Tigapuluh

2.7K 387 28
                                    

Tersenyum sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya adalah hal yang sekarang sedang rose lakukan. Matanya memandang ke depan, mengamati senyum anaknya yang kini tengah bermain bersama jeffry dan jihan. Rose menyesal karena kurang cepat memberitahu mereka tentang dimana rose tinggal selama ini, ya walaupun rose tau pasti mereka sudah menduga bahwa ia tinggal bersama june. Walaupun tidak sepenuhnya bersama.

Membicarakan soal june, hati rose rasanya masih ingin menangis begitu mengingat kembali ketika june harus babak belur di tangan ayahnya. Apakah tidak bisa ayahnya sedikit saja melunak? Apa ayahnya tidak ingin menghabiskan masa tuanya bersama dengan rose, anak perempuannya dan bahkan dengan cucunya.

Tepukan di pundak rose menyadarkan dirinya dari pikiran yang bermacam macam.

"Kenapa rose? Ada masalah?" tanya jihan.

Rose menggeleng sambil tersenyum kecil. "Engga kok, engga ada apa apa"

"Cerita aja kali rose, gue udah lama kenal sama lu, jadi lu engga bisa bohong"

"Ini soal... ayah gue"

"Udah ketemu sama keluarga lu rose?" jihan terlihat antusias, tapi tidak dengan rose.

"Udah, tapi engga sebagus dibayangkan" jawab rose dengan nada sedihnya.

"Engga bagus kenapa?" kini jeffry yang bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari lyn yang sedang mengajaknya bermain game di hp.

Rose menghembuskan nafasnya dan memandang lyn sekilas. "Nanti gue ceritain, soalnya ada lyn"

Lyn yang merasa namanya disebut kini menoleh ke arah bundanya, dan melirik sekilas jihan serta jeffry.

Jeffry mengusap sekilas rambut lyn. "Lyn mau engga ke kamar dulu? Soalnya orang orang gede mau cerita sebentar"

"Lyn udah gede kan om, jadi lyn bisa ikut kan?" tanya lyn.

"Belum bisa dong, kan lyn segede om sama bunda lyn"

Jawaban jeffry membuat lyn memayunkan bibirnya, dan tanpa perlu disuruh lagi lyn langsung beranjak dan masuk ke dalam kamarnya.

"Buruan sini cerita" perintah jeffry.

Jihan dan rose yang semula berdiri saja kini duduk berkumpul bersama jeffry. Kedua orang itu kini menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut rose, karena mereka tau bahwa sekarang rose tengah mengumpulkan keberanian untuk bercerita.

"Ayah gue, masih sama kaya yang dulu. Masih keras" ucap rose.

"Dia bahkan engga terima kita yang dateng kesana. Dan... ayah gue bikin june babak belur begitu june bilang kalau dia mau bayar kesalahannya" terang rose dengan nada yang pelan dan berusaha menahan rasa sedihnya.

Jihan menutup mulutnya dengan tangannya, ia tidak menduga hal itu terjadi. "Serius june babak belur sama ayah lu?"

Rose mengangguk.

"Serius rose, pasti ayah lu serem banget pas begitu. Walaupun kita engga tau gimana ayah lu, tapi gue merinding pas bayangin itu" ucap jihan dan dihadiahi senggolan di lengannya oleh jeffry.

"Udah rose abaikan kata kata jihan, mending lu lanjut cerita aja" perintah jeffry.

Jihan hanya menghela nafasnya mendengar omongan jeffry dan kini mengangguk menyetujui usulan jeffry untuk rose bercerita.








※※※※※

June melangkahkan kakinya menuju luar kantor, matanya tak teralihkan dari hp yang sedang dipegangnya saat ini.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang