Sebelas

2.4K 378 22
                                    

Sudah hampir dua hari ini june tidak bisa tidur dengan tenang, rasanya ia baru saja tidur 10 menit dari 24 jam, dan sisanya hanya ia gunakan untuk merenung.

Dua hari semenjak mendengar cerita dari security di komplek rumah rose membuat kepala dan hatinya menjadi lebih sakit.

Semua bagaikan kepingan puzzle yang semula berceceran dan sekarang june harus menyusunnya kembali menjadi satu kesatuan yang utuh.

June menyisir rambutnya dengan jemari diiringi dengan hembusan nafas berat yang terdengar sambil memejamkan matanya.

Dua hari bukan waktu yang mudah untuk june memahami semua, dua hari juga tanpa perempuan itu tau ia telah mengutus seseorang untuk menguntit keberadaannya.

June terlihat lumayan kacau, bahkan mamanya tidak tau apapun yang sedang terjadi dengan putranya. Sekali ia pernah bertanya, namun june hanya menjawab bahwa ia baik baik saja dan ingin memastikan sesuatu sebelum berbicara hal serius dengan mamanya.

Suara getaran milik hp june kini mengalihkan eksistensi pandangan yang semula kosong menerawang ke depan. June membaca dengan teliti isi pesan singkat tersebut.

Dua hari... akhirnya ia mendapatkan apa yang ia cari selama ini.

June langsung bergegas menuju kamarnya dan merapikan dirinya yang terlihat sedikit kacau. Setidaknya ia harus terlihat baik baik saja di depan rose, atau bahkan jika beruntung ia akan bertemu dengan anaknya jika beruntung.

Bolehkah june berharap bahwa rose benar benar memiliki anak, dan anak itu anaknya? June tidak yakin dengan semua kejadian lima tahun lalu. Tapi kalau seandainya memang sekarang waktunya bagi june untuk menebus kesalahannya, june siap dan sangat siap.

Perjalanan dari rumah june menuju rumah rose tidaklah mudah, ia harus melewati beberapa kawasan macet di daerah jakarta.

June sesekali melirik gps dan jalan yang ada di depannya. Yang benar saja? June baru menyadari bahwa alamat yang diberikan berada di sekitaran jalan yang pernah june lalui beberapa waktu ke belakang.

Taman.. mobil june melewati taman yang dulu sering ia kunjungi, ya walaupun tidak terlalu sering.

Sampai tak lama kemudian mobil june berhenti perlahan di kawasan yang mulai padat akan perumahan. Banyak sekali tempat kost atau kontrakan disini, bahkan menurut june hanya sedikit rumah yang ditinggali secara tetap oleh yang punya.

June keluar dari mobilnya sambil membawa alamat yang sudah ia salin di selembar kertas. Matanya memindai nomor nomor yang tertera di depan rumah.

Sampai pandangannya berhenti karena menangkap eksistensi seorang perempuan yang tengah mematung menghadapnya.

"Lu? Lu yang waktu itu nemenin lyn kan?" tanya jihan -perempuan itu- sambil menunjuk june sekilas.

June mengangguk. "Iya gue yang waktu itu nemenin lyn. Masa lupa?"

"Oh haha, maaf gue suka lupaan sama orang baru" jawab jihan dengan sedikit canggung. "Lu ngapain disini?"

Jihan menghampiri june yang berada di depan dan membaca alamat yang tertera di selembar kertas itu.

"Lu tau ini dimana?" tanya june.

"Lu udah tepat kok, rumahnya ada di ---" ucapan jihan menggantung seketika begitu matanya dengan cepat melirik ke arah june dan rose yang kini mematung di depan sana.

Rose yang semula ingin menemui jihan bersama lyn yang masih di dalam rumah, kini harus mematung karena melihat seorang june di depan sana, berbicara berdua dengan jihan.

Oh tuhan bahkan rose hampir lupa kalau waktu itu jihan juga pernah berbicara dengan june ketika di hotelnya.

"Bun.." suara lyn yang berada di ambang pintu menyadarkan otak rose sepenuhnya.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang