya pintu tersebut diketuk oleh rose, ia menghampiri sang atasan setelah sebelumnya diperintah untuk memasuki ruangan tersebut. Terlihat atasannya tengah membolak balik kertas, dan rose tau orang itu tengah menilai sesuatu.

"Ada apa bapak panggil saya kesini?" tanya rose tepat begitu atasannya meletakkan kertas kertas di atas meja.

Atasannya berdehem sejenak sebelum berbicara. "Soal kinerjamu, rose"

Benar, sudah rose duga. Rose tau kinerjanya akhir akhir ini sedikit berantakan. Ini semua salah june, jika saja lelaki itu tidak muncul kembali ke hidupnya dan tidak membuat fokusnya terpecah, pasti rose tidak akan seperti ini. Dirinya sudah banyak mendapatkan teguran akibat kurang fokusnya tersebut.

Yang dilakukan olehnya sekarang adalah mendengarkan dengan seksama apa yang dibicarakan oleh atasannya. Dan mungkin rose harus siap menerima segala kemungkinan terburuk yang akan diterima.








※※※※※

June membaca dengan teliti beberapa dokumen yang berada diatas mejanya sebelum nanti akhirnya ia membubuhkan tanda tangan miliknya disana.

Suara suara yang terdengar dari hp miliknya tidak mengganggu june sama sekali. Lyn duduk dengan manisnya di sofa yang berada di tengah ruangan kerja june. Sesekali june melirik ke arah lyn untuk memastikan bahwa anaknya tidak bosan.

Hingga akhirnya june memutuskan untuk menutup satu file yang telah ia tandatangani sebelumnya, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya dan menatap lyn. June berperang hebat dengan pikirannya. Bagaimana jika tiba tiba mamanya tau bahwa selama beberapa hari kebelakang june kerja membawa seorang anak kecil? Parahnya lagi bagaimana jika mamanya tau kalau anak itu anak june? Ia tidak tau harus menghadapi kemungkinan itu dengan cara apa, ia ingin memberitahukan semua hal tersebut ketika waktunya sudah tepat. Tepat kalau rose mau menerimanya kembali, dan membuat dirinya menjadi hidup kembali untuk anaknya.

Tepukan di lengannya membuat june yang sebelumnya memejamkan mata kini menoleh ke arah lyn yang sudah ada di sebelahnya.

"Ada apa lyn?" tanya june.

Lyn menyerahkan hp june. "Udah om, lyn udah bosen nonton disney terus"

June mengambil hpnya itu dan menyimpannya disaku, ia melirik ke arah jam, sudah hampir sore. Dan bodohnya sekarang ia merasa buruk, buruk karena melupakan jam makan lyn.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang