Pagi harinya june tak kunjung pulang kembali ke rumahnya, ia masih tetap setia bersimpuh di depan rumah rose dan kelakuannya itu berhasil membuat warga di sekitar tertarik dengan apa yang terjadi.
Rose pusing sendiri mikirin kelakuan orang di depan sana, ia tau banyak warga kepo yang sengaja melihat lelaki itu, tapi rose tambah pusing pas anaknya ngerengek minta keluar rumah. Secara hampir semalaman dia berdua di dalam rumah, bahkan rose sengaja bolos kerja karena takut lyn dibawa oleh june atau hal lain semacamnya.
Sebelum berangkat kerja, jeffry menghampiri jihan untuk melihat apakah lelaki itu sudah pulang atau belum. Tapi hasilnya belum, june tak kunjung pulang. Padahal jihan sendiri tau kalau june memarkirkan mobil di depan rumahnya.
Jihan bisa melihat dengan jelas baju lepek yang masih melekat di tubuh june. Ia menghela nafasnya dan ia rasa apa yang telah dilakukan oleh rose sudah kelewat batas, walaupun jihan tau june itu yang membuat masalah pada hidup rose.
Jihan melewati june begitu saja dan menghampiri pintu rose, lalu mengetuknya secara brutal.
"Rose! Kok lu tega begini sih sama june? Lu engga malu tuh ibu ibu tukang gosip mulai pada naruh atensi mereka disini?!" teriak jihan.
Sementara jihan ngedumel panjang lebar, jeffry mencoba menyuruh june untuk bangkit dan syukur syukur mau pulang karena ia tau pasti setelah ini rose bakal jadi bahan gosip lagi.
"Gue engga mau pulang sebelum rose bukain pintunya dan ngomong sama gue" hanya kalimat itu yang june ucapkan pada jeffry.
Jeffry juga lama lama jengah, ia menyusul jihan dan mengetuk pintu itu. "Rose, ayolah jangan gini. Lu engga mau kan jadi bahan gosipan lagi? Tapi apa yang lu lakuin sekarang malah mancing orang orang buat gosipin lu" ucap jeffry.
Rose di dalam sana mulai goyah, ia tau apa yang ia lakukan sudah jahat. Tapi kalau ia begini, apa bedanya dengan june?.
"Woi, itu june udah pucet rose, ya ampun" teriak jihan frustasi.
Jihan dan jeffry menghampiri june. Mereka benar benar bisa melihat sekarang bagaimana wajah june yang mulai pucat.
Baru saja jihan ingin mengumpat, suara pintu dibuka terdengar, dan rose berada di ambang pintunya.
"Lu kenapa begini sih rose?" tanya jihan namun rose masih diam.
Tanpa basa basi jeffry menyuruh june untuk bangkit karena apa yang ia inginkan sudah terkabul.
June tersenyum tipis begitu mendapati rose di depan sana. Ia mencoba bangkit namun kepalanya terasa berputar begitu saja. Tubuhnya hampir saja ambruk ke lantai.
Rose masih diam dan pandangannya mengikuti june yang menghampiri dirinya. Tinggal dua langkah lagi lelaki itu di hadapannya, tubuh june sudah benar benar ambruk ke lantai.
Jihan dan rose kompak memekik bersamaan melihat june ambruk.
"Rose, lu liat kan? Dia sampe pingsan begini" oceh jeffry.
"Terus gimana dong ini jeff?" tanya rose.
"Bantu gue, kita bawa masuk"
"Lu serius? Jeff gue engga mau" tolak rose.
"Terus mau gimana? Semua ini terjadi diantara lu sama june. Engga mungkin gue bawa dia ke rumah jihan yang engga ada sangkut pautnya"
Benar, memang benar apa yang dikatakan jeffry. Rose akhirnya bersama dengan jihan dan jeffry bersusah payah membawa june masuk ke dalam kamarnya.
Lyn yang melihat itu kebingungan karena june harus digotong oleh tiga orang, belum lagi mata lelaki itu tertutup.
"Om tinggi kenapa?" tanya lyn setelah mereka bertiga berhasil membaringkan tubuh june.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redeem
FanfictionJune membuat masalah pada hidup seseorang di masa lalu tapi ia mengetahuinya setelah beberapa tahun kemudian. Ia sangat ingin menebus kesalahannya pada orang tersebut. Tapi june berpikir, apakah ia akan bertemu dengannya? Dengan perempuan yang hidup...