Duapuluh Enam

2.7K 422 41
                                    

Menjelang sore hari, rose dan lyn masih berada di sebuah pusat perbelanjaan. Rose kesana untuk berbelanja kebutuhannya dan juga lyn, sudah lama juga ia tak mengajak lyn pergi.

Entah darimana june tau kalau rencananya memang ia ingin pergi dengan lyn hari ini, june meletakkan sebuah amplop di meja makan dengan tulisan "jangan ditolak, karena lyn masih menjadi tanggung jawab gue juga".

Rose memilih beberapa bahan makanan yang sekiranya cukup untuk menjadi stock di kulkas.

Troli yang rose bawa hendak ia dorong kembali, sebelum akhirnya rose menyadari kalau lyn terdiam. Ia mengikuti arah pandang anaknya itu, lagi lagi lyn memandang sebuah keluarga utuh di depan sana. Keluarga yang sedang tertawa satu sama lain.

Rose meraih tangan anaknya, lyn menatapnya dengan ekspresi yang berusaha bahagia.

"Yuk kita ke kasir, abis itu pulang" ajak rose dan lyn hanya menurut.

Setelah mereka selesai, rose memutuskan untuk pulang dengan taxi karena barang belanjaan mereka lumayan banyak.

Entah bagaimana ceritanya, rose terlonjak kaget begitu taxi yang mereka tumpangi melewati sebuah rumah sakit.

Mata rose melihat abangnya dan bundanya tengah berada di luar rumah sakit tersebut seolah menunggu kendaraan. Richard memegang lengan sang bunda, seolah takut bundanya akan jatuh atau bagaimana. Begitu rose memutar tubuhnya, ia dapat melihat tangan richard yang melambai memberhentikan sebuah taxi.

"Apa bunda sakit? Kemana ayah" tanya rose dalam hati.

Entah kenapa hati rose menjadi sakit melihat bundanya yang berjalan harus dipegang oleh richard. Ia merasa bersalah karena tak bisa menepati omongannya ketika masa kanak kanak dulu.

"Rose mau jadi cepet dewasa deh bun" ucap rose.

"Emang kenapa rose mau jadi dewasa?" tanya bunda rose sambil memasukkan wortel ke dalam panci.

"Biar nanti rose bisa gantian. Kalau bunda yang sakit, rose yang bakal gantian rawat bunda"

"Jadi, kamu doain bunda supaya sakit nih?"

Rose menggeleng. "Engga kok. Kan rose sayang sama bunda"

Setelah itu yang rose rasakan adalah pelukan hangat dari sang bunda.

"Bunda, mau tau engga kalau nanti rose udah besar, rose mau jadi apa?"

"Memang mau jadi apa?" tanya adel.

"Mau jadi seperti bunda. Kalau rose udah nikah, terus punya anak, rose mau jadi bunda yang baik kaya bunda" jawab rose.

Adel tertawa, bagaimana bisa anak kelas 3 sd sudah berbicara seperti itu?

Adel mengusap rambut rose dengan penuh sayang. "Jangan ngomong gitu dulu rose, sekarang kamu mending fokus belajar lagi"

Rose hanya mengangguk.

Menyadari ada satu tetes air mata yang mengalir dari matanya, rose langsung mengusap air mata itu. Ia menatap lyn yang tengah melihat keluar jendela.

Apa bisa ia mewujudkan cita citanya menjadi bunda yang baik untuk lyn? Tapi rose rasa ia tak sanggup, karena salah satu impiannya untuk merawat sang bunda telah ia ingkari saat ini.












※※※※※

Malam harinya, rose baru saja selesai makan dengan lyn. Tangannya ia usapkan pada sebuah kain agar kering.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang